LAST LETTER

542 55 7
                                    

"ᴛᴏ ʟᴏᴠᴇ ᴏꜰ ᴍʏ ʟɪꜰᴇ"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ᴛᴏ ʟᴏᴠᴇ ᴏꜰ ᴍʏ ʟɪꜰᴇ"

( CHAPTER 1 )

21 MARET 2007

Jam berdentang menunjukkan pukul dua belas malam, di kondisi seperti itu biasanya semua orang sudah terlelap di dalam tidurnya dan bersatu bersama mimpi yang merupakan sebuah ilusi semata. Tetapi, itu semua tidak berlaku untuk seorang anak laki-laki yang sekarang berusaha beranjak dari atas ranjangnya untuk pergi menuju suatu tempat.

Scorpius tersenyum lebar kali ini, hari pentingnya telah datang, dan sekarang dia tengah berusaha memakai sandal lembut miliknya sebelum dia keluar dari kamar itu.

Kaki kecil itu berlari ke arah pintu kamarnya, dengan tangannya sekarang dia sudah bisa membuka gagang pintu tanpa perlu bantuan Ayah atau Ibunya atau bantuan sihir milik peri rumah, Scorpius pikir dirinya telah dewasa, dan di umur ke tujuh tahun ini dia sudah akan mendapat tongkatnya sendiri lalu berlatih agar bisa menjadi Auror seperti Ayahnya suatu hari nanti.

"Master, ada apa. Kenapa kau keluar kamar?" Tanya salah satu peri rumah yang bertugas menjaga Scorpius. Dia adalah Cloud, pengasuh sekaligus teman Scorpius.

"Diamlah, Cloud. Aku ingin menemui Mum," kata Scorpius tidak tertarik, dia malah berlari ke arah tangga menuju ruang tengah tanpa memerdulikan Cloud.

Cloud hanya diam menyaksikan tubuh tuannya yang perlahan hilang dari balik tembok. Sementara itu Scorpius kini berusaha menuruni anak tangga Manor yang sangat tinggi bagi bocah seusianya. Perlahan namun pasti dia turun sedikit demi sedikit, dia berpengangan pada pagar pembatas tangga, berusaha memperhatikan langkahnya dan berakhir lega di saat dia sudah menginjak karpet hijau zambrud yang terbentang luas mengarah ke ruang tengah.

"WAW!" Pekiknya sembari dia berlari menghampiri meja di ruang tengah Manor yang sudah penuh dengan hadiah untuknya. Mata Scorpius berbinar, neneknya memenuhi janji. Enam belas hadiah tersusun rapih di atas meja, Scorpius sudah menghitung semuanya. Empat belas buah adalah janji Narcissa untuk menggandakan hadiah Scorpius dan dua hadiah adalah pemberian Ayahnya Draco dan Kakeknya Lucius.

Tetapi, Scorpius tidak menemukan hadiah ke tujuh belas yang di janjikan oleh Ibunya. Dia mengerucut, apakah Ibunya melupakan hari ulang tahunnya? Segera dia meninggalkan semuanya dan memilih pergi untuk menemui sang Ibu, karna mau bagaimana pun Scorpius ingin hadiah dan ucapan pertama dari sang Ibu, layaknya tahun-tahun yang sudah Scorpius lalui.

Kembali menaiki tangga, berlari di lorong Manor menuju kamar Ibu dan Ayahnya, akhirnya Scorpius pun berhenti di salah satu pintu berwarna coklat tua. Pintu itu tertutup rapat, dan kini Scorpius berusaha membuka pintu itu.

𝑳'𝒂𝒎𝒐𝒖𝒓 𝒅𝒆 𝒎𝒂 𝒗𝒊𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang