Part. 11

32 4 0
                                    

Sesuai janji saat ini Sandra dengan Arla tengah menunggu seseorang yang katanya ingin bertemu dengan Arla cucunya,  jadi Sandra datang lebih awal dari jam yang di tentukan.

Di sebuah cafe tak jauh dari toko kue miliknya, tempat di mana ia dan orang itu untuk bertemu.

Sudah lebih dua puluh menit sejak mereka datang, tapi orang itu belum juga sampai. Membuat Arla sedikit bosan, tapi demi neneknya ia akan bersabar sedikit. Ya.., walaupun kesabarannya setipis tisu basah, mungkin.

Laki laki itu celingak-celinguk, menatap sekitar cafe untuk melihat apa orang tersebut benar benar datang atau tidak.  Karena ia sudah tau wajah orang itu melalui kartu nama yang orang itu berikan kepada neneknya.

"Nek, orangnya jadi datang gak Sih? Tanyanya pada Sandra,  "kalo sepuluh menit lagi, orangnya gak datang. Arla pulang aja"  lanjutnya sambil meminum es jeruk  yang sudah mereka pesan tadi.

"Iya.." balas Sandra ia melirik jam dinding yang ada tak jauh dari tempatnya,  "Kita saja yang datangnya kecepatan." Jelasnya supaya Arla tidak marah.

Arla mengerutkan dahinya, "Maksud nenek"  ucapnya bingung.

Sandra menghela napasnya sebentar kemudian mengatakan, jika mereka datangnya lebih awal dari jam perjanjian. Membuat Arla menepuk jidatnya sendiri.

Selang beberapa menit kemudian, seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam pekat menghampiri mereka berdua.  "Maaf, sudah membuat anda menunggu lama" ucap orang tersebut merasa tidak enak karena sedikit terlambat.

"Ah.., tidak apa apa tuan, kami juga baru saja sampai" balas Sandra berbohong. Arla menatap horor neneknya itu, kenapa harus bohong segala, padahal mereka sudah lama menunggu apalagi datangnya malah kecepatan.

Bikin kesal saja!

"Oiya, silahkan duduk" Sandra mempersilahkan orang tersebut untuk duduk tepat di sebelah Arla.

Sedangkan Tio, ia duduk di samping Sandra.

"Arla, panggil Sandra dengan meraih tangan cucunya agar menatapnya, karena sejak ada pria itu duduk di sampingnya. Arla selalu memalingkan wajahnya, entah kenapa saat dirinya menatap orang itu hatinya merasakan hal yang sulit untuk di jelaskan.

Seolah ada rasa kerinduan dan seperti ingin menangis jika melihat tatapan mata dari orang itu, Arla tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan,  Arla ingin sekali memeluknya. Tapi -

-- Tapi orang itu bukan siapa siapanya bukan?

Arla kini sedang berperang dengan pikirannya sendiri, sehingga tanpa sadar ia melamun dan tak mendengar panggilan dari neneknya, padahal dirinya mengunakan alat pendengarannya.

Baru saat neneknya memegang tangannya ia sadar dari lamunannya,  "ya Nek, ada apa?  Tanyanya bingung.

Sandra menggelengkan kepalanya, "Kamu yang Kenapa? Dari tadi nenek panggil gak denger, mikirin apa?" Tanya Sandra sedikit khawatir takut cucunya sakit lagi.

Di sisi lain dua pria itu hanya saling tatap melihat interaksi antara cucu dan neneknya, Andri  pria itu. menahan sesak rasa bersalah yang ia rasakan bertahun tahun semakin bertambah,  ketika mengetahui bahwa putranya masih hidup tapi dengan keadaan yang berbeda.

Ya. Sebelum pertemuan ini, Andri dan Sandra sudah pernah bertemu. Dan di situlah semua terungkap jika Arla adalah putranya, saat itu Andri merasa bahagia  akhirnya pencarianya tak sia sia, putranya masih hidup. Tapi, kebahagiaanya tidak sepenuhnya ketika Sandra berkata kalau ibunya Arla sudah meninggal dunia saat melahirkan Arla.

Dan bukan itu saja, Sandra menceritakan semuanya bagaimana awal pertama kali dirinya menemukan istrinya di sebuah halte, saat itu istrinya sedang kesakitan karena akan melahirkan. Dan akhirnya berhasil melahirkan Arla namun nyawanya tidak tertolong akibat pendarahan hebat.

Deniswara Tanpa Suara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang