Di suatu daerah pusat kota Seoul yang sangat padat, seorang gadis bernama Lee Eun Jin tinggal sendirian. Ia bersusah payah untuk tetap bisa tinggal di sana, Eun Jin tinggal seorang diri karena ia adalah anak yatim-piatu. Orangtuanya meninggal akibat insiden kecelakaan saat dirinya masih berusia 8 tahun.
Untungnya saja, Eun Jin adalah gadis yang cukup cerdas. Sehingga ia bisa bersekolah di SMA Ganghan, yang tentu saja memiliki peringkat teratas sekolah bergengsi di Seoul. Walaupun kehidupannya menjadi semakin berat akibat ia bersekolah disana, tapi Eun Jin tak menyerah begitu saja.
"Jujur, hari-hariku semakin berat semenjak aku bersekolah disini. Murid-murid menyebalkan itu, mereka merundungku hanya karena aku siswi yang menggunakan beasiswa" ucap Eun Jin kesal.
Eun Jin saat ini sedang duduk dibawah pohon besar yang ada di taman sekolahnya, banyak sekali siswa-siswi yang berlalu-lalang ataupun makan di taman sekolahnya itu. Namun, yang Eun Jin lakukan bukanlah memakan makan siangnya, ia malah mengomel kesal akibat perlakuan teman-temannya.
Tak terasa bel masuk pun sudah berbunyi, Eun Jin yang sejak tadi duduk diam dibawah pohon itu pun mulai beranjak dan memutuskan untuk segera memasuki kelas. Saat sedang berjalan di koridor sekolah, ia melihat banyak sekali orang berkerumun disana.
Karena rasa penasarannya, ia pun berjalan mendekat kearah kerumunan orang tersebut. Ia menepuk pundak salah satu teman sekelasnya yang sedikit akrab dengannya.
"Ji Yeon, apa yang sedang terjadi? Mengapa banyak sekali orang disini? Bahkan bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu"
Ji Yeon pun merespon tepukan Eun Jin dan menjawab pertanyaannya,
"Ah, apakah kau sungguh tidak tahu? Kim Jaeh Kyung si murid populer yang sangat disegani semua orang itu kembali lagi ke sekolah ini" ujarnya dengan penuh semangat.Eun Jin merasa bingung dan tak begitu memahami situasi saat ini, ia pun bertanya lagi kepada Ji Yeon.
"Kim Jaeh Kyung? Memangnya ia darimana? Kok kau bilang tadi dia baru kembali lagi?"Ji Yeon terkekeh kecil,
"Aku hampir lupa bahwa kau murid pindahan, tentu saja kau tidak mengenalnya""Jadi dia itu adalah anak dari pengusaha yang sangat sukses di kota ini. Ia sempat meninggalkan sekolah selama 1 bulan karena harus ke luar negeri untuk mengurus bisnis keluarganya, aku juga kurang tahu sih bisnis apa yang dia urus. Pokoknya dia itu keren banget!" Jelas Ji Yeon.
Eun Jin mengangguk dan memusatkan pandangannya kepada sosok pria yang disebut "keren" oleh temannya tadi.
"Dia memang keren sih, dia memancarkan aura uang yang tidak akan habis selama 7 turunan" ucapnya, sembari terus menatap Jaeh Kyung
Jaeh Kyung tanpa sadar juga sedang memperhatikan Eun Jin ditengah-tengah para murid yang berusaha mendapatkan perhatiannya. Eun Jin yang menyadari hal itu sontak terkejut dan mengalihkan perhatiannya, ia sedikit memundurkan langkahnya agar tak tertangkap sorot mata Jaeh Kyung.
"Wah gawat, kenapa dia menatapku begitu ya? Apakah dia bisa membaca mimik bibirku tadi? Dan mengerti ucapanku?"
"Lain kali aku harus lebih berhati-hati dalam berkata-kata" ucapnya Eun Jin, ia menepuk kepalanya pelan dan memutuskan untuk segera kembali ke kelasnya.
Eun Jin duduk di kelas dan tak lama kemudian semua teman-temannya juga sudah kembali. Namun siapa sangka, sosok yang ia hindari justru malah masuk ke ruang kelasnya dan duduk disampingnya. Tanpa sepatah katapun.
[ Karena Eun Jin murid pindahan, ia duduk di bangku paling belakang sendirian. Karena itu, bangku sebelahnya yang kosong langsung diduduki oleh Kim Jaeh Kyung ]
"Sial, padahal banyak murid disini yang menawarkan tempat duduknya untuk orang ini. Tapi kenapa dia malah duduk disebelahku begini sih?" Gerutu Eun Jin dalam hati.
"Kau, sejak tadi terus menatapku, kenapa?" Suara berat, namun lembut tertangkap oleh indera pendengaran, Eun Jin. Gadis itu dengan spontan kembali menatap sosok disebelahnya, Kim Jaeh Kyung.
Tbc, vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day We Fall In Love
Teen FictionCerita ini bermula dari kehidupan seorang gadis yang berusaha untuk tetap bisa menjalani kehidupannya di Seoul. Jujur saja, hidup di kota besar sendirian itu memang bukanlah hal yang mudah untuknya, namun hebatnya tak ada kata menyerah dalam kamus L...