"Lah kok kamu plin-plan sih, jadi percaya atau tidak?," Sulut Saka.
"Ya terus mau gimana? Namanya juga lagi bimbang," balas Dewi yang mulai terprovokasi dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Saka.
"Loh kok marah? Kan aku cuman tanya Dewi!!!" Balas Saka dengan nada yang mulai kesal.
"Tau deh," kata Dewi sembari mulai melangkah menjauh dari Saka.
"Oi tungguin lah malah ninggal!"
"Apasih aku mau pulang sendiri!" Setelahnya Dewi langsung meninggalkan Saka sendiri, karena terlanjur kesal dengannya.
***
Sesampainya di rumah, Dewi langsung bergegas menuju kamarny. Mengabaikan panggilan dari ibunya yang menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu.
Di kamar, Dewi berjalan menuju cermin. Melihat refleksi dirinya dan mulai berdialog.
"Aneh banget Si Liondra sama Si Saka ,masa percaya dengan dunia parallel kebanyakan halu pasti itu anak," gumannya.
"Tapi ada kemungkinan juga sih kalau dunia parallel itu nyata," kata Dewi yang mulai bimbang dengan pilihannya. Ia hanya melamun, memandang bayangan wajahnya yang lesu.
Beberapa detik kemudian, Dewi dikejutkan oleh sekelebat bayangan yang menyerupai berwujud laki-laki di cermin lemarinya. Laki-laki tersebut seperti terlihat sedang menagis dengan tersedu-sedu seolah-olah mengeluarkan seluruh kesedihan dan kepedihan yang ia rasakan. Entah mengapa, Dewi merasakan semua rasa sakitnya. Seolah hatinya terhubung dengan laki-laki terdebut. Tiba-tiba Dewi dikejutkan oleh panggilan dari seseorang.
"Dewi!!!!"
Dewi pun terkejut mendengar suara yang memanggilnya dan disusul oleh guncangan di bahunya. Ternyata yang memanggilnya adalah ibunya.
"Dewi kamu kenapa sih dipanggil enggak dijawab sekarang kamu ngelihat diri sendiri dikaca sampai menangis-nangis gitu, kenapa?" Tanya ibu Dewi dengan nada khawatir.
"Oh, Dewi enggak kenapa-kenapa kok bun," jawabnya.
"Yakin nih kamu enggak kenapa-kenapa?
"Iya bun jangan khawatir," kata Dewi, menghibur Ibunya.
"Yaaa gimana ibu enggak khawatir dipanggil enggak nyaut waktu dilihat malah nangis sambil lihat kaca, ya sudah kalau enggak kenapa-kenapa. Sekarang kamu mandi lalu turun untuk makan," balas sang Ibu sambil berjalan keluar kamar.
"Baik bu."
Selepas kepergian ibunya, Dewi mulai menatap cermin dan ia sudah tidak melihat sosok laki-laki tersebut. Ia hanya melihat pantulan dirinya dengan deraian air mata. Setelahnya, ia langsung bergegas mandi dan turun untuk makan.
***
Selepas makan, ia langsung menuju kembali ke kamarnya. Menyiapkan buku-buku mata pelajaran untuk keesokan harinya. Setelahnya ia mulai berpikir apakah yang ia lihat tadi nyata atau hanya ilusi semata.
"Tadi itu nyata atau hanya ilusi?" dialog Dewi sembari menatap kaca lemarinya.
"Tapi kalau cuman ilusi kenapa rasanya seperti nyata, bahkan ibu mengatakan aku berdiri didepan kaca dan menangis. Ini membuatku pusing,"
***
Keesokan harinya, Dewi berangkat menuju kesekolah. Sesaat sesudah keluar dari kamar, tanpa ia sadari kaca lemari mulai menampakkan wujud laki-laki yang Dewi lihat kemarin.
"Dewi, kapan kamu akan datang?" Tanya seseorang. Dewi sontak menoleh ke belakang, bingung dengan suara yang baru saja ia dengar. Namun, ia tidak melihat siapapun, hanya kamar kosong dengan suasana hening yang terlihat.
Saat di perjalanan, Dewi mengajukan pertanyaan pada ibunya.
"Bunda, kemarin waktu ibu masuk ke kamarku apa yang Bunda lihat?" Tanya Dewi.
"Bunda lihat, kamu berdiri di depan cermin sambi nangis-nangis," jawabnha.
"Cuman itu saja?"
"Ya itu saja, memang ada apa sampai kamu nangis gitu? Ada masalah di sekolah? Atau ada yang bully kamu?"
"Sekolah Dewi baik kok bu. Emmm ibu lihat enggak kemarin ada laki-laki nangis di kaca lemari Dewi?"
"Hah? Yang benar saja Dewi, yakali ada laki-laki di kaca lemarimu kan kamu juga yang di depan kaca," balas Bunda keheranan.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Of Our Live, When I Meet Him
Teen FictionCover by Pinterest Pernah kah kalian mengira ada manusia yang sama dengan kita tetapi didunia yang berbeda? Dengan sifat yang berbeda? Ini lah kisah seorang gadis yang berumur 17 yang tidak percaya akan dunia lain. Collaboration with @Haura_Dirgant...