PART 4

18 6 11
                                    

_________MY SECRET DIARY_________

Minggu ketiga weekend di asrama, hanya tinggal 1 minggu lagi maka mereka akan terlepas dari hukuman ini.

Aera masih tetap membaca diary tersebut walaupun tidak tau apa artinya.

{Halaman ke25}

{Diary, 1 Agustus 1999}

{Dia melihat semuanya tapi tetap diam, apakah dia baik atau jahat? Apakah diam adalah satu-satunya jalan untuk semuanya?}

'diam,,,’ batin aera.

“Tunjukin luka nya!”

“Lu lupa ya semalam lu itu kesurupan dan membuat angga terpental lalu mencakar dadanya hingga berdarah”

[Aera, mommy punya permintaan kecil]

“Apa mom?”

[Bakar diary itu]

“Untuk apa?”

[Cepat lakukan saja!]

Tiba-tiba udara dingin menusuk tulang, rintik hujan mulai turun dengan cepat menjadikan hujan lebat di malam hari. Di sisi koridor lantai 1 terlihat seorang gadis sedang berjalan sambil menunduk, pakaian yang sama seperti foto di masa ibu nya SMA.

Aera berlari kecil untuk menghampiri gadis tersebut, namun tiba-tiba kilat menyambar kencang membuat aera berteriak ketakutan sambil menutup telinga.

“Ra?” Panggil angga.

“Kenapa kamu ada di luar saat ada kilat?” Tanya angga.

Aera tidak bisa menjawab karena takut membuat mulut membeku, di sisi lain gadis tadi menghilang bersamaan kilat yang menyambar.

Angga menuntut aera kembali ke kamar, sepanjang jalan mereka di koridor aera hanya menutup telinga dengan tubuh gemetar. Jika saja angga bisa memeluknya dengan bebas seperti dulu maka akan dia lakukan, tapi kini lebih baik menjaga jarak dari pada mendapatkan tamparan dari aera.

“Selamat malam” ucap angga, namun dengan acuh aera langsung masuk. Dewi yang melihat itu langsung menghampiri angga.

“Wi, gua titip aera”

“Ga usah lu suruh juga itu tugas gua, dan lu udah ga berhak atas aera” jelas dewi. Brugh! Dewi menutup pintu dengan keras.

***—...—***

Jam 11.00 malam.

Hari semakin dingin, rasa dingin hingga menusuk tulang selimut tebal bahkan tidak memberikan kehangatan. Aera dan dewi hanya bisa menatap dinding sambil sesekali mengobrol.

“Wi,,, apa gaga baik atau jahat?” Tanya aera.

“Kalo menurut gua sih jahat, tapi mungkin berbeda dengan hati lu ra” jelas dewi.

“Apakah diam menyelesaikan masalah?”

“Enggak, awalnya sih gua pikir begitu tapi saat gua diam sama beno semua ga akan baik-baik saja”

“Oh ya wi, gua tadi liat gadis yang punya diary ini”

Seketika dewi merinding saat mendengar omongan aera, “njir! Jangan bahas kayak gitu ga lucu ra.”

“Gua serius. Tadi kalo ga salah dia jalan ke koridor di lantai bawah, mommy juga suruh bakar diary ini entah apa alasannya” jelas aera panjang lebar.

Namun saat itu Dewi sudah tertidur pulas dari pada mendengarkan cerira seram aera. ‘lebih baik gua ngomong sama hantu dari pada sama lu wi' batinnya.

Saat aera mulai memejamkan mata tiba-tiba suara isak tangis perempuan terdengar jelas, aera berfikir itu adalah suara dengkuran dewi namun saat di teliti lagi suara itu memang benar perempuan yang menangis.

Tok,,, tok,,, tok,,,

Suara ketukan pintu yang tidak berhenti, karena penasaran aera pun bangkit menghampiri pintu. Klik.

“Gaga, beno?” Panggil aera.

'masa iya itu mereka?’ batinnya.

“Hahahaha…”

“Hahahahaha…”

Suara tawa para murid perempuan membuat aera menghampiri sumber suara tersebut, ini hari weekend sangat mustahil ada murid asrama tertawa di malam hari.

Perlahan aera menyusuri koridor hingga akhirnya aera sampai di ujung sebuah pintu lama, sebuah gudang yang sudah lama terkunci.

***—...—***


Pagi pukul 07.00

Dewi terbangun dan langsung menyadari aera tidak ada di kamar, ia berlari keluar masih menggunakan piayama ke arah asrama pria untuk meminta tolong pada angga dan beno.

“Huh… please bantu gua..  aera…aera!” Seru dewi dengan nafas pendek.

“Wi! Tenang lu kenapa dan masih make piayama?” Seru beno.

Dewi yang sadar akan hal itu langsung menari satu kemeja milik beno dan memakainya, “ ga usah liat-liat lu ben!” Sentak dewi.

“Aera kenapa?” Tanya angga.

“Tadi semalam gua liat dia udah tidur tapi entah kemana dia pagi-pagi udah ilang” jelas dewi.

“Lu bener-bener ya! Wi. Gua udah titip aera sama lu!” Sentak angga.

“Heh ga! Dewi bukan asisten yang lo suruh!” Bela Beno.

Angga pergi keluar untuk mencari aera, namun langkahnya terhenti saat melihat aera yang sedang berjalan menuju asrama wanita dengan santai.

“Dari mana kamu?” Tanya angga.

“Bukan urusan lu” jawab aera santai.

“Ga,, ih. Lepasin sakit!” Jerit aera sambil menahan sakit akibat cengkraman kuat angga.

Angga tidak mendengarkan jeritan aera dan membawa aera ke sebuah ruang kelas yang kosong. Deg!

“Berhenti menghilang seperti anak kecil,,, please jangan buat aku khawatir” jelas angga, aera tertawa kecil dan membalas tatapan angga.

“Siapa yang nyuruh lu untuk mengkhawatirkan gua? Pikirin aja sana jodoh lu ga,, tika!” Jelas aera dengan nada tertekan.

“Satu-satunya wanita yang berani ku sentuh hanya kamu ra.” Seru angga menghentikan langkah kaki aera lalu berbalik menatap angga.

“Jujur. Untuk menatap nya saja aku jijik karena dia sudah tidur dengan cowok nya itu,” sambung angga.

Angga dengan cepat langsung menarik aera dalam pelukannya, untuk saat ini haruskah aera percaya pada angga atau malah sebaliknya?

Teka-teki cinta memang rumit, namun diary bella belum terpecahkan hingga kini. Apa yang membuat bella hilang tanpa jejak dan apa itu ada hubungannya dengan 3 wanita alumni asrama ini?

Lanjut ke part selanjutnya ;)







Thanks all yg udh sabar nunggu update cerita ini.

MY SECRET DIARY {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang