Part.1

113 10 6
                                    

Di sebuah rumah sakit (kasih Ibu) seorang wanita paruh baya duduk di kursi tunggu dengan perasaan cemas di depan ruang bersalin.

Sudah hampir tiga jam lamanya namun belum ada tanda-tanda dokter maupun suster keluar dari ruangan tersebut, membuat wanita paruh baya itu semakin merasa khawatir.

"Ya Allah, tolong selamatkan dia begitu juga dengan anak yang ada di dalam kandungannya" batinnya yang tak henti hentinya berdoa.

Tak lama dokter pun keluar dengan wajah yang lelah,  "dokter bagaimana keadaanya? bagaimana dengan anak yang ada dalam kandungannya apakah baik baik saja" tanyanya pada dokter.

"Apakah anda keluarganya?" tanya sang dokter.

"Bukan dok, saya menemukanya di sebuah halte bus dekat dengan rumah saya"  jawab wanita paruh baya itu.

" Alhamdulillah, anaknya sudah lahir dengan selamat, tapi-- sang dokter menjeda ucapnya sesaat setelahnya dokter tersebut mengatakan bagaimana keadaan  sebenarnya.

"Maaf, bayinya memang lahir dengan selamat, tapi ibunya tidak bisa kami selamatkan karena terjadi komplikasi dan juga pendarahan setelah melahirkan".  ucap sang dokter pada wanita paruh baya tersebut.

"Ya Tuhan, kasian sekali"

"Apa saya bisa melihatnya Dok?"

"Tentu, silahkan." ucap dokter mempersilahkanya masuk ke dalam.

Setelah itu wanita itu masuk ke dalam, dengan perasaan iba ia menatap wajah cantik perempuan yang ia tolong tadi namun siapa sangka takdir berkata lain. Perempuan itu kini telah pergi untuk selamanya meninggalkan seorang bayi yang baru saja ia lahirkan.

"Maaf, Bu Ini ada kalung yang di pakai almarhumah, dan ini dompetnya saya menemukanya di saku celananya" ucap suster memberikan kepada wanita tersebut.

"Terima kasih sus,  oiya. Di mana anaknya sus " tanyanya lagi karena tidak melihat bayi yang baru saja di lahirkan.

"Oh, maaf sepertinya dokter belum mengatakan pada ibu,  bayinya sekarang ada di  ruang (inkubator) karena dia lahir prematur " ucap suster.

"Boleh saya melihat bayinya?"

"Tentu, mari saya antar "

Sesampainya di depan ruang inkubator,   Sandra menatap ke arah di mana  bayi kecil berjenis kelamin laki-laki itu tampak ia meneteskan air matanya. Sandra sangat meresa kasian pada bayi kecil itu,   bayi yang baru lahir itu harus kehilangan ibunya.

Iya, nama wanita paruh baya itu adalah Sandra,  Sandra seorang janda suaminya telah meninggal dunia sekitar delapan bulan yang lalu karena menjadi korban tabrak lari dan pelakunya sampai sekarang belum di ketahui.

"Sus,  apa boleh saya masuk ke dalam sebentar, saya hanya ingin memasangkan ini pada bayi kecil itu,"

"Boleh,  silakan ". ucap suster mengantarkan sandra masuk ke dalam .

Sandra menghampiri bayi itu,  tangannya terulur menyentuh pipi lembut bayi itu. "Kasian sekali Kamu nak, ibumu sudah meninggal dan nenek tidak tahu di mana keluarga ibumu.  Tapi, kamu masih punya nenek yang akan merawatmu menjagamu" ucap Sandra sambil menangis.

"Ini adalah kalung milik ibumu, hanya ini satu-satunya peninggalan ibumu Nak" ucap sandra lalu menyimpan kalung itu dan juga dompet ke dalam tasnya, Sandra tidak jadi memasangkan kalung itu sekarang ia akan menunggu sampai bayi kecil itu dewasa.

"Kelak saat kamu dewasa nenek akan memberikan kalung itu padamu, mungkin dengan kalung itu kamu akan menemukan keluargamu"

Sandra memang sudah memikirkanya ia akan merawat bayi itu karena memang ia dan almarhum suaminya tidak di karuniai anak. Jadi apa salahnya ia menjadikan bayi kecil itu sebagai cucunya. Sandra juga sudah melaporkan hal ini pada pihak polisi, berharap ada keluarga yang sedang mencari anggota keluarganya yang hilang. Dan juga sadra sudah mendapatkan izin dari dokter bahwa ia yang akan merawat bayi itu.


*
*
*
*

Hari demi hari bulan demi bulan, dan kini sudah delapan belas tahun lamanya  sandra merawat bayi kecil itu, sekarang bayi kecil itu sudah tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan juga sangat cerdas meskipun ia terlahir mempunyai kekurangan namun di balik semua itu ia mempunyai kelebihan.

DENISWARA LAkSMANA, itulah namanya  Sandra lah yang memberi nama itu. Karena nama itu mempunyai makna yang baik dan doa terbaik sandra berharap suatu saat nanti cucunya akan mendapatkan kebahagiaan dan selalu di kelilingi oleh orang orang baik.

" Arla.... Panggil sandra  memanggil cucunya itu untuk sarapan karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh namun sandra belum melihat cucunya itu keluar dari kamarnya.

"Pasti  ketiduran lagi" ucapnya lalu segera pergi ke kamar cucunya itu.

Tok tok tok...

Sandra mengetuk pintu kamar arla berkali kali namun sang pemilik kamar tak kunjung membuka pintu membuat sandra menghela nafasnya berat. Tak berpikir panjang sandra mengambil kunci cadangan yang selalu ia simpan karena sandra tahu ia akan selalu membutuhkanya di pagi hari.

Setelah mendapat kuncinya sandra membuka pintu itu dengan pelan, dan benar saja si pemilik kamar masih tidur dengan posisi duduk di lantai kepalanya bersandar pada ranjang.

"Astaga anak ini, arla.. bangun..  arla.. ucapnya membangunkan cucunya itu, pantas saja Arla tidak mendengar ketokan pintu karena Arla tidak memakai alat pendengaranya.

"Ehem"  arla perlahan membuka matanya saat arla ingin mengucek matanya di tahan oleh sandra.

"Jangan di kocek matanya nanti merah" ucapnya dengan bahasa isyarat.

Arla mengangguk tanda mengerti dengan apa yang di ucapkan Sandra.

Itulah kenyataannya,  Deniswara laksmana atau sering di panggil dengan Arla . Ia adalah penyandang tuna wicara dan juga tuna rungu.

Sebenarnya arla masih bisa mendengar saat ia masih kecil dulu, namun saat usianya sepuluh tahun arla mengalami demam yang sangat parah saat itu sampai mengalami kejang kejang. Dan dulu sandra dalam keadaan susah untuk makan sehari hari saja sandra harus berkerja keras sehingga untuk membawa arla berobat pun tidak mampu.  Dengan terpaksa sandra hanya bisa membeli obat penurun panas di warung dekat rumahnya.

Dan karena itulah  yang membuat arla mengalami susah bicara atapun mendengar.  Saat sandra mempunyai cukup uang untuk pergi ke dokter tapi semuanya sudah terlambat dokter memvonis arla mengalami bisu dan tuli.
Pernyataan itu membuat sandra merasa gagal dalam menjaga cucunya itu .

"Ayo cepat bangun, sudah setengah tujuh" ucap sandra dengan menunjuk jam  yang ada di atas meja.

Sontak membuat arla melebarkan matanya tanda ia kaget, setelah itu ia dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi dan itu membuat sandra menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak pernah berubah" ucapnya sambil membereskan buku buku milik arla yang berserakan di lantai.

#####

Di sisi lain, di sebuah panti asuhan seorang gadis berparas cantik sedang menyiapkan makanan untuk anak anak panti, gadis cantik itu bernama Anjani ia sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan sejak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan  delapan belas  tahun lalu, Dan dalam kecelakaan itu hanya dirinya yang selamat tapi kedua orangtuanya meninggal dunia pada saat itu juga .

Karena tidak ada yang mengenali keluarganya dan juga dirinya akhirnya ia di bawa ke panti asuhan hingga sekarang pun tidak ada satu pun yang mencari keberadaannya jadi kemungkinan ia tidak mempunyai keluarga lain selain kedua orang tuanya.

Hallo semua, ini cerita baru aku semoga suka ya??😊

Vote komen dong?

Tandai kalo ada typo.

   Next

 

Deniswara Tanpa Suara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang