BAB 3

1 1 0
                                    

"Ibu benar juga yakali ada pantulan laki-laki di kaca lemari padahal ada aku didepannya," ujar Dewi.

"Kan! Kamu sih banyak baca-baca novel yang kayak gitu," sahut ibu.

Dewi hanya tersenyum saja saat mendengar perkataan dari ibunya. Setelah beberapa saat akhirnya mobil yang ditumpangi Dewi dan ibunya telah sampai didepan gerbang sekolah.

"Sekolah yang bener, jangan suka baca novel-novel aja. Boleh baca novel asal jangan lupa sama sekolah kamu," nasehat ibu.

"Iya ibu," kata Dewi.

Setelah berpamitan Dewi pun melangkah menuju ke kelasnya dengan pikiran yang melanyang ke ingatan sebelum dia menuju sekolah.

"Sebenarnya dia siapa? Kenapa dia seperti sedang menahan sesuatu? Aku memang tidak mengenalnya tapi aku merasa familiar" Itulah yang berada dibenak Dewi sampai ada suara yang mengagetkannya.

"Oi Dewi!!," suara seseorang yang mengejutkan Dewi.

"Liondra, Saka kalian ini suka sekali mengejutkanku," sahut Dewi dengan kesal.

"Ya maaf lah, lagian kita panggilin dari tadi enggak noleh," kata Saka.

"Maaf ya aku lagi enggak fokus banget hari ini," sahut Dewi dengan nada bersalah.

"Tumben enggak fokus punya hutang ya kamu," tebak Liondra dengan asal.

"Ya enggak mungkin lah. Yakali anak tersayang bunda ini punya hutang apa kata dunia," jawab Dewi dengan ngawur. Saka yang merasa akan adanya perang dunia ke sekian akhirnya mengajak kedua sahabatnya pergi ke kelas. Selama perjalanan ke kelas Dewi hanya terdiam karna memikirkan kejadian yang ia alami kemarin. Sesampainya Dikelas mereka mulai duduk dibangku mereka masing-masing.

"Dewi kamu kenapa sih dari tadi bengong mulu?" Tanya Liondra.

"Kalo ada masalah bilang aja ke kita mungkin kita bisa kasih solusi," sahut Saka.

"Gini loh, terserah kalian mau percaya atau enggak karna aku juga enggak minta kalian percaya, tapi kemarin aku dapat kejadian aneh," Kata Dewi.

"Kejadian apa?" Tanya Liondra dengan nada khawatir.

"Sesaat aku pulang kerumah aku enggak langsung mandi aku berdiri didepan cermin agak lama sih, tiba-tiba ada sosok cowok tapi cowok itu mirip banget sama aku kayak dia itu aku tapi versi laki-laki," cerita Dewi.

"Cowok dikaca? Emang dia lagi ngapain?" tanya Saka.

"Dia lagi nangis tapi entah mengapa aku kayak merasain perasaannya," lanjut Dewi.

"Aneh banget ya kok ada cowok disitu lagi nangis?" tanya Liondra.

"Nah itu aku juga bingung, bahkan bunda juga bingung," jawab Dewi.

"Bunda tau masalah ini," tanya Saka.

"Tau. Bahkan bunda sendiri yang mergok aku lagi nangis didepan kaca," sahut Dewi.

"Sampai segitunya, aku bingung juga antara mau percaya sama enggak percaya," sahut Liondra dengan raut wajah kebingungan mendengar curhatan Dewi.

"Tapi agak aneh juga ada cowok kayak gitu, masa tiba-tiba di dalem cermin," sahut Saka.

"Itu juga yang ku bingungkan kenapa ada cowok di dalem kaca lemariku aneh banget. Akhhhh! Pusing banget," balas Dewi dengan raut frustrasi.

Mereka pun terdiam larut dalam pemikiran masing-masing tentang siapa sosok laki-laki berada dalam cermin yang dibicarakan oleh Dewi sampai-sampai mereka tersadar karna ada guru sudah memasuki kelas dan akan memulai pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung Dewi sama sekali tidak fokus pada pembelajaran tersebut karna sosok laki-laki dalam cermin itu sampai dia sudah beberapa kali ditegur oleh guru.

"Dewi! Kalo sekali lagi enggak fokus sama pelajaran! Silahkan keluar kelas!" Tegur sang guru hingga membuat kesadaran Dewi kembali.

"Maaf Bu," sesal Dewi.

"Kamu kenapa sih? Ngelamun mulu," saut Liondra. Sepertinya ia susah memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu.

Begitupun dengan Dewi sendiri. Ia sangat bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Namun, ia berpikir bahwa ada rahasia yang harus ia ungkap kebenarannya.


Jangan Lupa Vote dan Komen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The True Of Our Live, When I Meet HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang