Kota ini bagai tak pernah tidur. Seorang perempuan dengan jaket kulit berwarna hitam melenggang masuk ke aula klub malam yang sedang ramai-ramainya. Meski denyut musik dan cahaya neon yang berkilauan itu terkesan mengundang untuk bersenang-senang, ia tidak begitu tertarik untuk berlama-lama di sini.
"Sidney!"
Seruan dari arah meja bartender membuat si perempuan langsung mendekati sumber suara. Seorang laki-laki perawakan tampan dengan jaket denim sedang duduk manis di sana sambil menikmati segelas wiski.
"Hey, Al. Having a good night?" sapa perempuan yang dipanggil Sidney itu sambil ikut duduk. Tanpa basa-basi lebih lanjut, ia melempar sebuah benda kecil terbungkus plastik zip ke atas meja, "nih, titipan lo."
"Not so good without you, Sid," Allen tertawa, ia hanya melirik sekilas benda itu, berbisik thank you, lalu mengangkat tangannya, "a glass of champagne mojito, please,"
"Oh, no need," potong Sidney, "gue mau langsung cabut."
"Whoa, not so fast, Sweetheart. Apa, sih, yang dikejar?"
"Ada janji sama cowok gue pukul sepuluh ini."
Allen terkejut setengah mati sampai hampir tersedak. Sidney sudah menduga reaksi rekannya itu. Andaikan Allen bukan laki-laki narsistik dan ahli overreact, mungkin hubungan mereka yang terjalin nyaris setahun ini sudah lebih dari sebatas teman. "COWOK LO? Yang mana?!"
"You talk like I'm a player, gila. Cowok gue cuma satu," Sidney geleng-geleng.
Allen menoyor pundak Sidney, "don't act like I do nothing in your life, gila. Gue yang menjadi perantara lo dan cowok-cowok top notch dari seluruh penjuru kota ini, yang mana yang jadi, sinting? Sejak kapan?"
Sidney mengetuk meja dengan jemari lentiknya, "Cal. California."
Mata Allen membelalak lebar. "Cal?! Cowok di lelang lukisan Roselle di Australia itu?"
Sidney mengangguk.
"Sidney, lo bercanda, 'kan?"
Mata Allen kian terbelalak kala disaksikannya perempuan itu menggeleng tegas. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Sidney, "but he's one of us, woi! And he's not on our side!"
Bukannya Sidney bodoh. Ia dan Cal bertemu di sebuah pelelangan lukisan karya Roselle, seniman Australia yang terkenal, dan sejak hari pertama, keduanya langsung tau bahwa masing-masing dari mereka bukan penikmat seni sungguhan.
Sama seperti Cal, Sidney adalah mata-mata bayaran di bawah naungan Dexter Echo yang kala itu menanggung misi untuk membawa lukisan berjudul "The Fasten Sea", sebuah karya tiruan berisi blueprint proyek real estate besar dalam kanvasnya.
"Girl, I think you need help! You look so down for him!" mulut Allen masih terbuka lebar saat menyadari semburat hangat di wajah Sidney.
Tak perlu segelas sampanye untuk membuat Sidney tersenyum seperti orang mabuk, hanya dengan mengingat kesan pertama antara ia dan laki-laki bernama Cal itu.
•••
Kilas balik.
Sidney menggigit bibir. Ia kalah.
Perempuan itu keluar dari aula pelelangan dengan wajah gelisah yang sulit disembunyikan. Lima miliar untuk sebuah lukisan abstrak? Dunia ini sudah gila.
Sebenarnya kalah bukan masalah besar. Brooklyn, atasan Sidney, sudah berpesan untuk melepas saja lukisan itu jika melebihi bujet. Sidney tidak akan sekesal ini kalau saja laki-laki usia kisaran dua puluh lima tahun yang memenangkan pelelangan tadi tidak melewatinya dengan wajah jumawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Woods
Короткий рассказ"I've made a big decision in my life today, Woman, and I'll try my best to make you agree on that too." "What decision? To be on my side?" --- Sidney dan California---oh, tiada yang tau nama asli mereka---melawan dunia dengan memulai kisah asmara. B...