Halo namaku Dewi aku adalah seorang siswi yang duduk di bangku sekolah menengah keatas. Aku adalah orang yang tidak percaya dengan yang namanya dunia parallel tapi ada suatu kejadian yang membuatku percaya dengan dunia parallel. Kejadian itu dimulai saat aku dengan temanku sedang membicarakan soal dunia parallel.
***
"Dewi, kamu percaya enggak, kalo kita ada kembaran tapi versi dunia lain?" Celetuk Liondra, memulai pembicaraan.
"Hah? Mana mungkin ada, yang bener aja," sanggah Dewi tidak percaya.
"Dih, dikasih tahu enggak percaya!" Kata Liondra dengan menggebu-gebu
"Kayaknya kamu harus berhenti baca-baca novel deh," ejek Dewi yang seketika membuat kesal Liondra.
"Astaga! Kalian berantem lagi?" Sebuah suara sontak membuat mereka menoleh. Terlihat, seorang laki-laki berjalan ke arah mereka dengan membawa sebuah kantong kresek yang berisi makanan.
"Enggak usah ikut campur deh." sahut Dewi dan Liondra bersamaan.
"Terserah! Nih, pesanan kalian!" Serunya sambil meletakkan makanan di atas meja.
Saat itu adalah hari biasa dengan kegiatan biasa. Semua orang menjalani rutinitasnya sehari-hari. Begitu juga dengan tiga serangkai ini. Liondra yang selalu membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal, Dewi yang sering menyangkalnya dengan logika, dan Sakara, laki-laki yang selalu menyimak pembicaraan mereka kapanpun.
Namun, dibalik kesenangan tersebut, tidak ada yang pernah tahu bahwa di masa depan, akan ada kejadian yang mengubah hidup mereka selamanya.
"Swastamita," gumam Dewi tiba-tiba dan tidak sengaja terdengar oleh Saka.
"Hmm?" sahut Saka.
"Oh, hehe. Aku cuma asal ngomong doang," jawab Dewi terbata.
"Ah, enggak apa-apa. Aku cuma mau tanya doang. Kata yang ucapin itu apa tadi? Aku belum pernah denger sama sekali." Saka bertanya. Penasaran.
"Swastamita. Itu sebutan buat pemandangan indah saat matahari terbenam. Kebetulan, sekarang sore hari dan kamu lihat di depan kita? Itu yang disebut swastamita. Gimana? Indah, kan?" Dewi menjawabnya dengan semangat. Seolah seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru.
Saka yang mendengar itu tersenyum. Ia sudah maklum dengan sifat teman masa kecilnya itu. Memang beginilah dirinya, seseorang yang sedari kecil sangat menyukai momen terbenamnya matahari.
"Memang kamu sesuka itu sama sunset ya?" Tanya Saka tiba-tiba.
"Iya dong. Selain karena cantik, aku juga pernah baca kalau matahari terbenam juga sebagai simbol akan berakhirnya sesuatu termasuk hari. Artinya, kita sudah cukup berjuang hari ini dan bersiap buat hari esok. Dan, malam ini, kita harus bersiap-siap." Jawabnya.
"Berakhirnya sesuatu? Apa itu?" Tanya Saka yang membuat Dewi tersentak. Ia terkejut dengan Saka yang tiba-tiba bertanya.
"Entahlah, aku juga enggak tahu," balas Dewi lirih.
Hening di antara mereka. Saka yang menyadari situasi ini, sedikit merasa bersalah. Namun, belum sempat bicara, Dewi terlebih dahulu mengatakan sesuatu.
"Kamu percaya enggak, sama yang dikatain Liondra tadi?" Tanya Saka.
"Hah? Yang mana?" Tanya balik Dewi.
"Soal dunia parallel," kata Saka.
"Entahlah. Aku juga enggak tahu," jawab Dewi dengan ragu.
"Mungkin? Jadi mana yang benar yakin atau enggak yakin nih?" ulang Saka.
"Jangan tanya lagi, aku juga bingung dengan diriku sendiri ini," kata Dewi dengan wajah yang terlihat kebingungan.
Mungkin dari percakapan Dewi dengan Saka akan membuka mata Dewi akan adanya dunia parallel dan membuka semua tentang rahasia-rahasia yang terpendam sejak dahulu.
Jangan Lupa Vote ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Of Our Live, When I Meet Him
Teen FictionCover by Pinterest Pernah kah kalian mengira ada manusia yang sama dengan kita tetapi didunia yang berbeda? Dengan sifat yang berbeda? Ini lah kisah seorang gadis yang berumur 17 yang tidak percaya akan dunia lain. Collaboration with @Haura_Dirgant...