Rahasia

175 22 11
                                    

Taavi sengaja berjalan keluar dari kamarnya dengan cara mengendap-endap, bukan karena dia ingin melakukan hal yang mencurigakan, eh atau bisa dibilang itu memang mencurigakan ya?

Pokoknya sekarang Taavi ingin memastikan sesuatu, makanya dia sengaja berjalan tanpa suara karena tidak ingin membangunkan istrinya yang sedang tertidur.

Klik

Begitu selesai memastikan kalau pintu kamarnya telah tertutup rapat, Taavi kembali berjalan melewati lorong yang akan menghubungkan lokasinya dengan ruang tengah.

Lalu dia merapatkan tubuhnya pada dinding, begitu dirinya telah sampai di ujung lorong.

Taavi diam menunggu, dia menunggu cukup lama sampai akhirnya pintu kamar di seberang ruang tengah terbuka.

Ceklek

"Aku pulang dulu sayang."

Dia bisa melihat siluet seorang laki-laki bertubuh lumayan kekar yang jelas bukanlah ayah mertuanya keluar dengan beliau dari dalam kamarnya.

"Ingat janjimu! Ini terakhir kalinya! Jangan kesini lagi sampai anakku pulang!"

Dari intonasi suaranya sih, beliau terdengar seperti jengkel pada lawan bicaranya.

"Yah, sebenarnya sih aku nggak mau."

Tapi orang itu kedengarannya acuh.

"Apa?!"

"Tenanglah sayang, aku cuma bercanda. Jangan melotot gitu dong, aku kan jadi gemas dan semakin enggan meninggalkan mu."

Bahkan dia berani meraup dagu beliau sambil cekikikan. Membuat Taavi jadi semakin penasaran dengan hubungan yang terjalin diantara mereka.

"Jangan main-main! Cepat pergi dari sini! Nanti anak dan menantu ku terbangun!"

Beliau terlihat mendorong orang itu kearah pintu keluar.

"Iya, iya. Tapi,,,._"

Mereka pun berhenti di tengah-tengah ruangan.

"Apa lagi?!"

Ayah mertuanya mengusak rambutnya dengan kasar, sepertinya itu karena kesabaran beliau sudah semakin tipis.

"Satu ciuman lagi ya, setelah ini kan kita akan berpisah cukup lama. Dua Minggu lho sayang, dua Minggu."

"Apa?! Tid,,, hmp..."

Taavi melengos ke arah lain saat melihat orang asing itu mulai melahap bibir mertuanya dengan cukup ganas. Tapi bunyi cabul dari tautan yang terjalin diantara kedua bibir itu berhasil memantik api penasaran didalam jiwanya.

Taavi pun kembali mengintip kearah seberang ruangan hanya untuk mendapati tubuh ayah mertuanya yang lunglai didalam dekapan pasangannya.

Tiba-tiba darahnya berdesir kencang didalam nadinya, jantungnya pun memacu dengan cepat dibalik tulang rusuknya, bahkan tatapannya yang tajam tidak mampu bergulir sedikit pun dari ekspresi cabul yang di tampilkan oleh ayah mertuanya saat ini.

Taavi terpana, dia benar-benar merasa terpesona dengan cara bibir tebal ayah mertuanya begitu mengkilap dan terlihat kenyal dibawah gigitan lawan mainnya.

Tanpa sadar Taavi meneguk ludahnya dengan kasar saat pikirannya kembali mengembara ke malam sebelumnya, dimana dirinya sedang berjalan santai dari minimarket menuju ke rumah beliau.

.

.

.

.

.

Semakin larut hawanya terasa semakin dingin, maka dari itu Taavi yang awalnya duduk santai di kursi yang tersedia di minimarket, sambil menikmati segelas kopi dan juga satu bungkus rokoknya, memilih untuk bergegas pulang ke rumah ayah mertuanya.

Midnight SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang