EPS 18 : Sehari Setelah Eliminasi

54 10 0
                                    

Telah direvisi pada 25 Maret 2024

"I know you love me back even if you don't say it. Oh, I know you love me back even if you don't show it"
—Love Me Back, Fromis_9 (Operation: True Love OST)

『✎﹏

"NAREN, AYO SEKOLAH!"

Cklek!

Pintu terbuka, menampilkan pemuda dengan jaket hitam dengan tatanan rambut yang rapi. Usai berpamitan dengan kakek dan nenek, dua remaja itu pergi ke arah halte bus. Satu hari setelah Naren kembali ke kelas reguler, Elina jadi tidak memiliki teman. Meskipun ada Hania dan Kiana, namun dengan tidak adanya Naren membuatnya merasa kehilangan motivasi untuk bertahan di akselerasi.

"Gimana di kelas barunya? Katanya lo sekelas bareng Sean," ucap Elina seraya berjalan menuju halte bus.

"Ya lumayanlah, tapi banyak yang ngeremehin gue gara-gara dikeluarin dari aksel. Katanya, gue nggak sepintar itulah, persis kayak waktu Sean balik ke kelas reguler," curhat Naren seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

Elina berkacak pinggang tak terima jika teman dekatnya diremehkan seperti itu. "Bilang ke gue, siapa orangnya? Kalo sampe ketauan ngatain lo dan gue nggak sengaja denger, gue jual mereka ke Sumanto!"

Naren tertawa melihat ekspresi marah Elina, lalu menarik tali jaket merah muda yang gadis itu kenakan. "Sumanto juga nggak mau kali, udah tobat dia mah."

Akhirnya mereka sampai di halte bersama anak-anak sekolah yang lain, menunggu bus sekolah yang akan datang lima belas menit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya mereka sampai di halte bersama anak-anak sekolah yang lain, menunggu bus sekolah yang akan datang lima belas menit lagi. Elina berdiri seraya memeluk tiang, memperhatikan kendaraan yang lewat sambil menghela napas panjang. Sedangkan Naren berdiri di sebelahnya sambil bermain ponsel.

"Lo udah balik ke kelas reguler, sekarang gue yang berjuang sendirian di kelas itu. Padahal masuk akselerasi itu impian lo dari dulu, Ren," kata Elina seraya memeluk erat tiang di sebelahnya.

"Ya mau gimana lagi?" Naren mengendikkan bahu, "Emang belum rezeki gue kali. Nggak papalah, yang penting gue udah pernah ikut aksel, meskipun cuma sebentar doang. Dan lo harus bertahan sampe akhir, gimanapun caranya, Na," pesannya.

Naren kembali menoleh ke arahnya. "Lo laper nggak? Gue punya roti lebih."

Pemuda itu cepat-cepat mengeluarkan satu roti selai nanas, walaupun dia tahu Elina tidak menggemari rasa tersebut, akan tetapi dia juga bingung ingin memberikannya ke siapa lagi. Karena nenek membelikannya sewaktu pulang dari pasar, mau tidak mau ia harus mengambilnya. Padahal Naren juga tidak suka akan rasa nanas.

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang