»»——⍟——««
Ini weekend, dan musim panas, apa yang dilakukan keluarga bahagia kalau tidak bermain bersama di taman? Melihat kembar kecilku berlarian kesana kemari benar-benar memanjakan mataku.
Aku terduduk di atas karpet yang kami bawa untuk bersantai di taman, istriku? Dia sangat senang bersosialisasi. Mendengar tawa yang keluar dari bibir mungilnya membawa rasa bahagia dalam hatiku. Mengetahui ia aman dan bahagia, membuat hatiku tenang.
"Pa! lapar!" Seru gadis kecilku dari kejauhan sedangkan kembarannya berlari menghampiriku sebelum berbisik, mengadukan hal yang sama.
Ah, memang... Anak laki-laki kami ini agak pemalu, berbeda dengan kembarannya yang selalu percaya diri dan... terkadang kelewat aktif.
Mendengar teriakan putri kami, Istriku meninggalkan acara sosialisasinya dan bergabung dengan kami. Sembari menata bekal yang sudah dibuatnya aku memandang wajah cantiknya, dan membuka mulutku.
"Ada hal menari apa yang membuatmu bahagia hari ini?" Tanyaku tanpa bosan memandanginya.
"Ah, apakah suaraku terlalu kencang?" Balasnya khawatir tapi masih setia dengan senyumannya.
"Tidak apa, aku senang mendengar suara kebahagiaanmu." Ucapku jujur yang mendatangkan senyumnya yang semakin lebar. Lihatlah eye smile yang terbentuk karena rasa tersipu nya itu. Ia mulai menceritakan hal yang menyukakan hatinya, caranya menyampaikan dengan semangat namun diselingi oleh tawa itu benar-benar bagian yang aku suka.
Melihat setiap kata-kata yang begitu positif akan kehidupan, bagaimana ia memandang segala yang terjadi dalam hidupnya adalah baik adanya, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Yang menjadi awal akan langkah yang kuambil bersamanya, setiap perkataan baik darinya yang keluar dari bibir mungilnya, yang menjadi obat bagiku, yang jadi pemulih dan yang menuntunku keluar dari kegelapan yang menelanku.
Darinya aku percaya, bahwa perkataan baik yang keluar dari ketulusan hati dapat mengubah hidup seseorang, dan aku bersyukur memilikinya.
»»——⍟——««
Tubuh yang dijatuhi air hujan dengan darah yang menggenangi sekelilingnya. Jonggun, memandang langit mendung, memikirkan akhir dari reputasinya sebagai seorang 'Jenius Membina'.
Ia menghela nafasnya, Ah ini kah akhir baginya dan sebuah awal untuk menjadi seorang pensiunan legendaris dari generasi 0 sebagai salah satu jenius? Tapi, di sela itu semua, entah mengapa, memroyeksikan masa depan yang akan dijalaninya. Semuanya tampak akan terasa hampa.
"Kamu tampak tak baik." Sebuah suara menginterupsi lamunannya.
"Sebaliknya, ini sosok terbaik ku. Sosok guru yang berhasil mengajarkan muridnya hingga melampaui gurunya sendiri." Benar, sore itu Jonggun dikalahkan oleh anak-anak hasil didikannya. Ia dihancurkan oleh apa yang di bangunnya sendiri.
"Apakah hasilnya sepadan? Bagaimana perasaanmu?" Tanya gadis yang memayungi dirinya sendiri, berjongkok dekat Jonggun tanpa ada niat memayungi tubuh Jonggun yang di guyur air hujan.
Jawaban Jonggun? Tidak ada, karna memang bagi dirinya hanya kehampaan yang dirinya rasakan saat ini.
"Kamu tau? Kedewasaan tidak datang dari bertambahnya usia. Sama halnya dari kebijaksanaan, bukan datang dari banyaknya hal yang dialami. Tapi tentang bagaimana kita menyikapinya, saat itulah kebijaksanaan datang. Saat kita memandang perkara dengan berbaik sangka, namun tetap tegas tanpa kompromi akan yang namanya kesalahan." Racau gadis itu tanpa memedulikan Jonggun yang terus terdiam.
"Boleh bantu aku menyembuhkan lukaku?" Pinta Jonggun tanpa disangka oleh dirinya sendiri yang dibalas dengan senyuman oleh gadis itu.
"Tentu." Jawabnya singkat dan penuh kehangatan sambil memberikan tangannya untuk menarik tubuh Jonggun bangun dari tanah.
。.。:∞♡*♥♥*♡∞:。.。
Entah bagaimana hidupku, jika aku tidak meminta bantuan mu kala itu.
Continued_
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family ♡ Park Jonggun
Fanfiction»»----> Happy Family <----«« Keluarga kecil yang Jonggun dan [Name] miliki punya kisah manisnya sendiri! ➹ Park Jonggun ➹ Park [Name] ➹ Park Hae-Sol ➹ Park Gun-Sol Disclaimer ⚠️ -Tidak mengikuti alur cerita aslinya, 'Lookism' -Safe for work -Out of...