Bab 2 : Laluna Adelasia

6 3 0
                                    

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Selamat membaca dan semoga betah.


"Mulai hari ini, selain kau mengurusi organisasi. Kuharap kau juga mengurus perusahaan."

Benjamin masih berada di ruangan Marco dengan Luca yang sudah kembali ke tempatnya. Ia menyesap kopinya dengan mendengarkan apa yang Marco katakan.

"Selain untuk membesarkan namamu, ini juga berguna untuk mengelabui pemerintah untuk penyelundupan senjata-senjata yang dipesan pelanggan." Lanjut Marco lagi.

"Aku tidak ingin pusing dengan laporan-laporan dan berkas-berkas," timpal Benjamin malas.

"Ayolah, Benja. Ayahmu ini sudah tua, siapa lagi yang akan menggantikanku selain dirimu. Anakku satu-satunya." Marco kembali membujuk Benjamin agar ia mau menggantikan posisinya.

Benjamin membuang napasnya perlahan, ia menatap Marco yang juga tengah menatapnya. Benjamin mengangguk pelan dan Marco langsung berseru senang.

"Beri waktu aku satu bulan untuk benar-benar siap mengambil posisimu. Aku memiliki pengalaman untuk memimpin organisasi dan berada di ruang lingkupnya. Tetapi untuk memimpin perusahaan aku sepertinya harus belajar lagi." Benjamin meminta keringanan untuk itu dan hal itu membuat Marco sedikit tak senang.

"Benja, kau ini jenius. Aku yakin tanpa kau mempelajarinya lagi, kau sudah bisa menjalankannya. Lagi pula aku sudah pernah mengajarimu bukan?"

"Itu sudah lama. Mungkin saat umurku masih 13 tahun." Elak Benjamin.

"Hah! Kau benar-benar menyebalkan! Tidak bisakah kau membiarkan Ayahmu ini beristirahat dan mulai menghabiskan waktu tuanya?" Marco berdiri dan berjalan kearah meja besarnya.

Benjamin menatap punggung Marco datar, ia begitu berterima kasih pada marco yang sudah menampungnya kala itu. Mengambilnya dari jalanan hanya karena melihatnya menghajar beberapa orang dijalan dengan banyak darah ditubuhnya. Ia tidak akan melupakan kebaikan Marco. Tetapi, yang membuat Benjamin merasa heran adalah Marco terlalu mempercayainya. Membuat dia ragu bahkan untuk mengambil alih perusahaan milik pria itu.

Bagi Marco, Benjamin adalah aset terbesarnya. Karena selain kecerdasan dan beladiri, walau bukan beladiri seperti Karate, Taekwondo atau semacamnya, hanya beladiri yang asal tetapi Benjamin tahu titik lemah agar lawan cepat tumbang, dan cukup  mumpuni di usianya yang masih muda, Benjamin adalah orang yang paham akan situasi sulit dan tahu bagaimana rasanya pahit kehidupan, dan itu tentu saja adalah hal bagus untuk Marco. Karena ia yakin orang seperti Benjamin adalah orang yang pas untuk menggantikan posisinya. Maka dari itu, ia mengangkat Benjamin sebagai anak dan mengajarinya dengan berebagai hal tentang dunia mafia sedari kecil. Tak lupa ia juga mengajari Benjamin cara mengelola perusahaan. Upaya itu ia lakukan untuk mempersiapkan Benjamin sebagai pengganti posisinya.

"Hanya satu bulan," ujar Benjamin.

"Baiklah. Terserah kau saja."

"Aku akan ke markas, jangan membuat perayaan konyol itu." Benjamin berdiri dan mulai melangkah untuk keluar dari ruangan. Namun dihentikan Marco yang berkata jika ia akan pergi bersama dengan Benjamin.

Benjamin dan Marco pergi beriringan dengan Luca yang sudah menunggu di depan pintu. Luca menundukkan kepalanya dan mulai berjalan dengan berada satu langkah di belakang Benjamin dan Marco.

Ketiga pria berbeda usia itu memasuki lift dan Luca mulai bertanya, "Tuan Marco, apakah perayaan penyambutan Tuan Benja tetap dilaksanakan?"

"Tidak!" Sergah Benjamin cepat sebelum Marco menjawab. Sedang Marco hanya bisa pasrah mengiyakan keinginan Benjamin. "Batalkan rencana yang sudah kalian siapkan." Lanjut Benjamin lagi membuat Luca mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Dan Marco hanya diam dengan dengkusan kesalnya.

The Return Of A LanzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang