Matahari menerobos masuk, menyinari sesosok wanita yang berada di kamar. Membuat sang empu terbangun."Hngg" lenguhnya pelan. Lalu ia mendudukan dirinya di headboard, perlahan nyawanya sudah mulai terkumpul. Dia mengambil ponsel nya dan melihat jam, memastikan dia tidak telat. Ternyata baru pukul 07.00, syukurlah dia tidak terlambat.
Perlahan dirinya bangun dari ranjang, pergi ke kamar mandi untuk cuci muka, dan melakukan aktivitas yang biasa di lakukan pada pagi hari.
Sang wanita pun keluar dari kamar mandi, dan terduduk di pinggiran ranjang. Lalu, dia kembali melihat ponsel nya. Ternyata ada teman nya yang mengirimkan pesan padanya, dengan cepat dia membuka notif tersebut dan membalas nya.
Benar, sang wanita bernama Yessica Tamara, selalu di panggil Chika. Sebenarnya, Chika adalah panggilan dari orang spesial, namun hari demi hari terlewat, semakin banyak yang memanggilnya dengan nama "Chika".
Setelah membalas pesan dari teman nya, dan meletakkan ponsel miliknya di ranjang. Chika menuju ke lantai bawah, agar aktivitas nya hari ini lancar. Ya, dia ingin makan sekarang.
Makanan nya telah habis, Chika pun mandi dan menyiapkan baju untuk pergi. Setelah semua nya siap, Chika langsung menuju ke lantai bawah, dan menuju garasi untuk mengambil mobil.
-
Chika menepikan mobil, dan berjalan ke arah toko bunga. Penampilan Chika kali ini sangat dewasa, kaus berwarna putih dengan cardigan berwarna pink pastel, serta sepatu sneakers nya yang juga berwarna campuran, putih dan pink, melekat pada tubuh nya. Berbeda dari biasanya, penampilan nya sehari-hari yang terkenal konyol dan tidak nyambung, dan sekarang sangat berbeda.
Ketika sampai, ada wanita tua yang menghampiri Chika.
"Ada yang bisa saya bantu?" ucap sang wanita tua dengan ramah dan tersenyum.
"Saya mau satu buket bunga--" Chika menjeda ucapan, sembari melihat ke sekeliling toko, karena bingung ingin memilih bunga yang mana.
"Apa kamu ingin kencan?," sang wanita tua bertanya pada Chika
"Bunga mawar merah?" lanjut wanita tua tersebut
"Ah, tidak. Apa ada yang lain?" akhirnya Chika membuka suara.
"Jenis bunga yang sama, tetapi warna yang berbeda. Bunga mawar putih, bagaimana?"
"Seperti nya itu bunga yang bagus, tapi kekasihku tidak seperti yang kamu bayangkan"
"Kalau begitu, bunga tulip. Berwarna putih juga."
"Ya, itu bagus. Saya ambil satu buket bunga tulip putih."
"Baik, tunggu sebentar." sang wanita tua mengambil satu buket bunga tulip putih yang berada di dekat kasir. Tak berselang lama, sang wanita tua itu pun kembali dengan satu buket bunga tersebut.
"Ini, terimakasih."
"Ini uang nya, terimakasih juga."
Chika kembali ke mobil nya. Sebelum menjalankan mobil, Chika menghirup aroma bunga tulip putih dengan seksama. Sangat harum, sama seperti kekasih nya. Ah, sepertinya dia sangat merindukan kekasihnya, ia harus cepat bergegas. Chika meletakkan buket bunga tersebut, di kursi samping supir, tepat di sebelahnya. Dengan cepat, Chika melajukan mobil nya.
--
Chika memakirkan mobil di parkiran terdekat. Lalu ia keluar dari mobil, berjalan menuju kekasih nya itu. Tentu saja, buket tersebut sudah Chika sembunyikan di balik punggung. Chika berjalan dengan perlahan, karena tidak ingin terburu-buru dan terlihat jelek di hadapan kekasihnya.
"Hai" Chika tersenyum lebar dan menampilkan gummy smile nya.
"Happy birthday, sayang. Gimana penampilan aku? Aku cantik kan? Hahaha." setelah mengakatan hal itu, Chika memperlihatkan buket bunga tulip berwarna putih, yang ia beli tadi, dan memberi nya pada kekasih nya.
"Nih, buat kamu. Kamu pasti suka kan? Kamu selalu beli bunga buat aku, sekarang gantian aku yang selalu beli bunga, buat kamu." senyum Chika semakin lebar, namun goresan yang ada di hatinya juga semakin melebar.
"Bunga tulip berwarna putih.. Sesuai dengan filosofi warna putih yang menandakan kesucian, arti bunga tulip putih juga menandakan kesucian, kepolosan, dan kerendahan hati. Bunga ini benar-benar mencerminkan diri kamu, sayang!"
Sebelum melanjutkan kata-katanya, Chika menyiapkan mental terlebih dahulu. Chika menarik dalam nafasnya, lalu menghembuskan nya. Memejamkan mata untuk beberapa saat, dan membuka mata agar sadar dengan apa yang ingin ia lakukan.
"Sayangku, Shani.. Ini bunga yang aku persembahkan khusus untuk kamu, di saat kamu ulang tahun."
Chika meletakkan bunga tersebut di hadapan batu kubur, dengan rerumputan hijau yang menghiasi sekeliling makam kekasihnya tersebut.
"Kamu baru pergi sebulan yang lalu, tapi aku udah se kangen ini. Aku mau peluk kamu, sedetik juga gak papa."
"Kamu bahagia ya, disana?"
Chika tersenyum kecut atas apa yang dia ucapkan, sebulan belakangan ini, Chika memang kehilangan arah untuk hidup setelah mendengar berita bahwa kekasihnya telah tiada. Namun, dia sadar dengan kehidupan nya, mimpinya masih panjang, dia tidak boleh kehilangan arah begitu saja.
"Sayangku, Shani, i miss u."
Sembari melihat ke arah matahari, dan langit yang bagus hari ini. Chika menatap makam Shani, seakan akan memberi tahu Shani, bahwa langit saat ini sedang bagus. Chika tau, Shani tidak akan pernah merespon nya lagi.
"Aku pamit, Shani Andriana."
Ucapan terakhir Chika sebelum meninggalkan makam. Chika mengelus batu kubur yang bertuliskan "Shani Andriana" tersebut. Setelah itu, Chika meninggalkan tempat tersebut sambil tersenyum. Karena Chika tidak ingin melihat Shani sedih, dulu kala semasa Shani masih hidup, Shani tidak suka melihat Chika sedih, dan Shani akan ikut sedih.
End
---