Makasih, Ernan.

677 140 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti obrolan mereka di chat, kini Aksa dan Biya sedang berada di sebuah cafe untuk makan siang bersama.

"Nanti pulangnya jemput aku lagi gak?" tanya Biya disela makannya.

"Aku jemput, sayang. Kamu selesai jam berapa?" ucap Aksa.

"sekitar jam 3 deh kayaknya," balas Biya.

"Oke, kabarin aja ya."

Gadis itu mengangguk. Mereka mengobrol dengan pembahasan yang bermacam-macam hingga selesai makan dan Aksa mengantarkan Biya ke kampus.

"Nanti kabarin ya kalo udah selesai," ucap Aksa saat sudah berada di parkiran kampus.

"Iya. Hati-hati ya nyetirnya," balas Biya.

"Hati aku kan udah di kamu."

Biya memukul lengan Aksa pelan. Sementara laki-laki itu tertawa karena berhasil membuat kekasihnya itu salah tingkah.

"Gombal terus, kapan seriusnya coba?" ucap Biya.

"Mau banget aku seriusin?"

"AKSA!" kesal Biya.

Aksa kembali tertawa karena baginya melihat Biya kesal itu sangat menyenangkan.

"Udah ah aku mau turun. Nanti telat," ucap Biya.

"Semangat ya kuliahnya, jangan mikirin aku terus."

Biya langsung membuka pintu mobil dan menutupnya sedikit keras. Gadis itu benar-benar salah tingkah jika Aksa sudah menggodanya.

"Saltingnya ditahan dulu, nanti dikira orang gila sama yang lain," ucap Aksa saat kaca mobilnya sudah ia buka.

"Bodoamat!"

Biya langsung berlari dan meninggalkan Aksa di parkiran.

Sementara itu, Aksa mengangkat panggilan telepon yang baru saja masuk.

"Ini otw, tungguin sebentar, ya."

******

Cuaca sore ini mulai mendung. Biya baru saja selesai kelas dan menuju parkiran bersama sahabatnya, Sabila. Ia mengabari Aksa bahwa dirinya sudah selesai dan menunggu Aksa untuk menjemputnya.

"Anjir lah itu dosen ngeselinnya gak ilang-ilang dari gue semester 1. Masa ngasih tugas gak kira-kira sih? Gue males banget anjir," keluh Sabila.

"Udah lah, Sa. Percuma juga ngeluh, gak akan ngaruh," balas Biya yang sudah muak dengan keluhan Sabila.

"Yaudah makan yuk, laper banget," ajak Sabila.

"Gue dijemput Aksa," ucap Biya sambil menunjukkan deretan giginya.

"Bucin mulu," balas Sabila.

"Siapa suruh diajak pacaran sama Roy malah gak mau."

Sabila mencubit lengan Biya. "Ya lo bayangin aja masa gue mau pacaran sama buaya priuk.

Biya tertawa mendengar ucapan Sabila.

"Yaudah gue duluan, ya. Mau makan di kos aja lah gue, biar hemat sekalian," ucap Sabila.

"Hati-hati bawa motornya, nanti masuk got lagi."

Biya berlari meninggalkan Sabila. Sudah pasti sahabatnya itu akan kesal karena mengingatkan kejadian beberapa waktu lalu dimana Sabila terjatuh dan masuk got.

"Kurangajar ya, lo!"

*****

Biya menunggu Aksa di parkiran fakultasnya. Ia duduk di kursi bawah pohon sambil memainkan ponselnya. Cukup lama ia menunggu, namun Aksa tak kunjung datang.

Air matanya mulai turun bersamaan dengan derasnya hujan yang membasahi bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Air matanya mulai turun bersamaan dengan derasnya hujan yang membasahi bumi. Gadis itu benar-benar ketakutan karena suara petir yang tak kunjung henti.

"Jangan nangis, ayo pulang sama aku."

Matanya tertuju pada sumber suara. Gadis itu tersenyum dan menerima uluran tangan dari sang sumber suara.

"Makasih, Ernan."

Tebak si Aksa kemana ya?

Kita dan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang