Dua pria beda usia sedang duduk bersebelahan, dengan seorang dokter di hadapannya. Sang dokter menghela napasnya berat sebelum membacakan isi dari selembar kertas yang sedari tadi ia pegang.Andri dan Deris, dua pria itu nampak tegang menunggu hasil DNA dari Andri dengan Arla.
"Baiklah, saya akan mulai membacakan hasil tes DNA tuan Andri."
"Apakah anda sudah siap tuan," ucap dokter pada Andri.
"Saya sudah siap dok," jawabnya yakin. Andri sudah tidak sabar dengan hasil tes DNA dirinya dengan Arla.
Apapun hasilnya nanti, Andri akan terima. Tapi dalam hatinya sangat berharap bahwa Arla benar benar putranya yang selama ini ia cari.
Deris tak berniat untuk mengeluarkan suara, pemuda itu sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. "Gue berharap dia benar benar anak papa dan mama," batinnya sangat berharap.
Dokter pun mulai membacakan satu persatu kalimat yang tertulis di kertas tersebut. "Dari hasil tes DNA yang kami lakukan, menunjuk bahwa tingkat kecocokan dari tuan Andri dengan rambut milik Arla-- adalah..."
"99% cocok, Dan positif. Jadi sudah di pastikan, bahwa Arla benar benar putra kandung dari tuan Andri." ucap dokter membacakan hasil tes DNA tersebut.
"Dokter yakin, dengan hasilnya?" Tanya Deris memastikan bahwa itu tidak salah.
"Saya yakin tuan," Jawab dokter.
Andri tak kuasa menahan air matanya, Andri sangat bahagia bahkan pencariannya selama ini tidak sia sia. Putra keduanya masih hidup.
"Ris, ayo kita jemput Arla, kita jemput adek kamu," ucap Andri sambil menangis mengajak untuk segera menemui Arla.
Deris pemuda itu sekarang pun ikut menangis, sudah lama ia tidak menangis seperti ini.
Terakhir kali ia mengeluarkan air matanya ketika dirinya masih kecil, dan itu terjadi saat mamanya menghilang setelah itu tidak ada kabar lagi tentang mamanya.
Padahal saat itu mamanya sedang mengandung. "Ma, adeku sudah ketemu, mama senang kan. Seadainya mama masih hidup, pasti keluarga kita kembali utuh ma." batinnya sambil memeluk Andri papanya.
"Iya pa, kita akan jemput adek, Tapi sebaiknya tidak sekarang." saran Deris supaya tidak terburu buru untuk mengambil keputusan.
"Apa maksud kamu, kamu tidak senang adekmu ketemu," ucap Andri tidak suka.
"Bukan begitu pa, aku senang dan bahagia, ternyata adeku masih hidup. Meskipun mama udah gak ada, tapi setidaknya kita masih punya adek."
"Sebaiknya kita cari waktu yang tepat dulu sebelum memberitahu Arla," usulnya. Jika mereka memberitahu Arla sekarang, nanti yang ada Arla justru akan membenci mereka. Itulah yang di pikiran Deris.
"Tapi--"
"Kita bicarain ini dulu sama nenek Sandra, kita minta saran dan bantuannya buat memberitahu Arla."
"Kalau kita langsung memberitahu Arla sekarang. Deris takut, malah buat Arla marah atau salah paham pa,"
"Papa ngerti kan maksud Deris," jelasnya supaya papanya tidak salah paham dengan ucapannya.
Andri merenungi apa yang di katakan Deris barusan, dan sekarang ia sudah mengerti. "Baiklah, papa paham maksud kamu."
"Sekarang kita ke tempatnya nenek Sandra, jam segini biasanya Arla belum pulang sekolah," ajak Andri dan di angguki oleh Deris.
"Terima kasih banyak dok, kalau begitu saya permisi," pamitnya dan tidak lupa untuk berterima kasih pada sang dokter.
"Sama sama tuan, ini sudah menjadi tugas saya," balas sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deniswara Tanpa Suara
RomanceTerlahir sempurna memang keinginan semua orang, termasuk Deniswara laksmana pemuda berusia 18 tahun mempunyai paras yang tampan sedikit manis saat tersenyum. tapi sayangnya pemuda itu jarang tersenyum atau bahkan tidak pernah. pada suatu hari Denisw...