𝓣𝓗𝓡𝓔𝓔

48 9 0
                                    

𓆝𓆟𓆞𓆝𓆟

"Tunggu." Suara Harsa menginstrupsi langkah kaki mereka. Semuanya mengalihkan atensinya pada Harsa.

"Apa?" Tanya mereka serempak.

"Kita harus membagi kelompok, right?" Tanyanya.

"You're right." Sahut Juna. Ia menjentikkan jari - jarinya, pertanda setuju.

"Aduhduh, bagaimana sih ketua kelas kita?" Aska melirik Juna, "masa gitu saja lupa." Lanjutnya.

"Eh keong, kau kira dia malaikat tidak bisa lupa? Dia itu juga manusia." Sahut kiara membela atau tidak setuju....?

"Sudahlah Aska, kau membuat pawangnya mengamuk tuh." Ucap Jefa. Ia tiba - tiba merasakan sebuah buku mendarat di atas kepalanya, yang memukul hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Sakit tau!" Jefa menatapnya sebal, "itukan salahmu sendiri." Balasnya.

"Jadi ... apalagi idemu ketua kelas?" Tanya  Revan mengalihkan pembicaraan

"Aku akan membagi kalian menjadi 2 bagian." semuanya hanya mendengarkan apa yang Juna ucapkan.

"Jefa, Kiara, Keyzan, Marel, Haksa, Alaska,  akan ikut aku ke atas. Lalu Zeano, Bara, Ryan, Liam, Rio, dan Xavier akan ikut Revan menelusuri sekitar sini," bola matanya menatap satu persatu teman - temannya, "sisanya menunggu di sini."

"Tunggu, kenapa namaku tidak di sebut? And why don't i come with you...?" Jesslyn menatap ketua kelas-Juna dengan bingung.

"Aku hanya tidak ingin sebagian dari kalian menghilang tanpa sebab." Sahut Juna singkat.

Jesslyn hanya mengangguk patuh, ia hanya ingin membantu teman - temannya.

Juna dan Revan bertatapan lalu mengangguk, seakan mereka tau apa yang mereka akan lakukan.

Mereka pun berpencar kecuali yang tetap tinggal di sini. Sebelum Liam meninggalkan ruangan utama itu, ia menepuk bahu Jesslyn dengan pelan, sang empu pun menoleh ke arahnya.

"Sudahlah, tidak usah merasa kecewa." Ujarnya.

"Aku tidak kecewa tuh," matanya bergulir menatap pada wajah Liam.

"Raut wajahmu sangat kelihatan, Jes." Liam berbicara pelan padanya. Jesslyn hendak membalas ucapan Liam tapi seseorang memotong pembicaraannya.

"Hei, Liam. Berhentilah bermesraan di sana!" Suara Bara meneriaki Liam.

Sebelum Liam pergi, ia mengucapkan 'aku duluan, jangan kangen~' kepada Jesslyn. Jesslyn hanya memutar matanya malas.

Meanwhile..

"Untung aku di tetap tinggal di sini," raja dengan santai bersandar di dinding.

Alaska yang melihat itu hanya menatapnya datar-malas. Raja yang merasa di tatap meliriknya.

"Apa? Kau iri padaku?" Ia menaikkan turunkan alisnya-mengejek Alaska yang menatapnya.

"Ga dulu," cibirnya, ia langsung melenggang pergi menyusul.

𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐈𝐍 𝐌𝐔𝐒𝐄𝐔𝐌 <SLOW UP>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang