NEGERI ASAL

43 19 5
                                    

Ratusan kilometer dari lautan lepas di Bandar Udara Internasional Juanda di Jawa timur. "Baiklah kepada para penumpang yang terhormat di persilahkan menunggu kedatangan koper yang dibawa"terdengar suara dari pengeras suara mengenai kedatangan penumpang tanpa transit dari Perancis ke Indonesia.

Terlihat May mengambil koper miliknya dan berjalan menuju keluar Bandara."Akhirnya kota masa SMA ku"ucap May bersyukur bisa pulang ke Indonesia.

3 bulan yang lalu May mendapatkan kabar bahwa kedua orangtuanya telah meninggal dan memberikan May sebagai satu-satunya anak sebuah warisan berupa rumah di kawasan Surabaya.

Setelah keluar dari bandara May memilih untuk menggunakan transportasi umum berupa bus karena May ingin pergi terlebih dahulu ke Alun-alun Surabaya untuk sekedar bernostalgia dengan masa-masa SMA.

"Satu tahun ya"gumam May. Melihat kearah sekitar banyak bangunan yang berubah sejak satu yang lalu semua berbeda walaupun itu hanya sebagian kecil yang berubah. Setelah melihat-lihat sejenak May memilih untuk makanan sejenak di sebuah warung makan bebek goreng.

Sembari makan May melihat selembar kertas yang terselip diantara buku novel kesayangannya yang berjudul "Aliran Air" May yang penasaran pun mengambil kertas tersebut dikertas tersebut tertuliskan.

"Sebuah perjalanan panjang yang begitu panjang semua ini adalah anugerah bertemu bersama dua orang yang bisa membuatku bahagia aku tak ingin lepas dari kalian tapi inilah keinginanku semuanya aku minta maaf karena kita tak bisa bersatu seperti segitiga yang terbentuk oleh tiga sisi yang bersatu menutup semua kekurangan.

Maaf aku tak bisa pulang

Kabar dari sahabat di Paris, Perancis

'Mayna Aratna'. "

May yang terheran mencoba mengingat sesuatu setelah itu May teringat ketika semester 1 dirinya tidak bisa pulang ke Indonesia karena ada urusan mendadak.

Ternyata dulu May sempat menulis surat namun lupa untuk mengirimnya karena terlalu sibuk dengan urusan kerja magangnya.

Setelah selesai makan May pergi menuju pemakaman tempat kedua orang tuanya disemayamkan. May merasa sangat bersalah karena tidak pulang ketika orang tuanya dimakamkan.

Sesampainya May di makam orang tuanya "Ayah Bunda, maafkan anakmu ini yang tidak bisa menemani saat-saat terakhirmu"ucap May memegang batu nisan kedua orang tuanya yang bersampingan mencoba menahan air matanya untuk tak bersedih.

Tiba-tiba hujan turun mendadak May tak bergeming dia tetap di tempat menangis i apa yang tak bisa ia ubah."mau sampai kapan nagis disini?"seseorang yang tiba-tiba datang membawa payung. May menengk kearah belakang terlihat seorang laki-laki membawa payung dengan gingsul di taring sebagai ciri khasnya.

May terkejut dengan apa yang digenggam oleh laki-laki tersebut terlihat " itukan".sebuah gantungan kunci segitiga yang digenggamnya bersama payung. "Lama gak ketemu" ucap lelaki itu. "Haryan?" tanya May lirih. Dirinya tampak seperti mengenali lelaki itu."masih inget ternyata"ucap lelaki itu, lelaki itu ternyata adalah Haryan yang baru saja sampai di Indonesia dirinya bisa tau keberadaan May karena dirinya awalnya tidak sengaja melihatnya ketika di warung makan.

"Soal orang taumu aku turut berduka"ucap Haryan menatap makam dari orang tua May."Mereka meninggal ketika aku di luar negeri dan tak sempat pulang"May berusaha menahan tangisnya namun dia sungguh sangat menyesal karena tidak ikut dalam mengantarkan orang tuanya ke peristirahatan terakhir."Sudah cukup semua yang sudah berlalu akan menjadi sejarah dan tidak mungkin berubah"ucap Haryan mencoba menenangkan May namun May tak bergiming dengan tetesan air mata mulai turun membasahi wajahnya, memberikan jaket miliknya agar May tidak kedinginan.

Beberapa menit kemudian hujan melai reda membawa mentari yang kembali bersinar tangis dari May mulai berhenti namun dirinya masih tampak menyesal..

Tiba-tiba May lemas dan menyadar ke pundak Haryan, Haryan yang sadar bahwa May lemas pun langsung menangkapnya."May, Mayna" Haryan mencoba menyadarkan May yang pingsan. Haryan menuntun May ke sebuah kursi.

Haryan sedikit bingung karena dirinya tak punya kendaraan dan dia tidak tau no darurat yang dipakai di Indonesia. Haryan hanya bisa berharap ada yang membantunya.

Hingga beberapa saat kemudian datang dua orang perempuan yang menghampiri Haryan."Permisi ada yang bisa ku bantu?". Ucap perempuan dengan rambut pendek yang menggunakan kalung yang memiliki lambang segitiga."Ya ada,aku bukan orang yang tau akan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan...". "Biar kuperiksanya" Teman perempuan itu memotong perkataannya Haryan dan langsung memeriksa May. Kemudian ia langsung menelpon nomor darurat dan May pun dibawa ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit May mendapatkan perawatan yang baik namun masih belum sadarkan diri. "Terima kasih sudah menolong" Haryan menunduk kepada dua orang perempuan itu."Jangan terlalu menunduk , perkenalkan namaku Mylen" perempuan itu memperkenalkan dirinya dengan ramah."Aku Anita biasa dipanggil Nita,salam kenal". Mendengar nama yang diucapkan itu Haryan sedikit terkejut karena perubahan yang dialami Nita cukup banyak yang membuatnya tidak sadar."Namaku Haryan salam kenal, Anita yaa"Haryan sedikit melamun dan secara tidak sadar menyebut nama Nita.

"Ada apa?, ada yang anehkah dengan namaku?" tanya Nita."ah tidak hanya saja aku teringat teman lama yang namanya sama"Haryan sedikit terkekeh menjawab pertanyaan itu namun Haryan tau bahwa itu adalah Nita teman lamanya Haryan melihat kalung yang dikenakan Nita sama dengan gantungan kunci yang dimilikinya."Maaf aku mau pergi bentar" Mylen meninggal Haryan dan Nita.

Kemudian Haryan dan Nita duduk di kursi tunggu didepan ruang kamar inap C18 mereka hanya diam tidak berucap sepatah kata pun Nita sibuk memainkan ponselnya dan Haryan hanya melihat sekitar sampai beberapa saat Nita melihat kearah Haryan dengan heran dan bingung

. "Aneh seperti pernah bertemu" ucapan Nita membuat Haryan sedikit terkejut dan kemudian sontak sedikit bertanya" darimana kamu dapat kalung itu?" Nita bingung kenapa Haryan bertanya tentang kalungnya." Ini sebenarnya sebuah gantungan kunci aku mengubahnya menjadi kalung " jawab Nita. Jawaban Nita membuat Haryan semakin penasaran apakah benar yang dihadapannya ini adalah Nita yang ia kenal atau orang lain dengan nama yang sama. "Apakah gantungan kunci itu seperti ini" Haryan menunjukkan gantungan kuncinya.

"Yaa seperti itu" Nita heran dengan gantungan kunci milik Haryan yang sama persis dengan miliknya." Ini gantungan kunci yang menjadi tanda persahabatanku kami terpisah oleh jarak dan tidak bertemu sejak saat terakhir kali kami bertemu" jelas Haryan.

Rahasia Triangle (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang