05. Senpai penggetar hati

190 26 7
                                    

"Bukannya dia teman kelas kita?" Ujar Yoshiro sembari memakan bakpau yang masih panas berisi daging ayam.

Rei disisi lain membuka bekal. Makanan yang sudah disiapkan oleh mama tercinta. Isi bekal itu sederhana seperti masakan rumah biasa. Meskipun begitu, Rei tetap menyukainya. "Seriusan? Tidak pernah tau tuh?"

Yoshiro memutar mata, mendumal dengan setengah kesal akan sikap Rei yang cuek pada teman sekelas sendiri hingga tidak mengetahui siapa aja orang-orangnya, "sadar ege! Kau itu jarang di kelas kecuali jam pelajaran! Gimana mau kenal sama yang lain kalau tujuanmu aja selalu ke anak kelas 7?"

Rei langsung diam, tidak berusaha membantah. Dia memasukkan makanan ke dalam mulut, bertanya lagi tentang lelaki yang kemarin akrab dengan Tobio, "jangan bilang dia yang kau ceritain waktu itu? Yang ngegendong klub voli ke sesi final?"

"Ingatan Anda bagus juga," Yoshiro bercanda.

Rei langsung mendorong lengan Yoshiro sembari mendengus ringan. Pikirannya tertuju pada Iwaizumi si rambut hitam duri, orang yang dapat bercengkrama akrab dengan Tobio kemarin. Pantas saja jika Tobio terlihat nyaman berbincang dengan orang itu. Ternyata memang orangnya sehebat itu.

Ya sudah, Rei akan membiarkan mereka berdua akrab.

Untuk sekarang.

Dan mungkin, dia juga perlu mengakrabkan diri dengan orang yang dapat membuat Tobio bersemangat tersebut. Lagipula mereka juga teman sekelas. Anggap aja Rei ingin dekat dengan teman sekelas agar tidak terlalu asing.

.

.

.

Tapi itu tidak berselang lama, karena sekarang Rei merasa ingin menjauhkan Tobio dari lelaki bernama Iwaizumi Hajime. Sayangnya, tidak hanya Iwaizumi Hajime. Ada satu lagi nama tambahan yang juga ingin Rei jauhkan, yaitu Oikawa Tooru.

"Kau harus liat mereka berdua main, Rei! Apalagi saat Oikawa-san mengoper bolanya dan Iwaizumi-san tiba-tiba sudah siap di posisi untuk mukul! Itu keren banget!" Tobio menceritakan tentang kehebatan kedua senpainya dengan bersemangat dan mata berbinar. 

Rei berharap tatapan seperti itu hanya ditujukan untuknya. "Oh ya?"

Tobio mengangguk penuh kesungguhan. Badannya tengkurap, berada di atas tubuh Rei, dagu menempel pada dada pria yang ditunggangi tersebut. "Iya!! Terus servisnya Oikawa-sab keren banget, Rei! Kenceng tapi bisa tepat sasaran!"

Posisi tubuh Rei rebahan di sofa. Satu tangan ia tekuk untuk menjadi bantalan kepala, tangan yang lain digunakan untuk memegangi punggung Tobio agar bocah itu tidak melorot jatuh saat berada di atas tubuhnya. Wajah Rei merendah agar dapat mengamati perubahan ekspresi yang Tobio timbulkan tiap kali menceritakan tentang kegiatan latihan volinya sore tadi. Ia mendengarkan dengan tulus tiap kata yang keluar dari mulut Tobio yang mungil.

Tatapan Rei berubah lembut. Ibu jari mengusap pelan punggung Tobio. Dia membuka mulut, "aku senang kau menikmati latihannya, Tobio."

Binar di mata Tobio semakin cerah. Kepalanya terangkat, memandang Rei dengan sangat dekat. Dia mengangguk. "Makasih, Rei!"

Rei menepuk pantat Tobio untuk menyuruhnya bangun. "Ayo, pindah ke kamar sekarang. Waktunya tidur. Kamu bisa melanjutkan cerita tentang Oikawa dan Iwaizumi besok." Ketika nama Oikawa dan Iwaizumi keluar dari mulut, dia memutar mata seperti ogah-ogahan menyebutnya.

Tobio menuruti perkataan Rei, menyingkir dari atas tubuhnya. Rei mengulurkan tangan yang mana langsung ditangkap oleh Tobio, keduanya berjalan berdampingan menuju kamar tidur.

Kedua orang Rei saat ini sedang ada dinas keluar kota. Butuh beberapa hari sampai akhirnya mereka dapat kembali pulang ke rumah. Itulah alasan mengapa Tobio berada di rumah Rei dan akan tidur dengannya untuk saat ini, dan mungkin beberapa hari kedepan. Tergantung kapan orang tua Rei kembali. 

Rei dengan berbagai alasan dan kata-kata manis, berusaha membujuk Tobio untuk tidur dengannya. Tobio awalnya enggan karena Rei yang sekarang memiliki badan besar dan tinggi. Jika keduanya tidur di satu kasur, pasti akan terasa sempit. Tobio tidak suka.

Rei yang memiliki keahlian khusus dalam membujuk Tobio, memberikan berbagai serangan yang membuat Tobio akhirnya melunak.

"Kata Kunimi kau sekelas dengan Oikawa-san dan Iwaizumi-san," tanya Tobio memasuki kamar bersama dengan pemiliknya.

Rei menjawab dengan setengah hati, "begitulah." Menyeret Tobio ke kasurnya, dan merebahkan pria kecil itu di sampingnya. Rei juga ikut merebahkan diri.

Tobio berbalik ke arah Rei dengan muka bersemangat. Tidak ada tanda-tanda akan mengantuk. "Wah.. berarti mereka pinter dong?"

Sudut mulut Rei berkedut. Dia menarik tubuh Tobio mendekat, memeluknya dengan erat hingga wajah anak itu tenggelam di dadanya. "Tidur, bi."

"Khapi Leiii..." Suara Tobio hampir teredam.

"Shhh..." Rei menepuk-nepuk punggung Tobio dengan pelan dan lembut seperti penghantar tidur. "Tidur ya, bi.. ceritanya lanjut besok."

Tobio dalam pelukan Rei cemberut, tetapi akhirnya mengikuti kemauan lelaki pemenuh kasur tersebut. Dia menjawab dengan gumaman rendah setengah hati, "yaa.."

Rei menampilkan senyum kecil. Dagu berada di atas kepala Tobio, matanya terpejam sembari tangan masih menepuk-nepuk punggung seperti sedang menidurkan anak kecil.

"Sleep well, Tobio."

"Kau juga, Rei."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obedient KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang