Filosofi Secangkir Kopi

878 45 4
                                    

"Aaah~ Americano. Terimakasih."

Dengan tundukan canggung ia mengucapkan terimakasih pada pelayan manis yang baru saja membawakan kopinya. Sedikit-sedikit Xiumin menyeruput kopinya. Ternyata kopinya panas.

"Ah ah...sss"

Hampir setiap akhir minggu--atau di sela jadwal padatnya--Xiumin berburu kopi. Kadang ia sendirian atau ditemani Chen. Tapi untuk kali ini ia ingin menikmati kopinya sendirian.
Hari itu cuaca begitu cerah. Langit biru luas dan sekelompok awan bernaung di atas kafe itu.

"Ko...pilo..gika..Oh. Kopilogika."

pelan-pelan ia membaca plang kafe di luar jendelanya. Saking cantiknya pemandangan saat itu sampai ia mengambil beberapa--banyak--foto dan mengirimnya ke grup LINE EXO.

*photo sent*
Guys! Disini keren, lho. Kalian harus kesi---

Bip.

Hapenya mati.

"Ah.. ck."

Xiumin melihat plang itu sekali lagi.

1974.
Cukup lama untuk ukuran kafe sekecil ini, batinnya.
Xiumin hanya duduk dan sesekali menggoyang-goyang kakinya. Menyeruput. Bertopang dagu sambil melihat sekitar. Melihat ke luar ke arah jendela. Menyeruput lagi. Tapi ia tak merasa bosan.
Lalu Xiumin melihat ke arah kopinya. Berkaca pada refleksi wajahnya di dalam cangkir. Ia memang selalu memikirkan banyak hal saat sedang nge-date dengan kopinya. Seperti menuang semua memori ke dalam kopi di hadapannya lalu membiarkan dirinya menjalin jaringan dengan masa lalu.

Aku tak pernah menyangka aku menjadi seperti ini. Aku yang gendut, berkacamata, bahkan aku tak pernah berpikir untuk bisa mendapatkan perempuan. Sekarang aku lebih baik. Aku juga bisa jadi lebih baik dari ini. Aku tak akan kalah populer dengan yang lain.

Xiumin melempar senyum ke arah bayangan wajahnya dalam kopi lalu menandaskan seruput terakhirnya dengan semangat.

Ah.. tak ada yang lebih enak dari kopi americano.

Ia langsung membayar bill dan pergi sambil bersiul-siul pelan.

"Hyuuuuunggggg! Oooiii hyuuuung!"

"Hah?"

Xiumin menoleh lalu ia merasakan bahunya dihajar.

"Baekhyun-ah~ jangan seperti itu. Aku baru saja menikmati liburanku dan kau memukulku."

"Kkaep-song, hehehe."
Baekhyun mengalungkan lengan kirinya ke leher Xiumin.

"Hyung habis darimana?"

"Minum kopi." Mereka berdua meneruskan perjalanan.

"Americano?"

Xiumin mengangguk.

"Hyung, mengapa kau tak pesan kopi Koreano?"

"Tak ada yang namanya kopi Koreano, Baekhyunnie."

"Ah.. tentu, tentu. Tapi kopi Espressoano ada, kan?"

"Baekhyun-ah~ jangan menanyakan hal yang kau sudah tahu jawabannya. Kau tak segoblok itu kan", Xiumin menyentil telinga Baekhyun.

"Hehe Hyungie~"

Mereka berdua pun berkejaran dan sesekali memukul satu sama lain. Akhirnya Xiumin kelelahan dan meminta Baekhyun berhenti mengejarnya. Baekhyun memilih blok trotoar untuk hyung-nya duduk.

"Baekhyun-ah."

Baekhyun yang berdiri menoleh ke arah Xiumin. Saat itu langit sedang cerah dan angin membisik riuh di sela-sela pepohonan di trotoar.

"Aku pikir kau benar tentang candaanmu soal kopi waktu itu."

"Hahaha iya, hyung. Tak ada yang bisa menyaingi hitamnya Kai selain kopi americano." Jawab Baekhyun sambil duduk di sebelah Xiumin.

"Bukan itu, pabo." Xiumin menepuk bahu Baekhyun.

"Lalu apa?"

"Kopi memang jodohku--maksudku jodoh keduaku setelah seorang gadis, tentu. Buktinya tadi di kafe. Kopiku paham sekali denganku sampai-sampai aku dapat mengingat semua masa laluku. Kopi benar-benar bisa membawaku ke perasaanku yang terdalam. Kau percaya kan, Baekhyun?"

"Begini, hyung." Baekhyun mengetes suaranya dengan serak.

"Tumben sekali kau serius."

"Siapa bilang aku serius? Hehehe."
Kali ini xiumin menempeleng dahi Baekhyun.

"Aah hyung, kau tahu kan kalau pukulanmu itu menyakitkan....ugh...."

Xiumin tertawa kecil.

"Menurutku, rasa 'suka' itu memang jodoh kedua kita, hyung. Maksudnya, coba kau pikir. Bagaimana manusia kalau mereka tak memiliki sesuatu yang mereka sukai? Sedih? Pasti. Tak akan ada yang bisa menjadi pelarian untuk setiap kekacauan hati mereka. Manusia selalu butuh pegangan, hyung. Apapun bentuknya."

Xiumin mendengarkan dengan seksama. Bunyi angin seperti melengkapi perkataan Baekhyun.

Ada benarnya juga.
Terima kasih, Baekhyun. Kau benar-benar melengkapi pikiranku.

Xiumin berdiri dari duduknya sambil menarik lengan Baekhyun.

"Ayo, lari lagi. Yang terakhir sampai asrama harus traktir bubble tea!", Xiumin berlari duluan meninggalkan Baekhyun.

"Hyuuung jangan mencuri start!!"

Kopi Xiumin (EXO FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang