00

438 23 0
                                    

"Siapa yang mau maju ke depan sebagai perwakilan?"

Semua murid langsung merunduk saat Waka berkata demikian. Kertas yang telah diberi solatip itu terpajang di papan tulis. Kertas bertuliskan daftar penyisihan untuk kelas akselerasi  membuat yang lain resah.

Dhara menggenggam erat tangan Gita dan Ardika—berharap nama mereka bertiga berada di posisi aman, sedangkan Devan terus menyikut lengan Ardika dan memaksanya untuk maju ke depan. Namun, Wakil Ketua itu terus saja menolak dan malah menyuruh Hania saja yang maju ke depan sebagai perwakilan. Sebagai ketua kelas, mau tidak mau Devan maju ke depan sebagai perwakilan, meski dalam hati ia memaki Ardika karena menolak menjadi perwakilan dan mengatakan jika itu adalah tugas ketua kelas.

"Jika nama kalian bertuliskan eliminasi, berarti kalian terpaksa kembali ke kelas reguler."

Suasana mulai bertukar menjadi mencekam saat Waka berkata demikian. Ini sudah yang ke tiga kalinya diadakan evaluasi, dan akan ada pula murid yang mau tidak mau harus keluar dari akselerasi.

"Ayolah, masa harus ngerasain people and go lagi, sih?" Lirih Elina seraya merapikan poninya.

Dan saat kertas itu mulai ditarik oleh Devan, keadaan kelas menjadi campur aduk tidak karuan. Dan seperti yang dikatakan Elina barusan, salah satu dari mereka terpaksa kembali ke kelas reguler dan tidak bisa mengikuti program akselerasi bersama yang lain.

Even If Our Time Has Run Out Today
Story by Boba_greentea127

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang