𝑩𝒂𝒃 𝟖

47 5 0
                                        

❝Tanpa perang itu mungkin aku tidak akan mengenalmu seperti ini. Tetapi aku tetap pada keputusanku saat itu, aku tidak akan menyesalinya.❞ Ucap Baekhyun monolog.

Beberapa abad telah berlalu setelah peperangan Troya itu, tetapi di ingatan Baekhyun itu hanya memori yang seakan baru beberapa hari kemarin terjadi.

★★★

Setelah Permintaan diplomasi dari Menelaos dan sekutunya, Odysseus ternyata ditolak mentah-mentah oleh Paris untuk membawa kembali Helene pulang, Agamemnon ―raja Mykenai dan Menelaus akhirnya memimpin ekspedisi pasukan Akhaia ke Troya dan mengepung kota itu selama sepuluh tahun. Dengan beratus pasukan itu tidak membuat Paris gentar, hanya saja beberapa keresahan yang ia rasakan mengingat keluarga dan juga Helene tercintanya. Bagaimana ia bisa mengalahkan pasukan Akhaia?

Pasukan Akhaia pertama kali berkumpul di Aulis. Semua mantan pelamar Helene mengirim pasukan kecuali raha Kinyras. Meskipun ia mengirimkan lempeng dada untuk Agamemnon beserta 50 kapal, hanya satu kapal kirimannya yang asli dipimpin oleh Mygdalion, sedang sisanya adalah kapal tiruan dari tanah liat. Idomeneus bersedia memimpin kontingen Kreta dalam perang, Komandan terakhir yang datang adalah Akhilles, yang berusia 15 tahun.

Melihat jika musuhnya sudah memiliki kekuatan penuh untuk meluluhlantakkan dirinya dan negerinya membuat tangannya gemetar hebat. Apakah salah untuk mencintai seseorang? Paris tau jika ia egois, tetapi perasaan ini tetap tidak hilang bahkan beberapa tahun saat melihat Helene tumbuh menjadi wanita tercantik yang berada di muka bumi ini. Apakah perasaannya itu salah sehingga banyak korban jika yang terjatuh sejak kedatangan pasukan Akhaia datang di tanah kelahiran mereka?

❝Tuan, Nyonya Aphrodite sudah datang dan ingin menemui anda.❞

Seketika ucapan dari pelayannya itu memberikan perasaan lega yang teramat saat ia mengetahui bahwa Dewi Aphrodite datang ke istananya.

❝Bagaimana kabarmu dan Helene, anakku?❞ Salam Aphrodite sesaat setelah ia memasuki ruangan pertemuan itu.

❝Aphrodite.❞ Paris menundukkan kepalanya sedikit untuk membalas sapaan Aphrodite, ❝Helene baik-baik saja tetapi tidak denganku ataupun rakyat Troya saat ini.❞

❝Aku akan membantumu menghadapi pasukan Akhaia. Tetapi aku membutuhkan pengorbanan juga.❞ Setelah beberapa saat Aphrodite akhirnya membuka suara menyampaikan maksud kedatangannya itu.

❝Apa yang bisa kulakukan, Dewi?❞ Tanya Paris dengan wajah yang terlihat lega itu.

❝Lakukan persembahan pada Janus, selebihnya aku akan mendapatkan seseorang yang akan membantumu memusnahkan pasukan Yunani itu.❞ Ucap Aphrodite dengan tenang tetapi matanya memancarkan kebencian yang sangat saat berbicara tentang pasukan Akhaia itu.

❝Aku sangat berterima kasih padamu, Dewi. Dan aku tidak tau bagaimana cara membalas kebaikanmu ini.❞ Ucap Paris sambil berjalan mendekati Aphrodite dan bersujud mencium kakinya sebagai bentuk rasa syukurnya.

❝Yang harus kau lakukan adalah berbahagia bersama Helene. Sekarang, esok ataupun pada kehidupan selanjutnya.❞ Ucap Aphrodite sambil tersenyum pada Paris. ❝Aku memberkati kalian hingga sampai ke kehidupan selamanya.❞

Sebenarnya alasan Aphrodite memihak Troya bukan karena Paris memberikan apel emas kepadanya sebagai tanda bahwa Aphrodite adalah dewi tercantik, melainkan pula karena Diomedes adalah sekutu Troya. Ia sangat membenci Diomedes hingga seluruh dendamnya hanya akan tertuju pada ia dan semua keturunannya kelak. Sebenarnya kejadian itu tidak begitu membuat Aphrodite terluka tetapi harga dirinya yang terusik. Ketika Aphrodite berusaha menyelamatkan Aineias yang terluka saat perang berlangsung beberapa hari kemarin, Diomedes melukai Aphrodite dan mengusirnya dari medan perang. Diomedes mengatakan kepada Aphrodite bahwa medan perang bukanlah tempat baginya sedangkan akhirnya Aneias sendiri diselamatkan oleh Apollo. Ia sudah menyusun semua rencana untuk menghancurkan Diomedes dan juga Apollo. Bahkan ia tau siapa yang bisa membuat mereka hancur.

★★★

❝Pandangan pertamaku selalu tertuju padamu, dan hari itu akhirnya kau sendirilah yang datang menemuiku, Dewi.❞

Chanyeol memandang keluar jendela kantornya dengan pandangan sayu, menanti keajaiban itu datang lagi padanya. Ia rindu pada kekasihnya. Mungkin jika ia bisa merasakan itu lagi, semua perasaan bersalahnya akan terkikis sedikit demi sedikit.

★★★

❝Tuan, Dewi Aphrodite sedang menunggu anda di luar. Apakah anda ingin mengusirnya?❞ Ucap Enyalius mengenyahkan lamunan Ares.

Ia membalikkan badannya yang semua memandang ke jendela kamarnya dan terlihat kedua alisnya saling bertautan. Aphrodite?

❝Pergilah, aku akan menyusul.❞

Enyalius menundukkan kepalanya dan pergi dari kamar tuannya itu dengan perasaan yang bingung. Ares tidak menanyakan siapa Aphrodite? Itu menurutnya sudah cukup aneh mengingat Ares adalah tipe orang yang selalu melupakan seseorang yang tidak penting untuknya. Jangankan orang lain, beberapa pasukannya yang berada di istana inipun, walau sudah setiap hari bertatap wajah tetap saja Ares tidak akan mengingat wajah ataupun nama mereka.

❝Tuan akan segera turun dan menemui anda, Dewi Aphrodite.❞ Ucap Enyalius sesampainya ia bertemu dengan Aphrodite di depan istana.

Aphrodite tidak begitu merasa terganggu saat beberapa pasukan juga pengawal pribadi Ares yang terkenal beringas dan kejam itu mengelilinginya seakan ia adalah musuh yang akan dihukum mati.

❝Kau mencariku? Ada apa?❞

Tidak berapa lama akhirnya suara bariton dari orang yang ia tunggu terdengar. Ia sebenarnya sedikit ketakutan walaupun berusaha untuk menutupi itu tetapi pria di hadapannya itu justru bisa merasakannya.

❝Bisakah kita membicarakannya berdua saja? Aku ingin memberikan beberapa tawaran padamu.❞ Balas Aphrodite dengan tenang.

Setelah Ares memikirkannya sebentar akhirnya ia mengisyaratkan dengan kepalanya agar Aphrodite mengikutinya, tetapi Ares juga mengisyaratkan para pengawalnya itu untuk tidak mengikutinya. Berakhirlah mereka saat ini berada di ruang kerja milik Ares yang dihiasi berbagai koleksi jarahannya dari medan perang seperti tengkorak musuh ataupun baju zirah yang terlihat masih terdapat noda darah yang mengering. Aphrodite tidak ingin memikirkan apapun tentang barang-barang yang terpajang itu, ia cukup tau seberapa gila dan haus darahnya pria di hadapannya itu.

❝Jadi, apa yang ingin kau tawarkan padaku, wahai Dewi Aphrodite yang cantik?❞

Mendengarkan ucapan Ares yang mengatakan dirinya cantik membuat wajahnya yang terlihat tenang tadi langsung memerah. Ia sendiri tidak tau bagaimana ucapan yang sudah sering ia dengar itu bisa membuatnya malu saat Ares mengatakannya.

❝Ehem..❞ Aphrodite mencoba untuk tetap tenang dan tidak terlihat malu dengan batuk kecil, ❝aku ingin kau membantu Paris dalam perang dengan para pasukan Akhaia.❞

Terlihat Ares diam setelah Aphrodite mengatakan itu, tetapi tidak terbesit sedikitpun wajah terkejutnya yang membuat Aphrodite bingung.

❛Kenapa wajahnya seperti biasa saja seakan ia tau maksud kedatanganku?❜

❝Katakan jika aku membantumu, apa yang akan aku dapatkan?❞ Tanya Ares dengan senyuman di bibirnya itu yang sangat terlihat menyeramkan bagi Aphrodite.

❝Kau menyukai peperangan dan darah, aku menawarkan kesenangan itu untukmu dan juga pengikutmu.❞ Aphrodite berusaha untuk memberikan penawaran yang mungkin menarik bagi Ares, tetapi gelengan kepala Ares juga senyumnya membuat Aphrodite harus memutar otak untuk mencari alasan yang pas. ❝Karena aku meminta bantuanmu?❞

❝Apakah cukup untukku peperangan darah yang kau tawarkan? Aku bisa menciptakan sendiri peperangan itu jika aku ingin.❞ Kata Ares dengan senyuman dingin yang masih setia tersungging di bibirnya. ❝Aku ingin melakukannya jika..❞

❝Jika apa?❞

[𝟒] Walk On Memories ꒰𝐜𝐡𝐚𝐧𝐛𝐚𝐞𝐤꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang