Bab 4 : Transaksi

6 3 0
                                    

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Selamat membaca dan semoga betah.

"Bagaimana? Kau sudah menyelesaikan tugasmu?" Tanya Benjamin kepada orang yang berada di seberang telepon.

"Sudah, Tuan," sahut seseorang di seberang telepon. "Tetapi... " Lanjutnya membuat Benjamin mengerutkan dahi.

"Tetapi kenapa?" Tanya Benjamin.

"Satu transaksi digagalkan kepolisian dan jaringan anti narkoba. Itu karena sopir yang lalai dalam melihat situasi. Dan mereka terkena razia saat melewati perbatasan antar kota." Ujarnya seseorang d seberang telepon itu.

Benjamin berdecak mendengar laporan tersebut. Ia melihat Marco yang tengah bersantai di samping kolam renang yang ada di rumahnya.

"Kau urus itu dan jangan biarkan organisasi kita terendus polisi." Final Benjamin.

"Baik, Tuan."

Sambungan Benjamin matikan. Ia mengembuskan napasnya perlahan. Terhitung sejak kembalinya ia ke organisasi seminggu ini, transaksi yang dilakukan selalu lancar tanpa ada kendala. Tetap kali ini, justru takdir tak memihaknya.

Benjamin menghampiri Marco yang sedang menikmati sampanye-nya. Sampanye asli yang di produksi di Prancis dan di kirim langsung dari sana.

"Kenapa kau terlihat kesal?" Tanya Marco saat melihat Benjamin mendekat kearahnya dan duduk di kursi yang berada di seberang Marco.

"Salah satu truk terkena razia saat melewati perbatasan antar kota." Ujar Benjamin dengan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Itu sudah sering terjadi. Beberapa tahun kebelakang juga seperti itu. Seperti ada yang membocorkan transaksi kita," Marco menatap pada langit yang sore ini berseri cerah.

"Penghianat?" Tanya Benjamin dengan tangannya yang mengambil gelas sampanye-nya.

"Sepertinya begitu. Tetapi aku tidak ingin bertindak gegabah dengan menuduh seseorang." Timpal Benjamin.

"Aku akan menyelidikinya sendiri. Dari kapan kejadian seperti ini terjadi?" Tanya Benjamin lagi.

"Satu tahun setelah kau memutuskan untuk keluar dari organisasi." Jawab Marco.

Marco kali ini menatap Benjamin. "Aku percaya, kau bisa menyelesaikan ini dengan mudah." Katanya yang langsung membuat Benjamin menoleh ke arahnya.

Sedari dulu, kepercayaan yang Marco berikan padanya selalu menimbulkan keraguan dalam diri Benjamin. Ia kerap ragu dengan kepercayaan yang Marco berikan padanya. Sebab, sebagai ayah angkat, Marco terlalu royal untuknya. Ia hanya putra angkat dari Marco, tetapi pria itu justru mempercayainya melebihi dirinya sendiri. Hal itulah yang membuat Benjamin ragu pada Marco. Sebagai orang asing, Marco terlalu mempercayainya.

"Kenapa kau begitu mempercayaiku?" Benjamin bertanya dan membuat Marco seketika terdiam.

"Kau putraku. Tentu saja aku mempercayaimu." Timpal Marco sete;ah beberapa detik terdiam.

"Putra angkat. Aku bukan darah dagingmu. Dan kau bisa saja menyerahkan perusahaan dan organisasi pada Luca. Orang kepercayaanmu." Sahut Benjamin.

Apa yang Benjamin katakan tidaklah salah. Itu justru cukup masuk akal. Terlebih, Luca mengikutinya saat keduanya masihlah remaja. Tentu saja Marco tidak perlu mempertanyakan sejauh mana kesetiaan yang Luca miliki untuknya. Dan hal itu tentu saja bisa menjadi alasan untuk Marco menyerahkan segala yang ia punya pada tangan kanannya itu. Luca Braiano.

"Dia orang aasing." Marco menjawab.

Namun, itu adalah kesalahan bagi Marco. Sebab, Benjamin berkata yang membuat Marco tidak bisa lagi menjawab.

The Return Of A LanzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang