"Om menunda kepergian kita keluar negeri karena kondisi Arga waktu itu. Dan setelah Arga bangun, Arga mengalami amnesia. Om juga tau kalo Agista membatasi pertemanan Arga. Om merasa terbantu akan apa yang Agista lakukan. Om juga tau, kalo Om selama ini salah."
Ardi sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Yang bisa dia lakukan hanyalah berdoa untuk kesembuhan Arga. Jika memang sudah waktunya dia akan ikhlas.
Alexa yang saat ini tengah berdiri di samping Ardi yang terduduk di kursi dekat ranjang Arga pun hanya bisa menepuk-nepuk bahu Ardi pelan. Berusaha menguatkan Ardi yang lagi-lagi harus digempur ketakutan akan kehilangan sosok yang dia cintai.
Ardi juga tau, kalau kondisi Arga tak kunjung membaik dari waktu ke waktu.
Setelah Arga terbangun dari komanya tahun lalu. Ardi memberikan hak seutuhnya pada Arga. Arga mau apa pasti akan Ardi beri.
"Pa, aku mau sekolah boleh kan?"
Padahal kondisi Arga nggak memungkinkan, tapi Ardi cuman pengen anaknya menikmati waktu bebasnya yang sudah ia renggut selama ini.
Ardi genggam lagi tangan Arga yang begitu pucat ini, dia elus pipi Arga dengan hati-hati agar tak menyentuh nasal oksigen yang terpasang. "Maafin, papah ya, Ga." Sesal Ardi yang kemudian dia bangkit.
Ardi juga mau beri waktu untuk Alexa. Karena Ardi pikir orang yang paling dibutuhkan Arga saat ini hanyalah Alexa dan teman-temannya.
"Titip Arga, ya, dek." Katanya yang diangguki oleh Alexa.
Ardi pun pergi dari bangsal putranya.
Alexa akhirnya menduduki kursi tersebut. Kemudian Alexa genggam tangan Arga hati-hati. Karena seriusan, ini infus Arga kenapa banyak banget? Jadi Alexa beneran harus hati-hati.
"Ga, akhirnya janji yang dulu kamu tepati juga, ya. Kita akhirnya ketemu, dan ternyata bener kalo kamu itu ganteng." Alexa cuman mau menguatkan diri.
"Aku pernah baca buku yang Kak Arisa minta pas ultah dua tahun yang lalu, Ga. Maafin aku, ya. Aku--"
"Nggak usah minta maaf, Sa. Karena kalo kamu tau aku sakit, maka kamu nggak akan deketin aku." Potong Arga buat Alexa kaget.
Arga mulai membuka matanya. Pandangannya menjalar ke seluruh ruangan, dan terhenti tepat pada Alexa yang kini tengah tersenyum. Ngeliat Alexa, Arga jadi ikutan senyum dengan tangannya yang terulur nyentuh rambut panjang Alexa yang pernah buat dia sakit kepala.
"Kamu sempet baikan ama Arisa, kan?"
Alexa menganggukan kepalanya.
"Kamu udah inget semuanya?" Tanya Alexa yang dijawab anggukan kecil dari Arga. "Berkat kamu, Sa. Makasih, ya."
Alexa mengembuskan napasnya lega, terus dia bangun mau panggil Dio ama Agista. Mau nyuruh mereka masuk karena Arga udah siuman. Tapi tangannya justru ditahan ama Arga, buat Alexa kembali duduk dan natap Arga bingung.
"Boleh nggak aku minta supaya kamu peluk aku?"
***
Plak!
Tangan Dio gemetaran bukan main, karena ini kali pertamanya dia nampar orang, dan itu cewek lagi.
Mata Agista udah berkaca-kaca sambil pegangin pipinya yang kerasa panas banget. Tenaga yang dikeluarin Dio nggak bisa disikon.
"Anjing lo, ya! Kenapa lo harus lari huh?! Kenapa lo nggak nolong Arisa huh?! Kalo lo tolong dia, mungkin dia masih ad--"
"Kenapa lo ama Arga selalu Arisa! Arisa! Arisa huh?! Lo cinta ama dia! Arga nyaman ama dia! Kenapa bukan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. VAMPIRE || JIN-LISA [END]
Fanfiction"Kamu tuh kebanyakan nonton film!"-- ibunya Alexa ngomel terus kalo anaknya udah ngomong ngawur. Iya. Alexa Indira itu cewek yang suka semua berbau mistis dan takhayul. Dia juga percaya kalau Alien itu ada. Bahkan Vampire, Alexa percaya kalau itu ju...