7

1.4K 82 5
                                    

"UHUK-"

Seungkwan benar-benar tersedak dengan apa yang didengarnya, tangannya memukul-mukul dadanya, sementara Vernon memberinya segelas air putih.

"Ah, bohong!" Ucap Seungkwan setelah memastikan tenggorokannya bersih.

"Aku punya rekaman suaranya, mau ku putarkan?"

Seraya mengernyit, Seungkwan menatap Vernon dari atas ke bawah diikuti manyunan bibir, sebelum dia memutar bola matanya dan kembali melihat makanan dihadapannya.

"Aish! lupakan saja, itu perkataan yang ku lontarkan saat aku emosi, akal manusia dibuat samar saat emosi, kau tau? aku tak berpikir saat berbicara saat itu"

"Terlepas dari itu, aku tetap ingin berciuman dengan mu"

"Ih, aku geli mendengarnya, kau gila"

"Tentu"

"Lagian, untuk apa kau merekam percakapan di telfon itu? apa kau penguntit?"

"Awalnya bertujuan sebagai iseng saja, aku tak tau kau akan berkata seperti itu dan akan terjadi kejadian seperti ini."

Seungkwan hanya memberikan tatapan sinis dibalas dengan senyuman manis Vernon, melihat Seungkwan kesal juga alasannya tergila-gila dengan pria manis itu.

Untuk mengulur waktu, Seungkwan memilih menghabiskan makanan yang tadi diberikannya pada Vernon tapi tidak diinginkan—mumpung gratis.

Semakin habis makanan di depannya, semakin dalam juga tatapan Vernon padanya, beberapa kali juga mereka bertatapan canggung, Seungkwan tau pasti Vernon memerhatikan matanya kemanapun itu terarah—seperti penggemar bulutangis yang matanya selalu mengikut arah kok yang beterbangan; tak lepas lepas.

"Apa yang kau perhatikan dari ku sejak tadi?" Seungkwan bertanya sembari berdiri hendak mencuci piring bekas makannya.

"Entahlah"

"Entah? Hh...Vernon, apa kau ingin tau rasanya digebuk dengan piring?"

"Matamu menarikku, itu saja"

Vernon kini mulai berdiri sambil menyender pada pinggiran meja makan, memerhatikan Seungkwan yang sedang mencuci piring seraya memunggunginya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Buta? aku sedang mencuci piring"

"Tidak, apa yang kau lakukan sebelum bertemu denganku, seperti, pekerjaan, sekolah, pertemanan"

"Apa pentingnya untukmu?"

"Cerita saja, aku ingin mendengar lantunan lagu mu"

"Aku tidak bernyanyi"

"Lalu mengapa suaramu bagai melodi?"

"Gombalanmu aneh. Sudahlah, aku masih punya barang yang belum selesai aku bereskan, urus saja urusan mu sendiri"

Vernon yang matanya masih terpaku pada Seungkwan yang lambat laun menghilang, tersenyum miring lalu masuk lagi ke dalam ruang kerjanya.

Sesaat setelah masuk kamar dan menutup pintu, Seungkwan langsung bernafas dalam dan melepasnya, sepertinya dia menahan diri sejak didatangi Vernon tadi, tunggu, menahan diri dari apa?

"Hh... aku pikir bibirku akan benar-benar di lahapnya... aku tak pernah berpikir akan berdialog seperti itu dengan seseorang,

Tapi.. rasanya ciuman bagaimana ya?

Aish! Seungkwan! pikirkan yang lain!"

Kedua tangan Seungkwan kini berada di pipinya yang samar-samar memerah, sebelum akhirnya ia menggeleng kasar dan mulai membuka satu persatu kardusnya yang masih belum terbuka.

Forced Love ÷ Verkwan 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang