ii: ini bukan mimpi, faldo!

10 4 0
                                    

Faldo menatap laki-laki itu heran, kemudian Felix membalikkan badan. Dengan senyum sombongnya, ia menatap Bunga dan Faldo. Tatapan percaya dirinya perlahan runtuh sepersekian detik, ia mengerutkan dahinya, kemudian tersenyum lagi.

"Kalian pasti khawatir ya, tidak, jangan khawatir, ada seorang abilitant disini!" Felix membuka kedua lengannya, lebar.

Bunga tidak bergeming. "Suara ledakan apa tadi?"

"Oh, tadi ada villain, bahaya sekali! Dia sepertinya mau merobohkan seluruh sekolah ini!"

"Villain?" Bunga bertanya lagi. "Mana villain-nya?"

"Tadi sudah aku usir, tapi sepertinya sekolah ini sudah tidak terselamatkan. Gedung ini akan roboh beberapa menit lagi, teman-teman!"

Suara ledakan besar terdengar lagi, Felix berhenti berbicara, ketiganya melebarkan lengannya agar mereka seimbang dan tidak jatuh.

"Aku bilang..." Felix memulai lagi, kali ini menatap mata mereka berdua dan agak kesal. "Kalian harus pergi!"

"Memangnya, villain-nya kamu usir kemana?" Bunga bertanya kembali, ia sepertinya tidak begitu menghiraukan perintah Felix.

Felix berdecak. "Aku bilang sudah aku usir, lagipula, kalau villain-nya ketemu, mau kalian apakan? Kalian kan orang biasa!"

"Kecuali," Bunga memandang Felix tajam dan menunjuk ke arahnya. "Kau villain-nya."

Keheningan menyelimuti mereka. Senyum percaya diri Felix runtuh.

"Jangan bicara asal, dong! Aku bukan villain tahu? Lagipula, apa tujuanku –"

"Mana 'teman' mu?" Kali ini, Faldo yang berbicara, hal-hal yang dibicarakan Bunga tiba-tiba masuk akal dalam benaknya. "Ability hipnotismu tidak berguna pada sesama abilitant, Felix. Kau bisa membodohi seluruh sekolah, dan merubah mereka menjadi 'fans' mu. Tapi bukan denganku..." Faldo lalu meirik ke arah Bunga. "Dan juga, bukan ke arah gadis ini juga..."

Felix mendengus kesal, ia kemudian meregangkan tangannya ke depan.

"Dasar hama pengganggu, harusnya aku satu-satunya abilitant di sekolah ini!"

Faldo menyipitkan matanya, untuk apa ia melakukan itu? Ia sudah bilang ability hipnotisnya tidak akan berguna...

"Faldo, awas!" Bunga berteriak, dan menarik lengan Faldo ke samping. Benar saja, ledakan besar muncul di area yang tadinya diinjak Faldo. Menyisakan asap dan aspal yang rusak karena ledakan. Faldo membelalakkan mata, ia sampai tidak memerhatikan bahwa Bunga sudah menarik mereka sembunyi di belakang tong air yang kosong.

"Kita perlu bicara," Bunga memandang Faldo.

"Bicara? Kita perlu kabur!" Faldo melotot ke arah Bunga. "Kita tidak bisa melawannya, dia abnormal! Mana bisa abilitant punya lebih dari 1 ability? Aku pikir dia punya rekan untuk meledakkan sekitarnya!"

"Faldo," Bunga memandangnya tegas. "Kau... bagaimana kau tahu dia punya ability hipnotis...? Tidak, itu tentu terlalu jelas, jumlah fansnya memang tidak normal. Kalau begitu, sepertinya ability Felix hanya berlaku bagi para non-abilitant. Jadi, kau itu... abilitant?" Bunga menyipitkan matanya. "Jadi itu alasannya kau membenci Felix dan tidak menjadi fans-nya? Kau menyembunyikan identitasmu sebagai abilitant?"

"Hei, kenapa kau memandangku seperi itu? Kau kan, juga abilitant! Aku tahu kau aneh semenjak kau tidak menjadi fans Felix, tapi aku tidak pernah mengungkitnya, tahu? Aku pikir jika aku punya rahasiaku, ya kau punya rahasiamu juga." Faldo menghela nafas. "Yah, lupakan. Kita sudah selesai bicara, bukan? Sekarang, bagaimana caranya kita kabur?" Faldo mengintip, melhat bagaimana Felix berteriak agar mereka berdua keluar, dan mulai meledakkan area acak di sekitarnya.

MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang