01. Bubble

67 35 22
                                    


Happy Reading!


Deruman motor memasuki area sekolah, banyak dari para siswa yang sudah sangat kenal milik siapa motor yang kini sudah terparkir gagah. Helm full face terbuka menampakkan wajah gadis dengan rambut yang ia kuncir tinggi, mata tajam bercelak serta gigi gingsul yang semakin menambah kesan seram manis untuknya.

Dia berjalan santai menuju kelas dengan mulut yang tetap menguyah permen bubble yang dibawa dari rumah. Dilengkapi earphone yang bertengger cantik di kedua telinganya dengan alunan musik dari aplikasi spotify yang berhasil melindungi telinga dari suara bising murid yang mengganggunya.

Di tengah kedamaian yang gadis berkuncir itu rasakan, sorot kedua matanya tak sengaja menangkap pemandangan tak sedap. Seorang cowok berkulit putih sedang bersenda gurau sambil sesekali menggelitiki seorang gadis yang menggunakan bando pink di kepalanya.

Derap langkah kaki terdengar sangat nyaring sehingga mengganggu kegiatan senda gurau ria keduanya lalu kompak menoleh. Layaknya tertangkap basah, keduanya saling melepas paksa tangan mereka yang sedang saling menggenggam. Sadar bahwa yang menghampiri mereka seperti sangat marah, terlihat dari tatapan mautnya yang terlihat jelas.

"Ngapain?" tanya gadis bernama lengkap Jasmine Azkia Arora kepada cowok yang berstatus sebagai pacarnya.

"Gua—" Cowok dengan tag name Gilang Desta itu merasa bahwa mulutnya
tiba-tiba kram dan otaknya tiba-tiba seakan berhenti berfikir.

Suasana kian memanas kala beberapa murid mengitari mereka. Bisikan pun samar-samar terdengar, sedangkan Jasmine Azkia Arora atau yang biasa dipanggil Kia itu tidak bergeming sedikit pun.

Hati dan suhu badan Kia meningkat, kedua matanya mulai memanas karena ini bukan pertama kali pacarnya bermesraan dengan gadis yang katanya berstatus sebagai adik jadi-jadiannya itu.

"Kenapa diem?" Suara dingin dan tegas menggema memenuhi ruangan kelas 11, bahkan murid lainnya ikut bergidik takut.

"Kita cuman ngobrol doang tadi," terang Gilang tapi tak berani bertatapan langsung dengan Kia.

"Doang?" Alis Kia terangkat disertai senyuman sinis yang tercetak tajam di bibir merah jambunya. "Ngobrol gak harus pegang-pegang gitu dan gak harus bohong sama gua pakek buat alasan palsu biar bisa berduaan sama adik-adikan lo ini, 'kan?"

Hening

Benar nyatanya, tadi pagi Kia meminta waktu Gilang untuk berangkat bersama tapi ditolak halus dengan alasan ada urusan. Ternyata adik jadi-jadiannya ini yang dikatakan urusan penting, siapapun tidak akan terima jika ada seseorang yang lebih diprioritaskan pacarnya lebih darinya.

Kaki Kia melangkah mendekati gadis di depannya yang konon bernama Bella itu. Tangannya terasa gatal ingin menjambak, namun sekuat tenaga ia menahan diri.

"Inget ya, lo cuman adeknya jangan bertingkah sebagai pemiliknya!" ujar Kia sambil mengangkat dagu Bella dengan jari lentiknya.

«✮ 𓆩♡𓆪 ✮»

Pintu kelas 12 terbuka, diiringi suara gebrakan tidak ramah dan pelakunya adalah gadis yang tengah memasang ekspresi bad mood. Berjalan menuju bangku paling depan lalu duduk di tengah gerombolan tiga gadis yang sepertinya menunggu kedatangannya.

"Ribut lagi sama si Gilangtong, Ki?"

Gilangtong—sebutan untuk pacar Kia yang disematkan sahabat-sahabat Kia. Bukan tanpa alasan, mereka memberi sebutan itu karena geram dengan makhluk yang kerap kali menyakiti hati teman mereka.

"Biasalah."

"Lagi pdkt sama adek kesayangan Bella, 'kan?" sindir gadis yang duduk di depan Kia dengan muka mengejek.

"Sampe kapan, dia mau giniin lo terus, Ki?"

"Dan begonya setelah diperlakukan seperti itu seorang Kia, PASRAH."

Kia menatap ketiga sahabatnya bergantian, mereka adalah Amel, Laura dan Nihau. Hanya mereka lah manusia yang selalu berada disampingnya walaupun mereka terkadang memang menyebalkan.

"Puas ngebully-nya?"

"BELOM!" jawab mereka serempak.

"Lagian, lo! Kenapa gak lo putusin aja cowok gila, itu?" Laura angkat bicara, dia yang paling logis disini.

"Kia cinta Gilangtong!" ucap Amel menirukan gaya bicara Kia setiap mereka menasehatinya tentang hubungan percintaannya.

"Kia gak bisa tanpa Gilangtong!" Kini suara cempreng Nihau yang sangat terdengar menyebalkan di kendang telinga Kia.

"Apaan, sih!" sungut Kia dengan wajah merah padam, merasa ingin menghilang sekaligus malu jika harus diledek seperti ini, namun ia benar mencintai Gilang. Ia berusaha memberi kesempatan, berharap suatu hari Gilang berubah.

«✮ 𓆩♡𓆪 ✮»

Suara riuh mendominasi kala bel istirahat menggema. Para siswa berbondong-bondong ke arah kantin, begitu pula Kia dan ketiga temannya. Namun, baru saja keluar dari kelas ada tangan yang mencekal pergelangan tangan kecil milik Kia.

Kia menoleh dan benar saja itu adalah pujaan hatinya. "Maaf buat yang tadi, jangan marah!" lirih Gilang dengan mata memohon.

"Jangan diulangi!" peringat Kia sambil melepaskan cekalan di tangannya. "Satu kali aja lo ulangi kesalahan lo, kita bubar!"

"I promise."

Mendengar kata itu, senyum Kia yang jarang terlihat itu mengembang.

"Gampang banget teman kita itu luluh," geram Amel yang melihat Kia sangat polos.

Gilang langsung menangkup kedua tangan Kia dan mencium punggung tangan yang putih mulus itu.

"Ck!" Ketiganya berdecih serempak, pemandangan sampah karena pada akhirnya seperti biasa, Gilang akan menyakiti sahabat mereka lagi.

Sesampai di kantin, Gilang memilih untuk duduk berdampingan dengan kekasihnya.  Dan terpaksa teman-teman Kia harus duduk bersebelahan sembari disuguhi pemandangan spesies cowok red flag.

Lekas mereka memesan makanan lalu menyantapnya. Namun, itu tak berlangsung lama karena ada keributan yang menarik atensi mereka berlima.

"Heh, cupu!"

"Aduh, lagi enak makan, ya?"

Segerombolan murid mendatangi cowok berkacamata yang duduk di pojok yang akan menyantap bakso pesanannya yang baru datang. Ini bukan hal biasa, cowok itu termasuk langganan bully-an murid-murid disini.

Berkamata, kulit gelap, rambut terbelah dua, baju rapi dan kemana-mana selalu membawa buku. Dia sangat cerdas namun sayangnya, dibully sana sini.

"Epan," lirih Kia yang merasa heran dengan pembully-an yang terjadi terhadap teman sekelasnya itu.

Epan berdiri dan menegakkan tubuhnya, bahkan yang membully-nya lebih pendek darinya. "Mau apa kalian?"

"Mau ganggu lo lah."

"Kayaknya enak, nih bakso," ucap salah satu mereka yang mulai makan bakso miliknya.

"Kalian gak punya uang kah sampe harus makan bakso gua?" geram Epan tak terima.

Dan tepat di sekon waktu itu juga, kuah bakso yang panas disiramkan ke baju dan mengenai tangan kekar Epan. Panas mulai menjalar terasa, namun tak membuat empunya mengaduh panas.

"Beraninya lo ngatain gua gada duit!"

"Emang gada duit. Kalau ada duit, gabakal makan punya orang!" tandas Epan dengan wajah yang tak bersahabat.

Mereka pun langsung memegangi kedua tangan Epan lalu memukul perutnya di depan banyak siswa. Suara ringisan terdengar yang berasal dari murid-murid yang mendengar suara bogeman berkali-kali itu, bukan mereka yang kena namun ikut ngeri.

Kemudian mereka mengambil satu kuah bakso yang akan mereka siramkan ke wajah Epan, namun semua tak sesuai ekspetasi mereka. Baru mengangkat tangan, mereka yang terlebih dahulu terkena siraman kuah bakso di wajah mereka yang sepertinya telah dicampur sambal banyak itu, karena terasa perih mengenai mata.

"PERGI! ATAU GUA SIRAM LAGI DAN GUA TUANGIN KE MATA KALIAN BIAR KATARAK SEKALIAN."

Are You Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang