14

4.3K 437 87
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋


Dua bulan berlalu setelah Tegar menarik hak atas toko bunga. Kunci yang ia minta, sampai sekarang belum juga dikembalikan. Tentu, Lembah merasa kesal. Dua bulan bukan waktu yang singkat.

Bahkan ketika Lembah menelfon dan bertanya kapan kunci toko dikembalikan, Tegar justru langsung mematikan sambungan telepon.

Maka seminggu setelah sambungan telepon itu diputus secara sepihak oleh Abangnya, Lembah sudah tidak pernah lagi menghubungi Tegar. Ia sudah pasrah.

"Kalau Mas beli toko bunga baru, mau?"

Lembah yang tengah mengambil air putih dingin di kulkas, segera lari dan duduk di sebelah Roman.

"Beneran?" tanyanya.

Roman mengangguk.

"Ah nggak usah. Bentar lagi pasti dikembaliin." Lembah menenggak air minumnya, lalu melirik ke arah Roman. "Aku tau, kamu sayang sama aku. Tapi nggak usah. Takut tiba-tiba diminta imbalan 20 anak. Ngeri."

Roman yang tengah makan seketika terbatuk-batuk. Alih-alih memberi minum, lembah justru tersenyum.

"Siapa yang minta imbalan seperti itu?"

"Mas Roman Zulkarnain," jawab Lembah.

"Kapan?"

"Dalam mimpi," jawab Lembah lagi.

Roman terkekeh lantas mengacak puncak kepala Lembah.

"Eh, Mas. Kamu ngerasa nggak kalau kita lama punya anaknya?"

Roman terlihat berpikir. Kemudian dia menggeleng.

"Baru 4 bulan nikah. Masih terbilang biasa saja."

"Lama ih, bukan biasa aja." Lembah mendekatkan wajahnya ke bahu Roman. "Apa jangan-jangan kamu kurang jago? Makanya nggak berhasil. Udah minum jamu ramuan Umi, belum?"

Roman seketika melotot.

"Eh, jangan marah. Aku pake tanda tanya tadi. Berarti aku nanya, kamu udah ngerasa jago belum?"

"Menurut Adek?"

Lembah tertawa. Dia memukul lengan Roman.

"Masih ada lima buluku yang merinding dengar kamu panggil aku adek."

"Jawab," kata Roman.

"Yang mana, sayangku?"

"Yang tadi. Menurut Adek, Mas kurang jago?"

Lembah tertawa.

"Dari durasi, terbilang tahan lama. Dari skill. Terbilang gacor. Dari apa lagi ya? Ah, dari gaya. Terbilang menguasai semua. Kayaknya kamu jago. Aku kayak habis digebukin kalau habis begituan. Berarti kamu jago."

Roman tersenyum miring.

"Dih, besar kepala kamu."

Roman lantas tertawa.

"Belum dikasih, sayang. Masih disuruh berusaha," kata Roman.

"Atau aku-nya yang kurang subur?"

Roman langsung menoleh pada istrinya.

"Tidak boleh bicara begitu." Roman mencium kening Lembah, lalu berdiri. "Umi sama Abi pasti sudah menunggu. Ayo, berangkat."

Alih-alih berdiri, Lembah justru mendengus dan menahan tangan Roman.

September is Ours (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang