𝓣𝓦𝓞

85 12 0
                                    

𓆝𓆟𓆞𓆝𓆟

Suara langkah kaki para murid semester akhir menggemakan semua ruangan. Semua murid berhamburan untuk sekedar berfoto, melihat barang peninggalan, bahkan sebagian dari mereka hanya duduk melihat atau sekedar bergosip ria.

"Jika keris ini bisa di ambil, aku ingin mengambilnya. Menjadikan pajangan di kamarku yang kosong melompong" Rio menatap keris yang terpampang jelas di kaca. Harsa meliriknya.

"Ambil saja, tapi kalau kau di tuduh mencuri itu bukan salahku."

"Apa kita boleh memukul Gong tua ini?" Revan menggindikkan bahunya. Xavier memukul Gong tua itu dengan pelan, namun suaranya hampir memenuhi ruangan.

Semua murid mengalihkan atensinya pada Xavier. Yang di tatap hanya hanya mengalihkan pandangannya dan menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Berhentilah menatapku. Apa aku setampan itu mangkanya kalian menatapku?" semua teman temannya hanya memutar bola matanya dan memandangnya dengan malas. Revan menatap Xavier dengan pandangan sweatdrop.

"Kau terlalu narsis, b0doh." Revan mendorong bahu Xavier ke samping, Xavier mulai memutar bola matanya.

"Jahat sekali kalian tidak mengajakku, huh?" Naura menyipitkan matanya pada jesslyn, Jefa, Kiara dan Cipa.

"Ya maaf, habisnya kau selalu mengikuti ayang bebebmu sih." Perkataan Cipa membuat dirinya memutarkan bola matanya.

"Iri bilang."

Mereka di sibuk dengan kegiatan mereka masing - masing. Kiara mendudukkan tubuhnya pada kursi panjang. Ia sibuk menatap ruangan sekitar dengan lamunannya.

1 minutes


















3 minutess



















5 minutess












Lamunannya membuyar ketika sebelah pipinya menyentuh sengatan dingin. Kiara segera menatap pelaku yang menempalkan air dingin pada pipinya.

Sang pelaku menyerahkan air dingin itu padanya. Kiara mengambil air itu dengan wajah bingung menghiasi seluruh wajahnya.

"Tidak baik jika terus melamun." Tangan Juna membuka tutup botol air minumnya, lalu meneguknya untuk beberapa kali.

"Aku tahu itu." Kiara menatap air dingin di genggaman tangannya lalu menaruh di samping tubuhnya.

"Lalu mengapa kau melamun?" Juna mengalihkan pandangannya pada dirinya.

"Aku mempunyai firasat buruk di musium ini." mata coklat gelapnya menatap Juna yang tengah menatap dirinya. Mereka saling bertatapan satu - sama lain.

"apa firasat burukmu?" Tanya Juna.

"Entahlah, seperti akan terjadi sesuatu nanti."

"Itu hanya perasaanmu saja. Minumlah air dingin yang ku berikan, itu mungkin akan mengalihkan pikiranmu." Jawab Juna yang  tersenyum tipis padanya lalu menepuk kepalanya dengan tangannya. Dirinya seperti merasakan belasan kupu - kupu berterbang di perutnya.

𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐈𝐍 𝐌𝐔𝐒𝐄𝐔𝐌 <SLOW UP>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang