EPS 08 : From "The Smart Student"

61 10 0
                                    

"And she cried, over nothing. So there was nothing I could do to stop her for cutting, her beautiful blue hair off"
-Blue Hair, TV Girl

『✎﹏ 』

DHARA, Gita dan Ardika berpaling ke belakang, sapaan salam dari Ardika barusan tak dibalas oleh Kiana. Walaupun begitu, mereka bertiga berusaha untuk terus berpikir positif dan bisa jadi gadis dengan kardigan coklat muda itu tak menyadari adanya mereka bertiga.

Si kuncir kuda itu memandangi dua temannya satu persatu. "Gue butuh saran dari kalian berdua dong."

Ardika menggerakkan tangannya. "Apa-apa?"

"Gimana caranya akrab sama temen sekelas? Padahal gue di kelas reguler gampang banget dapat teman, giliran pindah ke sini malah sulit banget dapat teman," curhatnya.

"Gue juga bingung," balas Ardika seraya mengusap dagu, "Orang-orang di dalam sana kayak beda spesies sama gue."

Ardika memalingkan muka ke arah Gavin dan Jovan yang baru tiba di kelas. "Lo tau caranya?"

"Apa?" tanya Gavin seraya menempatkan sepatunya di rak depan kelas.

Jovan menjentikkan jari. "Ah, gimana caranya akrab sama orang baru, kan? Gue tau caranya, kasih aja dia roti."

Tiga remaja yang berdiri di depan pintu itu mengerutkan alis berbarengan, sedangkan Jovan menerangkan alasan mengapa ia menganjurkan untuk memberikan roti kepada orang yang ingin mereka dekati. Lantaran dengan berbagi roti, kita bisa berbicara topik ringan sambil makan roti bersama, biasanya itu mendatangkan hasil.

"Emangnya itu berhasil?" tanya Gita tidak yakin.

"Lo tawarin roti yang dia suka, terus pura-pura bilang, ternyata kita punya kesamaan. Lo suka apa lagi? Gitu. Itu cara nyari temen paling mendasar, dan paling berhasil," jelas Jovan membanggakan diri.

"Atau mungkin lo langsung datangi orangnya terus bilang, gue mau temenan sama lo. Spill nomor dan akun medsos lo, gue maksa," saran Gavin.

Dhara, Ardika dan Gita saling memperhatikan satu sama lain dan kembali memandangi Gavin.

"Ya udah deh, entar gue coba. Thanks buat sarannya," balas Gita tersenyum masam seraya menepuk bahu Ardika, dan melepaskan sepatu sebelum masuk ke dalam kelas.

Situasi yang berlaku di kelas sangat aman dan tenteram hari ini, boleh jadi karena suasana yang memang seperti ini atau ada hubungannya dengan penyisihan kemarin lusa. Walaupun sudah memberitahukan nama supaya saling kenal dan berusaha terbuka, namun enam murid baru tersebut terus merasa canggung. Jika sudah malu-malu seperti ini, pikiran mereka jadi ke mana-mana. Penduduknya yang memang sebagian besar memiliki MBTI tipe I atau bisa jadi tak ada satupun yang mau berkawan dengan mereka berenam, karena merekalah yang menyebabkan tiga murid tereliminasi sebelumnya.

Biasanya saat jam istirahat datang, semua mulai memencar. Sampai-sampai Jiya merasa sangat heran, apakah di kelas ini ada circle segala? Saat pelajaran sedang berlaku, di mana pemberian tugas biasanya dilakukan dengan cara berkelompok, pendapat mereka berenam biasanya tak pernah didengar dan kehadiran mereka selalu dianggap seperti mbak Kunti yang diam dipojok kelas.

Dhara menggaruk kepalanya, memusatkan perhatian pada papan tulis yang berisi deretan angka mata pelajaran Fisika di jam ke empat dan lima.

"Itu dapat angka lima dari mana, sih?" monolognya lalu ragu-ragu menepuk pundak teman sekelasnya.

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang