Feel // 3

208 17 0
                                    

Cup!

Kedua manik itu perlahan terlihat ketika sebuah bibir mengecup mesra pipi kirinya. Kemudian, yang terlihat adalah senyuman, tampak tulus dan hangat.

Sebentar ia perhatikan sekeliling. Pemuda itu sadar jika ini adalah kamarnya.

Ruangan 6 x 6 meter, dinding bernuansa putih dengan sebuah jam yang terpasang disana, selebihnya hanya ada ranjang ––yang kini ditempatinya, serta nakas yang berada disisi kanan ––bersebelahan dengan jendela kaca yang akan dibukanya saat ia ingin merasakan hembusan angin yang selalu sama, dingin dan... sepi.

"Selamat pagi sayang.."

Suara merdu dan lirih tersebut menyambut, pun memamerkan senyum di wajahnya, mengabaikan sepasang mata kelam yang masih coba menyesuaikan diri dengan cahaya yang sedikit silau. Iya, ini sudah pagi.

"Memang sudah pagi."

Jisung benar-benar membuka sempurna kedua jelaga pekatnya. Lantas, ia menoleh untuk mendapati senyum itu lagi.

Seringgaian khas ––menawan, terlihat samar.

"Lama juga menunggumu terbangun." Haechan masih tersenyum hangat, membiarkan manik memikat itu larut pada senyumannya.

Lagi-lagi sunggingan di wajah Jisung nampak. Bukan tersenyum, tapi seperti senyuman. Membuat Haechan menenggelamkan diri lantaran terpukau pada lengkungan bibir itu walau terlihat samar. Kekasihnya memang lelaki yang begitu tampan, semua orang akan setuju.

"Tidurmu sepertinya lelap Ji.."

'Tsk! Apa? Lelap? Katanya?'

"––kau sepertinya mimpi indah ya?"

'Mimpi indah??'

Kali ini tersenyum sempurna. Lagi! Jisung tersenyum sempurna.

"Ya.. Aku memang bermimpi."

Namun, senyum itu tetiba mengudara saat si pemilik mengucapkan kalimat lanjutan.

"Mimpi indah?"

"Mimpi indah?" Potong cepat Jisung. Senyum di wajah Haechan pudar, terlebih ketika kedua mata yang tadinya menenangkan untuk dipandang itupun berubah menjadi tajam ––seolah siapapun yang melihatnya akan tenggelam lalu terbunuh secara perlahan.

"Ji––Jisung––"

Takut dan kawatir! Jisung menangkap semuanya.

"Aku mimpi indah ya?" Jisung kembali bersuara. Tatapannya makin mengintimidasi sosok lemah yang kini tampak gelisah.

Takut. kawatir. Dan gelisah! Sempurna. Ekspresi yang sempurna? Siapa yang bodoh disini? Atau Jisung lah yang terlalu bodoh untuk dikelabui??

"––aku bermimpi buruk Haechan.." Hingga sebuah penuturan terdengar, lirih dan lemah. Jisung menundukkan kepala, pun menautkan jari jemarinya.

Membuat Haechan terhenyak, ia langsung meraih kedua tangan Jisung yang tengah bertautan. Melepaskan tautannya lalu menggenggamnya erat. Membuat Jisung kembali menatapnya.

Mata yang menghanyutkan bertemu dengan mata lain yang selalu sendu.

"Kau tak apa?" Sebelah tangan Haechan mengusap lembut pipi yang semakin lama semakin tampak menirus tersebut.

Sedang, Jisung masih memandangnya kosong.

"Atau aku tidak bermimpi?"

Kedua alis milik Haechan tertaut. Jisung memang selalu penuh misteri. Haechan mulai tidak mengerti lagi saat ini.

"––aku tahu segalanya.." Jisung menambahkan. Selanjutnya ia menarik tangannya dari genggaman hangat tangan Haechan. Oh.. bahkan tatapan teduhnya telah berganti tatapan tajam dan beringas.

Feel. // soul. -Nahyuck // JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang