00.10

798 84 18
                                    

BRAKKK!

Carren terperanjat saat mendengar suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar secara tiba-tiba. Seketika ia menoleh kearah sumber suara itu berasal.

"Carren!" Gadis itu shock saat pangeran Darren tiba-tiba masuk kemudian menarik pergelangan tangannya dengan kasar.

Brukhh!

"Akhhh s-sakit.." Carren meringis dikala tubuhnya didorong kuat oleh pangeran Darren hingga membentur dinding kamar itu.

Tatapan tajam dan suara tawa yang mengerikan dari pangeran Darren terdengar memenuhi ruangan tersebut.

Carren sama sekali tidak bisa melawan karena tenaganya sudah hampir habis karena benturan keras itu.

Dan lebih parah lagi, Darren mencekik leher Carren dan membuat gadis itu sesak nafas karena suaranya tercekat.

"Memang sudah seharusnya kau mati!" Ucap Darren dengan emosi yang meluap-luap. Tak lupa, tatapan tajamnya yang ia lontarkan kepada gadis itu. Membuat Carren tak berani menatap kearahnya.

Ibaratkan, Darren sudah terlihat seperti iblis pembunuh yang datang untuk menjemput nyawa Carren.

Dan tinggal satu langkah lagi bagi Darren untuk melakukan aksinya. Ia mulai mengeluarkan pisau belati dan kemudian menengadahkannya tepat ke leher Carren, membuat gadis itu semakin ketakutan.

"A-ampun pangeran.. a-aku tidak bersalah" Carren berbicara terbata-bata, ia menyangka jika Darren seperti ini karena marah kepadanya semenjak kematian Leora hari itu.

Namun nyatanya tidak seperti itu.

"Darren, hentikan!" Seketika Liam berteriak dan berlari menghampiri mereka.

Pangeran Liam berusaha memisahkan Darren bersama Carren. Namun Darren bersikeras membantah.

"Aku harus membunuhnya sekarang juga!" Tegas Darren, air mukanya terlihat menyeramkan. Bahkan jika di jelaskan, ada aura berapi-api yang keluar dari tubuh Darren saat itu.

Jangan tanyakan keadaa Carren saat ini, ia sudah hampir mati karena tangan Darren tak kunjung lepas dari lehernya.

"Kalian kenapa diam saja?! Bantu aku memisahkan mereka!" Perintah Liam kepada Lima pangeran yang hanya berdiri diambang pintu seraya menyaksikan mereka.

Karena mendengar perintah dari kakak tertua alias putra mahkota, mereka semua tidak bisa membantah dan ikut membantu melerai keduanya.

Chaiden dan Samuel berhasil mengamankan pangeran Darren, sementara Jonathan, Ethan dan Niel berhasil membawa Carren menjauh bersama Liam.

Carren sudah hampir tak berdaya, terlihat di perpotongan lehernya tampak memerah dan sedikit memar karena ulah Darren. Sementara Darren masih dipuncak emosinya yang meluap-luap.

Liam memerintahkan Chaiden dan Samuel untuk membawa Darren keluar dari ruangan tersebut. Mau tak mau, kedua pangeran itu menurut dan menyeret Darren keluar, hingga Darren tak terima diperlakukan seperti itu.

Sementara itu yang masih tertinggal diruangan tersebut, membantu Carren berbaring diatas kasur karena gadis itu pingsan.

"Ada apa denganmu Liam?" Tanya Jonathan kepada saudara tertuanya. Ia melihat ada raut khawatir yang tertera jelas diwajah pangeran Liam.

Sementara yang ditanya tidak menjawab sama sekali.

Keheningan seketika tercipta diantara mereka yang hanya menatap satu sama lain. Hingga pada akhirnya Liam bersuara.

"Kita tidak harus membunuhnya.." ucap Liam yang membuat ketiga saudaranya yang ada disana terkejut.

"Hmph, apa kau sudah terjebak oleh pesona gadis lugu ini? Ck!" Ethan berdecak kesal kala mendengar ucapan Liam.

"Ingatlah.. tujuan kita membawanya kemari untuk apa" sahut Niel yang sedari tadi hanya diam.

Sementara Jonathan sama sekali tidak merespon dan mencampuri percakapan tersebut. Ia fokus memperhatikan gadis itu yang kini tengah terbaring tak sadarkan diri.

"Aku akan merubah rencananya, karena aku tidak yakin jika dia lah orangnya" jawab Liam lagi. Kemudian ia pergi dari ruangan itu, mengabaikan suara protes dari kedua saudaranya, Ethan dan Niel.

"Sudahlah, ikuti saja perintahnya" Jonathan menimpali seraya menepuk pelan pundak kedua saudaranya itu, dan membawa mereka meninggalkan ruangan tersebut.

Sebelum benar-benar pergi, Jonathan berpesan kepada dua dayang istana untuk menjaga Carren diruangan itu.

Sementara itu...

"Lepaskan aku!" Bentak Darren kepada kedua saudara kembarnya. "Apa sekarang kalian berpihak kepada Liam hah?!" Darren menyentak tangannya yang sedari tadi ditahan oleh Chaiden dan Samuel.

"Kau tidak mengerti Darren... Kau sekarang sedang dilanda emosi, tenangkan dirimu terlebih dahulu" perintah Chaiden membuat Darren berdecih tak suka.

"Jika saja aku berhasil membunuhnya maka masalah dan tujuan balas dendam akan berakhir" ucap Darren yang masih setengah emosi.

"Aku yakin Liam ada rencana lain, jadi kau tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan dan melakukannya sendiri" jelas Chaiden. Tugas Samuel saat ini hanya menyimak perdebatan kedua saudaranya itu.

Darren tertawa mendengar ucapan Chaiden, "haha.. rencana apa? Menikahi Carren dengan alasan mencintai gadis itu?" Darren sudah muak dengan semua yang terjadi.

Padahal tujuan mereka membawa gadis itu ketempat ini hanya demi membalaskan dendam kedua orang tua mereka yang telah lama mati karena ayah Carren yang disebut-sebut telah membunuh mereka.

"Tutup mulutmu Darren!" Liam tiba-tiba datang bersama dengan ketiga pangeran bungsu.

Lantas pangeran kembar menoleh serentak saat mendengar suara Liam. Setelahnya, Darren kembali membuang muka seraya berdecih tak suka. Kedua tangannya terkepal kuat hingga membuat kuku-kukunya memutih. Ia merasa geram dengan sikap Liam yang masa bodoh dengan semua masalah ini.

"Sudahlah jangan bertengkar disini! Apa itu akan menyelesaikan semua masalah yang terjadi? Tidak. Kalian hanya akan menambah masalah" sahut Ethan.

"Semenjak kedatangan gadis itu kalian mulai berbeda pendapat dan melenceng dari semua rencana yang kita rencanakan dari dulu, karena apa? Kalian mulai menyukainya!" Lanjut Ethan, dan pandangannya tertuju kepada Liam, Chaiden, Samuel dan Jonathan. Ia tahu semuanya, tentang perasaan yang mulai tumbuh diantara para saudaranya itu. Karena diam-diam Ethan memantau gerak-gerik para saudaranya.

Dan seketika mereka semua terdiam.

Tanpa mengeluarkan protes sedikitpun Darren terlebih dahulu meninggalkan ruangan tersebut, karena merasa hawa diruangan itu sudah sangat tidak enak. Ia tidak ingin jika mengulang perdebatan yang tak kunjung menampakkan jalan keluar. Lebih baik ia mengalah terlebih dahulu dan pergi dari sana.

"Kita tunda rencananya sebelum semuanya benar-benar jelas" ucap Liam dan yang lainnya pun mengangguk setuju.

"Lalu... Apa kita akan mengembalikan gadis itu ketempat asalnya?" Tanya Ethan.

Liam menggeleng, "tidak akan. Dia harus menerima semua resiko karena telah melanggar batas antara dunia manusia dan dunia kita" ucap Liam. Batas yang disebut-sebut ialah batas antara dunia abadi (immortal) dan dunia manusia.

Batas itu digunakan para makhluk immortal untuk turun ke bumi, namun tidak sembarangan orang bisa melakukannya dan tidak sembarangan makhluk motologi juga bisa datang ke dunia manusia.

Mereka akan datang jika ada tugas penting yang harus diselesaikan, itu pun mereka akan berhadapan terlebih dahulu dengan dewa yang disebut-sebut pemimpin dari dunia immortal dan membuat perjanjian dengan para dewa.





To be continue..

Makin ngawur nih kayaknya wkwkw, semoga aja kalian suka dan gak bosan ya hehe:*

See you guys!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[HIATUS!] NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang