Feel // 6 - reality

169 8 0
                                    

Beberapa waktu sebelum obrolan dua orang dewasa tersebut Jaemin dan Haechan, terjadi..

Buahg!

Satu pukulan mendarat dengan sangat mulus pada pipi kiri pemuda berkemeja peach yang kini tengah memegangi pipi kirinya, ujung bibirnya terasa asin, mungkin bibirnya terluka karena serangan tiba-tiba yang tidak dapat ia prediksi.

"Kau!" Dengan mata nyalang dan emosi yang memuncak, pemuda berkaos hitam tersebut menunjuk dirinya yang mendesis tertahan.

Jaemin —si pemuda berkemeja peach, itu tak berusaha untuk mendekat. Ia sangat paham jika sang pasien tengah berada diujung emosi. Ia tak ingin gegabah, Jaemin lebih memilih untuk mengamati pergerakan sang adik ––ya.. sialnya baginya karena pasien yang ditanganinya adalah adik kandungnya sendiri, membuat si sulung Na lebih tak dapat memutuskan apa yang seharusnya dilakukan.

Na Jisung dan emosinya dan jiwanya dan kesadarannya, adalah hal yang begitu sulit ––yang selama ini tak dapat dengan mudah diredakan, kecuali membiarkan hal tersebut menyurut dengan sendiri. Terlebih.. jelas ia tak ingin menyakiti sosok adik tercinta.

"Kau telah mengambil Haechan dari ku kan?! IYA KAN?!"

Jaemin menyipitkan mata. Sebuah pertanyaan muncul dalam kepalanya. Tunggu dulu.. yang dikatakan Jisung apa maksudnya? Ia merebut Haechan nya? Dirinya?

"Kalian berdua pergi dibelakangku kan! Kau selalu membujuknya untuk meninggalkanku kan?! KAU INGIN MENGAMBILNYA KAN SIALAN!!" Satu layangan pukulan lagi, sayangnya kali ini hanya mengudara karena dengan cepat Jaemin menagkisnya.

"Tenanglah Jisung.. kau lihat aku.." Ucap Jaemin coba memberikan ketenangan melalui tatapan.

"––kau lihat siapa aku Jisung?" Lanjutnya, ia menurunkan kembali kepalan tangan Jisung yang hampir melukai kembali wajahnya. Membuat si bungsu Na terdiam, terlarut dalam kedua jelaga pekat milik Jaemin yang meneduhkan.

"––lihat lah baik-baik Jisungie.."

"Kau––Kakak??"

Lantas, Jaemin menghela nafas panjang disertai senyuman tipis. Pemuda itu mengangguk cepat, menciptakan kernyitan di kening Jisung yang tiba-tiba merasa pening dan berat. Dengan sebelah tangan ia memijitnya perlahan ––tentunya pula dibantu oleh Jaemin yang memapahnya kembali ke atas ranjang.

"––Kakak.. kau kembali?" Jisung yang kali ini sudah berada di atas kasur kembali bertanya, ia abaikan kepalanya yang berdenyut nyeri, pun menatap dalam sosok sang Kakak yang duduk ditepian ranjang.

Jaemin mengangguk lemah, ia tersenyum kecut lantaran mendapat pertanyaan 'yang selalu sama' dari Jisung setiap kali mereka bertemu —setiap kali Jisung sadar akan siapa dia, setiap kali Jisung merasa jika Jaemin baru saja kembali untuknya.

Ah.. itu menyakitkan..

Terlebih bagi seorang Na Jaemin yang merasa tak akan pernah berhenti menyesal dengan apa yang telah terjadi.

"––Kakak.. bibirmu terluka?" Mata Jisung terbelalak ketima melihat sebuah luka memar dengan sisa-sisa darah di ujung bibir Jaemin.

Lagi.. Jaemin merasa begitu miris. Apa yang dapat dilakukannya selain menyalahkan dirinya sendiri?

"Iya, karena laki-laki yang akan mengambil Haechan darimu.."

Sebuah kalimat pancingan, Jaemin begitu paham jika pasien yang juga adik nya tersebut tengah sensitif terhadap sesuatu yang sayangnya tidak ia ketahui.

Feel. // soul. -Nahyuck // JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang