Bab 3 : Benjamin vs Javer

4 3 0
                                    

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Selamat membaca dan semoga betah.

"Lukai aku dengan pisau itu."

Benjamin menunjuk pisau yang ada di depan Javer dengan dagunya. Meminta Javer mengambil pisau itu.

"Jika kau bisa membuat 3 goresan di tubuhku dengan pisau itu. Kau boleh memimpin organisasi ini. Dengan catatan, pemimpin tertinggi masihlah di pegang Marco." Lanjut Benjamin yang membuat Marco terkejut. Luca yang berdiri di sisi kanan pun menatap Benjamin tak percaya.

"Tuan, kau baru saja kembali. Bagaimana mungkin kau akan kembali mematikan namamu?" Tanya seseorang. Benjamin melihatnya, ia ingat pria itu, karena pada saat Benjamin memimpin organisasi pria itu sudah ada. Dan Benjamin perkirakan, usianya tak lagi muda.

"Henry, aku tidak menyangka kau akan betah berlama-lama dengan Marco. Apa kau tidak berniat untuk beristirahat?" Tanya Benjamin. Walau usia Henry lebih jauh ada di atasnya, tetapi ia tidak mempedulikan hal itu. Sebab, ialah pemimpinnya dan Henry adalah kaki tangannya.

"Tidak, Tuan. Saya selalu percaya pada Anda." Katanya yang langsung menunduk. Benjamin menaikkan dagunya memandang Henry. Selepasnya, ia kembali meminta Javer untuk mengambil pisau yang berada tepat di depan kakinya.

Javer mengambil pisau itu dan melihat ukiran nama dari pisau yang di pegangnya itu. Setelahnya, ia menatap Benjamin lekat. "Bagaimana jika aku tidak bisa mengendalikan pisau ini?"

"Apa maksudmu?" Tanya Marco cepat.

"Pisau ini memiliki pemilik tetap. Dan aku tidak yakin bisa mengendalikan pisau ini. Maksudku, aku tidak yakin bisa melukai pemilik pisau ini dengan senjatanya sendiri." Ujar Javer membuat Marco seketika menatap Benjamin.

"Jika kau tidak bisa membuat 3 goresan dengan pisau itu. Hidupmu ada ditanganku." Ujar Bejamin tenang.

Benjamin berjalan ke tengah dan seketika orang-orang berpakaian hitam itu menjauh ke sisi. Membuat lingkaran dengan ruang yang cukup luas untuk benjamin dan Javer.

Javer ikut berbalik saat Benjamin melewatinya. Ahh, ia baru sadar, aura Benjamin cukup membuatnya gentar. Namun, mundur pun ia sudah kelewat basah. Sehingga ia tidak memiliki pilihan lain selain menceburkan dirinya lebih dalam.

Tepat saat langkah Benjamin terhenti. Javer berjalan mendekati. Beridiri tepat dua langkah di depan Benjamin. Dan dengan agresif Javer menyerang Benjamin. Namun, Benjamin dapat mengelak dengan tepat. Ia sudah memperkirakan jika javer akan menyerangnya terlebih dahulu. terlihat dari tatapan matanya, jika Javer adalah pria yang selalu terburu-buru tanpa memperhitungkan segalanya. Pria liar yang  hanya mengikuti alur hidupnya saja.

Dan karena itulah Benjamin tertarik pada pria ini. Sebab, seseorang yang liar akan menjadi sangat setia jika kita bisa memegang kendali hidupnya. Dan hal itu membuat Benjamin semakin bersemangat.

"Jangan sampai aku kembali merebut pisau itu dari tanganmu." Sergah Benjamin membuat cekalan tangan Javer pada pegangan pisau itu semakin menguat.

Keduanya kembali bertarung. Dan di menit-menit awal pertarungan, Benjamin hanya menghindar tanpa membalas balik. Ingin melihat, sejauh mana kemampuan Javer. Pertarungan berlangsung menegangkan. Terlebih saat Javer mengarahkan pisaunya pada leher Benjamin. Namun, Benjamin dapat dengan mudah menghindarinya.

"Tuan, apa racun yang ada di tubuh Tuan Benja sudah benar-benar hilang?" Tanya Luca berbisik. Ia berdiri di belakang Marco yang sedang terfokus pada pertarungan Benjamin dan Javer. Sialan si Javer itu! Berani-beraninya dia mecari masalah dengan putranya.

"Sudah." Timpal Marco ringan.

Luca menatap Benjamin dan Javer. Kondisi Benjamin belum benar-benar pulih. Di tambah sebelum masuk ke tempat ini, Benjamin disambut dengan beberapa pengawal yang Marco siapkan untuk menyambut Benjamin. Luca khawatir, jika racun di tubuh Benjamin belum benar-benar hilang dan dapat berpengaruh pada kondisi Benjamin. Terlebih, Javer pun memiliki skill bela diri yang cukup mumpuni walau lebih unggul Benjamin.

The Return Of A LanzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang