(2) Glad to know you.

2 2 0
                                    

"Kau, ternyata masih menatapku seperti itu ya? Apakah ini pertamakalinya bagimu sebangku dengan pria tampan?" Celoteh Jaeh Kyung dengan percaya diri, karena sesuai dengan apa yang ia katakan. Jaeh Kyung memang sangat tampan.

Eun Jin menjadi agak gugup dan sedikit canggung, ia pun memberanikan diri untuk membalas perkataan Jaeh Kyung.
"S-sebenarnya aku cuma reflek aja kok menatapmu seperti itu, maaf kalau itu membuatmu tidak nyaman"

Jaeh Kyung meresponnya dengan hanya berdeham sekali, dan wali kelas pun masuk ke kelas. Tidak ada percakapan lagi antara Jaeh Kyung dan Eun Jin setelah itu.

Hingga akhirnya pelajaran pun sudah selesai, Eun Jin setelah pulang sekolah ia masih harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kehidupannya. Eun Jin bekerja disebuah minimarket yang lumayan dekat dengan rumahnya, ia mengganti pakaiannya dan mulai bekerja.

Seperti biasa, malam ini juga sangat sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang mampir untuk membeli rokok dan minuman. Karena hari ini terlalu melelahkan baginya, ia merasa sedikit mengantuk dan kurang semangat.

Kringgg...

Bunyi suara pintu yang terbuka, menandakan adanya pelanggan yang mampir. Eun Jin menegakkan badannya pertanda ia siap melayani pelanggan tersebut.
"Cara berpakaiannya kenapa seperti itu ya? Jaket hitam, masker, dan topi hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya" gerutunya dalam hati.

"Tidak mungkin kan kalau dia seorang idol yang sedang menyamar? Wah! Kalau memang benar ia seorang idol, kira-kira siapa ya?' tambahnya, yang sedang melamun.

"Permisi!" Suara pria, yang adalah pelanggannya itu.

Eun Jin pun tersadar dari lamunannya dan menyapa pelanggan itu dengan ramah.
"Ah, maaf. Selamat malam, apa ada tambahan lain?" Ucap Eun Jin.

"Tidak ada" balas pria itu.

"Baik" Eun Jin, ia segera melakukan pekerjaannya. Dan pada satu momen, dimana mata mereka berdua bertatapan. Eun Jin merasa tak asing dengan tatapan itu, sepertinya itu adalah sepasang mata dari sosok yang tidak asing untuknya.

Eun Jin membelakkan matanya,
"Kim Jaeh Kyung?"

Pria yang disebutnya Kim Jaeh Kyung tanpa ada sepatah katapun, ia segera mengambil kantong belanjaannya dari tangan Eun Jin dan berjalan pergi keluar dari minimarket tempat Eun Jin bekerja.

"Apa-apaan sih dia, sombong sekali!" Eun Jin merasa kesal atas sikap Jaeh Kyung barusan, yang menurutnya itu sikap yang dimiliki oleh sosok yang menyebalkan dan tidak pantas dilabeli "orang yang disegani"

Jam kerja Eun Jin sudah selesai, ia membereskan minimarket itu dan memilah makanan yang sudah expired untuk dibawanya lalu segera menutup minimarket. Eun Jin pulang ke rumah dengan berjalan kaki, jalanan terasa sangat sepi dan udara malam yang dingin menusuk tubuhnya.

Tak selang berapa lama akhirnya ia menginjakkan kakinya di rumah yang sederhana, peninggalan kedua orangtuanya. Eun Jin membersihkan badannya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya dan belum bisa tidur karena tiba-tiba Kim Jaeh Kyung memenuhi pikirannya.

"Kim Jaeh Kyung... Apakah rumahnya berada disekitar lingkungan tempat aku bekerja?" Tanpa sadar ia berkata seperti itu.

Ia pun menutupi tubuhnya dengan selimut dan berbaring menyamping, tak lagi menatap langit-langit kamarnya.
"Kenapa kok aku jadi mikirin Jaeh Kyung sih? Apa aku sudah gila!" Ucapnya lalu ia menutup matanya hingga akhirnya terlelap.

Keesokan paginya...

Seperti biasa, aktivitas Eun Jin di pagi hari tak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya, ia bersiap untuk berangkat sekolah.

Pagi ini cuaca cukup cerah, namun udara tetap saja dingin. Karena ini masih terlalu pagi jadi jalanan juga masih sepi.
"Sungguh aku suka suasana yang seperti ini, jalanan tidak macet dan udara pagi yang menyejukkan!" Ucap Eun Jin.

Sesampainya di sekolah, ia langsung memasuki kelasnya dan duduk ditempat duduknya. Seiring berjalannya waktu anak-anak lain juga mulai berdatangan hingga akhirnya kelas sudah terisi penuh.

Mata pelajaran pertama hari ini adalah, matematika. Sungguh, Eun Jin tak pandai dalam hal yang melibatkan angka-angka seperti ini. Ia pun celingak-celinguk memilih temannya yang kemungkinan bisa membantunya. Eun Jin selalu mendapatkan nilai yang buruk dalam pelajaran matematika dan ekonomi, namun nilai bahasa inggris dan bahasa koreanya selalu bagus.

"Kenapa tidak ada yang membantuku disaat seperti ini?! Padahal mereka selalu mendatangiku ketika ada tugas bahasa inggris, sial sekali aku!" Gerutunya dengan perasaan yang resah karena 15 menit lagi tugas matematika itu sudah harus dikumpulkan.

Jaeh Kyung yang menyadari hal tersebut merasa terusik karena sedari tadi Eun Jin terus bergerak kesana-kemari dan tak bisa tenang, akhirnya Jaeh Kyung membuka percakapan.
"Kau ini kenapa sih? Ucap Jaeh Kyung, dengan tatapan tajamnya yang dilontarkannya kepada Eun Jin.

Jaeh Kyung melirik buku milik gadis disebelahnya itu, ternyata sesuai dengan dugaannya. Eun Jin. Tidak. Bisa. Matematika.
Eun Jin yang merasa terintimidasi oleh tatapan Jaeh Kyung menjadi gugup dan menggigit bibir bawahnya.

Jaeh Kyung menggeser bukunya lebih dekat dengan Eun Jin, bermaksud agar gadis itu bisa melihat jawabannya. Eun Jin yang merasa bingung pun bertanya kepada pria disebelahnya itu.
"Maksudnya apa?" Bisiknya perlahan, agar guru tidak mendengarkan perkataannya.

Vote, tbc.

One Day We Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang