↷✦; w e l c o m e ❞
Suara mobil dan motor terdengar, bahkan suara riuh dari luar begitu terdengar. Tetapi, di dalam mobil berwarna hitam terlihat begitu hening. Tidak ada yang mau membuka suara satu pun.
Halilintar tentu saja masih marah perihal Taufan mendatangi tempat menjijikan itu berkali-kali, sedangkan Taufannya begitu gelisah. Untung saja ia meminum botolnya cuman lima gelas, jadi kesadarannya masih ada sampai sekarang.
Fikiran Taufan begitu banyak dan semuanya negatif, ia berfikir 'Apa sekarang gua dikeluarkan? Kayak gimana ngebayar rumah sakit ibu? T-terus.. anak-anak gimana..' itulah fikirannya.
Fikiran negatif membuat Taufan melamun selama di mobil, dan tidak sadar bahwa mobil yang ia duduki sudah berhenti di tepi jalan. Taufan yang sadar langsung menolehkan kepalanya menatap jendela, lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Ermnn.. mau ngapain kita disini..?" Tanya Taufan menatap Halilintar dengan tatapan gelisah dan heran.
"Tidak ada. Hanya ingin membeli cemilan ke anak-anak yang telah membuatnya menangis, karenamu." Jawab Halilintar seraya melepaskan sabuk pengamannya.
Taufan menundukkan kepalanya dengan sendu. "Maaf.. ini salahku.." Lirihnya seraya memainkan jarinya.
"Untuk apa kau meminta maaf?" Dengus Halilintar. "Aku tidak perlu ucapan minta maafmu." Lanjutnya membuka pintu mobil dan keluar.
Taufan menghembuskan nafasnya. Di pecat nih. Fikirnya.
Tok! Tok!
"...?" Taufan menaikkan sebelah alisnya ketika Halilintar mengetuk jendela mobilnya. Dengan segera Taufan menurunkan kaca mobil. "Apa?"
"Tidak mau ikut?"
Taufan menggeleng. "Tidak perlu. Kepalaku masih sakit."
Halilintar mendengus. "Salahmu sendiri. Malah mabuk-mabukkan." Balasnya. "Mau nitip?"
"Gak perlu."
"Yakin?"
Taufan mengangguk seraya menyenderkan punggungnya.
Halilintar tersenyum geli. "Kau tidak perlu berfikir yang aneh-aneh. Tenang saja, kau tidak akan dikeluarkan dari pekerjaan ini." Ujar mengusap rambut Taufan.
Tentu saja Taufan yang mendengar itu langsung terkejut. "Mengapa?"
"Hmm? Kau masih bertanya?" Tanya balik Halilintar.
"Lupakan. Dah, sana gih pergi," Usir Taufan memijat hidungnya sekilas.
Sedangkan Halilintar hanya tersenyum geli, dan mengusap kepala Taufan dengan lembut. "Ingat. Urusan kita belum selesai." Ujarnya dan beranjak pergi meninggalkan Taufan yang mematung di dalam mobil.
"Anj•rr, gua kira tu gledek dah lupa Cok?! Mampus gua." Cicit Taufan pelan seraya mengacak-acak rambutnya sampai berantakan.
"Hufft.." Ia menghembuskan nafasnya. "Ahh.. sudah berapa lama enggak liat ibu ya? Jadi rindu makanan sama harum duit dari tangan ibu." Lirihnya tersenyum sendu. Pokoknya, besok ia harus menjenguk ibunya. Ntah kenapa, jiwanya tiba-tiba merindukan sosok sang ibu yang telah menemaninya sangat lama. Karena masalah ini dan kesibukannya ia jadi jarang bertemu sang ibu.
![](https://img.wattpad.com/cover/353741066-288-k866632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Makannya Jangan Menduda! - [Halitau] Revisi
Romance[μ] - Halilintar x Taufan Taufan, yang selalu boros atau bisa di bilang menghamburkan uangnya. Sehingga uangnya kini bisa dibilang tidak cukup untuk kehidupan kesehariannya membuatnya bingung harus melakukan apa. Jika ia bekerja di tempat itu terus...