34

82 9 0
                                    






Sudah lewat pukul 21.00 wib. Joel sedari tadi menahan kantuknya. Hujan diluar mendukung dirinya terlelap disofa besar apartemen Hanenda. Televisi masih menyiarkan film yang tidak menarik minat dirinya.

Tadi sehabis isya, Hanenda sempat mengirim pesan kepada dirinya. Dan berjanji untuk menelpon Joel saat resesi acara pukul 21.30 yang tidak lama lagi. Joel pun berdiri dari duduknya, dia berjalan ke wastafel besar didapur. Dia pun mencuci mukanya, berharap ngantuknya segera hilang. Dia takut ketiduran dan melewatkan telepon dari kekasihnya.

Dirinya lalu mematikan lampu yang ada di ruang tengah, dan beranjak kedalam satu-satunya kamar diapartemen itu. Hujan diluar sangatlah deras. Dia lalu menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Hangat. Sangat hangat. Dibanding dengan keadaan dia dirumahnya sendiri, ini bagaikan langit dan bumi.

Tapi meski begitu, dirinya tau diri, ini semua hanya sementara. Walaupun cintanya kepada Hanenda akan selalu abadi, tapi keadaan yang tenang dan membahagiakan ini dia rasa hanya untuk sementara.

Sudah hampir pukul 22.00 wib, telepon dari Hanenda belum juga ada. Dia pun mengerti, betapa sibuknya kekasihnya itu. Jadi dia tidak ingin berandai-andai.

Baru saja dirinya menutup mata karena sudah tidak bisa lagi menahan kantuk, dirinya dikagetkan dengan deringan telepon yang menggema disamping bantalnya. Segera dilihatnya layar hapenya, tertera nomer Hanenda disitu. Dia lalu tersenyum lebar, sesuatu yang dinanti-nantikan telah menelponnya. Diangkatnya telepon itu dengan perasaan bahagia. Bahagia karena sang kekasih menunaikan janjinya.

"Assalamu alaikum Adek, maaf Aa' telat nelponnya. Kamu lagi tidur kah?"

"Waalaikum salam A'. G apa-apa A', belum tidur aku. Ini lagi selonjoran dikamar"

"Ahh syukurlah, tapi habis ini kamu langsung tidur yah. Udah jam 10, jangan biasakan tidur larut. Aa' juga tidak bisa berlama-lama menelpon, acara Aa' masih berlangsung"

"Iya A'. Adek ngerti kok. Aa' tenang aja, Adek paham Aa' sangat sibuk."

"Syukurlah kalau begitu. Kamu tidur yah, Insyaa Allah secepatnya Aa' pulang. Diluar hujan, kamu pakai baju yang hangat, selimutnya juga dipakai. Semalam kamu tidurnya tidak pakai selimut padahal cuaca dingin loh Dek."

"Ini aku pakai kok. Hoodie hijau Aa' dengan celana training abu-abu yang Aa' beliin tadi di mall. Selimutnya juga aku pakai. Aa' juga, jasnya jangan dilepas, jangan minum yang dingin-dingin. Semangat kerjanya yah A'. Adek tutup dulu teleponnya, betulan ngantuk dari tadi."

"Iya sayang. Kamu tutup aja teleponnya. Mimpi indah sayang. Aa' sayang banget sama kamu Joel. Ingat itu. Jangan pernah lupa".

"Adek juga sayang banget ama Aa'. Bahkan Adek udah g tau lagi gimana nyampeinnya biar Aa' tau sayangnya Adek ke Aa'. Adek tutup dulu yah A'. Assalamu alaikum"

"Terima kasih sayang. Terima kasih mau mengerti keadaan Aa'. Aa' tutup teleponnya yah. Kamu istrahat habis ini, oke. Waalaikumussalam"

Kedua anak adam setelah menutup telepon masing-masing, hanya bisa tersenyum dengan hangat. Bahagia terpancar diwajah mereka. Meskipun cinta mereka salah dan sangat berdosa, tapi biarkan, biarkan mereka untuk saat ini memadu kasih, merenda cinta, karena mereka pun sadar cinta mereka akan sulit untuk dijalani.






🦋🐺

Syama Artjuni [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang