Rasa Bersalah

174 16 16
                                    

Tangannya yang besar menutupi hampir satu sisi wajah Ardan. Lalu ibu jarinya bergerak sedikit untuk mengusap lelehan air mata Ardan yang jatuh membasahi pipinya sebelum menariknya semakin mendekat dan menyatukan bibir mereka.

Dengan sisa-sisa kesadaran yang dimilikinya Ardan masih mencoba meronta, meski itu berakhir sia-sia mengingat betapa kuatnya cengkeraman tangan Taavi di tengkuknya.

Dan di tengah-tengah aksi liar lidah cabul Taavi dalam mengeksplor rongga mulutnya yang tidak hanya menghasilkan suara-suara erotis namun juga lelehan campuran Saliva yang mengancam akan keluar dari sudut bibirnya, Ardan harus mengakui tentang kehebatan permainan Taavi yang perlahan mulai meruntuhkan pertahanannya.

Apalagi akhir-akhir inipun kesadaran Ardan yang menunjukkan gejala ketertarikannya terhadap Taavi menjadi semakin sering menghantamnya, jadi mau tidak mau tubuhnya merespon baik pada setiap permainan kotor Taavi.

Tes

Tanpa terasa air matanya terjatuh. Pandangan Ardan rasanya menjadi gelap tatkala terbesit senyuman cantik sang putri di depan matanya.

Dia pun mulai mengutuk dirinya sendiri didalam hati karena tidak bisa menyingkirkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhnya.

Ardan sungguh benci mengakuinya. Andaikan bisa memilih, Ardan tentu tidak ingin memiliki rasa ketertarikan itu pada Taavi. Tapi sialnya rasanya begitu nyata dan mendebarkan.

Sehingga mau sebesar apapun rasa bersalahnya pada sang putri, hal itu tidak mampu lagi untuk menggantikan rasa nikmat serta gairah menggebu yang tubuhnya rasakan saat ini.

Bibir montoknya yang dengan sekuat tenaga berusaha dia tahan untuk tetap diam tanpa merespon apapun, pada akhirnya menyerah dengan perlahan-lahan mulai bergerak untuk mengimbangi ciuman Taavi.

Ardan merasakan panas dengan cepat naik ke permukaan wajahnya. Bukan gara-gara banyaknya efek alkohol yang membakar tubuhnya maupun panas dari suhu tubuh mereka yang saling melekat berhimpitan.

Namun itu jelas disebabkan oleh rasa malunya yang teramat besar saat dia merasakan seringai puas Taavi di bibirnya di tengah ciuman mereka.

"Heh... Aku tahu ayah memang menyukai ku." Taavi berbicara dengan percaya diri tanpa menjauhkan se inci pun bibirnya dari permukaan kulit Ardan ketika dia mulai bergerak turun ke bawah untuk menyusuri lehernya.

"Tidak..." Ardan masih mencoba untuk membodohi Taavi (dan dirinya sendiri) dengan sisa-sisa ego-nya yang tertinggal.

Dia memejamkan matanya erat-erat dan menggigit bibir bawahnya keras-keras untuk menahan suara erangan yang memaksa ingin keluar ketika Taavi menghisap keras kulit sensitifnya.

"Brengsek!!!" Umpatnya lirih dengan nafas terengah-engah. "Itu pasti akan meninggalkan bekas!!!"

Tapi Taavi tak peduli. Dia terus memetakan banyak tanda di tubuh Ardan seolah memang sengaja melakukannya agar Jefrey atau siapapun melihat hasil karya indahnya setelahnya.

Dengan gerakannya yang lincah serta terlatih, beberapa detik berikutnya Taavi sudah berhasil membuang pakaian atas Ardan dan menangkap kuncup di dadanya.

Dia dengan lihai menjentikkan lidahnya dan menggigit main-main kedua kuncup itu secara bergantian sebelum akhirnya menanamkan deretan giginya yang rapi di sekelilingnya untuk lagi-lagi memberinya tanda.

"Ngghn..." Ardan mendorong bahunya untuk melepaskan diri. Namun pergelangan tangannya malah di tangkap oleh Taavi dan disilangkan diatas kepalanya.

(Maaf, tidak ada adegan 🌚 yang selanjutnya. Jadi silahkan lanjutkan dengan imajinasi masing-masing ☺️)

Midnight SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang