CHAPTER 22. SATU TITIK

3.4K 330 185
                                    

Anyyeonghaseiyeeee~

Your Mom is BACK!

YEHET!

Chapter ini adem ayem, jadi satai aja ya bacanya.

😁😁😁

Happy reading, hope you like it.

JANGAN LUPA KOMEN YANG BUANYAAAAAAAAAK~ 😍💚🤍💚🤍💚🤍😍😍😍

****

"Kenapa? Ada masalah?" Laura bertanya pada Aryan yang sejak tadi hanya diam mengamati objek mereka. Pemuda itu seakan enggan mengiyakan perintah dari Laura yang baru saja memberikan intruksi tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

"Dok, anak ini..." Aryan menarik napas dan mengeluarkannya perlahan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dia masih hidup, setiap kita memasukkan formula baru ke dalam tubuhnya, dia selalu menunjukkan reaksi lebih dari data yang kita butuhkan. Jika formula terakhir nanti berhasil kita injeksi, apa yang akan terjadi padanya?"

"Wow, Dokter Aryan, apa sekarang kamu mau mengatakan kalau ini adalah kejahatan? Apa kamu lupa bagaimana caramu menghabisi seseorang demi menyelamatkan kekasihmu?"

Dokter muda itu hanya bisa mengepalkan tangan di sisi tubuh. Berusaha keras menahan emosinya sendiri yang entah pada siapa sebenarnya dia marah. Dokter Laura, atau justru pada diri sendiri yang terlalu bodoh dan tidak berdaya di hadapan wanita itu. Benar, Aryan harus bergabung dengan tim wanita iblis itu di laboratorium pribadi milik Laura, setelah dia mendapatkan bantuan untuk kesembuhan kekasihnya.

Terkendala biaya dan tidak bisa menemukan organ yang tepat untuk donor hati yang dibutuhkan kekasihnya, Laura memberikan jalan tak terduga yang membuat pemuda itu terjerat dalam lingkaran iblis yang dibuat oleh wanita itu.

"Maaf, Dok, saya tidak bermaksud–"

"Lakukan saja tugasmu, maka aku juga akan melakukan yang terbaik untuk kekasihmu."

Aryan hanya bisa mengangguk pasrah, walau jauh di lubuk hatinya jelas dia tidak setuju dengan apa yang Laura lakukan. Dia tidak ingin menjadi manusia yang tidak bisa memanusiakan manusia lain, demi satu dua manusia yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Namun apa daya, dia sudah telanjur masuk ke dalam lingkaran sesat itu bersama Laura.

***

"Manusia ganteng," Renjana melangkahkan kakinya sambil terus memikirkan tentang Panji. Baru sehari anak itu tidak ada dalam radar, tapi rasanya Renjana seperti sudah ribuan abad tidak mengganggunya. "kapan kamu kembali?" gumamnya dengan fokus pada kakinya sendiri di setiap langkah.

Pipinya menggembung saat kesal. Gadis itu menengadah, melihat bagian atas jembatan yang terlihat mulai berkarat. Napasnya diembuskan dengan sedikit kasar, lalu dengan asal-asalan, kaki mungilnya nenendang salah satu tiang penyangga jembatan. Seketika, tiang itu menghilang, membuat Renjana menoleh ke segala arah dan menemukan satu persatu yang ada dikelilingnya ikut menghilang. Berganti menjadi hamparan putih yang entah di mana awal dan ujungnya.

"Manusia ganteng!" panggilnya setelah berjalan setengah berlari. Tiba-tiba saja rasa takut menyusup ke dalam pikiran gadis itu.

"Bima! Nyai! Kalian di mana?"

Renjana berlari di sebuah jalan lurus yang dipenuhi hamparan putih. Dia tidak tahu ke mana kakinya akan membawa, tapi telinganya mulai mendengar deru motor yang seolah semakin mendekat dan terus mendekat. Lututnya terasa lemah, tapi dia tidak bisa memutuskan untuk berhenti berlari, sampai kakinya tersandung oleh sesuatu dan gadis itu tersungkur di sana.

7 LENTERA | Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang