00.05

471 63 0
                                    

Byurrrr!!!

"aakhhh!" Carren terperanjat dikala guyuran air muncul secara tiba-tiba dan membasahi seluruh wajahnya.

"bangun, dasar pemalas! Waktunya kerja" suara tegas itu berasal dari ketua dayang istana yang kerjanya hanya memerintah para dayang bawahan diistana seperti Carren sekarang ini.

Ia tidak ingin salah satu dari dayang-dayang istana ada yang melalaikan tugasnya, apalagi tidak melakukan pekerjaan dengan disiplin.

Carren pun bangun dari kasurnya dengan nafas yang terengah-engah. Ciptaran air itu malah masuk kedalam hidungnya.

"kau bisa membangunkanku dengan cara baik-baik, tidak seperti ini. Apa kau ingin membunuhku?" Carren memberanikan diri untuk protes.

Vena, siketua dayang itu melotot mendengar suara protes dari gadis didepannya itu.

"kau akan aku beri hukuman karena telah berani melawan perintahku!" ucapnya tak terima.

"terserah!" Carren yang malas berhadapan dengan Vena, langsung mencelos pergi untuk segera membersihkan diri, membiarkan wania yang sudah menginjak usia kepala tiga itu mendumel-dumel tak jelas.

"memangnya dia siapa? Berani-beraninya mengaturku" gumam Carren tak habis pikir.

.
.
.
.
.

"tiga puluh tiga..."

"maaf Vena, tapi apa aku bisa istirahat sebentar? Kedua kakiku sudah kelelahan" timpal Carren seraya ngos-ngosan karena menjalankan hukuman yang diberikan oleh Vena padanya.

Carren dihukum memegang tumpukan buku tebal yang bertengger dikepalanya, dan ia harus menaik turunkan tubuhnya, membuat seluruh otot kakinya merasa pegal.

"masih ada enam puluh tujuh kali lagi, jangan malas! Ini hukuman supaya kau lebih disiplin lagi" ucap Vena tegas.

"aku janji tidak akan melakukan kesalahan lagi, aku mohon kepadamu tolong sudahi hukuman ini" lirih Carren memohon dengan sangat agar Vena berbaik hati padanya.

Wanita itu tampak diam, tiba-tiba saja seorang dayang yang berdiri disampingnya itu membisikkan sesuatu padanya, lalu Vena mengangguk setelah mendengar bisikan dayang tersebut.

Carren yang melihat itupun merasa curiga dengan gerak-gerik kedua wanita yang ada dihadapannya itu.

"baiklah, hukuman berakhir. Karena sekarang, kau harus menyiapkan sarapan untuk ketujuh pangeran" ucap Vena.

Ada perasaan lega yang Carren rasakan karena Vena berbaik hati telah mengakhiri hukumannya itu, namun disisi lain ada juga perasaan tak enak ketika Vena mengatakan, dirinya harus menyiapkan sarapan untuk para pangeran.

"apakah harus aku yang melakukannya? Tugasku hanya dibagian bersih-bersih saja" protes Carren.

Vena menggeleng keras, "anggap saja ini sebagai hukuman buatmu"

"tapi-"

"kerjakan atau, kau mau melanjutkan hukumanmu yang tadi?"

"baiklah!" jawab Carren cepat, tentu saja ia tidak ingin melanjutkan hukumannya itu, karena ia merasa kakinya sudah hampir mau lepas.

"sekarang, lakukan tugasmu dan layani para pangeran!"

Carren pun segera pergi dari sana, sembari bergumam-gumam tak jelas.

.
.
.
.
.

Diruang makan istana saat ini, Carren tengah menghidangkan makanan-makanan diatas meja. Ia tidak sendiri melainkan bersama Leora, dan sedari tadi Carren terus memperhatikan gadis itu yang hanya diam dan sibuk menata piring diatas meja.

[HIATUS!] NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang