~ April 2020
Sejak pagi hingga menjelang malam, aktivitas di RS Sasmito tidak kunjung tenang. Jadwal konseling pasien ataupun kunjungan sudah lama berakhir. Namun seluruh kegiatan operasional bahkan anak magang di rumah sakit terbaik di Jakarta itu masih tetap bekerja.
“Ah, rasanya kakiku akan patah jika ini tetap berlanjut,” keluh Suster Mia pada teman-temannya dan juga dokter magang dibagian resepsionis lantai VIP.
“Kamu mendampingi Prof Santoso lagi?” tanya Suster Lulu. Suster Mia mengangguk sambil menunjuk salah satu dokter magang yang sibuk dengan notes kecilnya. Semua mata pun terarah pada dokter magang tersebut.
“Dokter Jua!” panggil Suster Lulu karena dokter magang itu tidak terlihat terganggu dengan tatapan orang disekitarnya.
“Ya, Suster Lulu?” tanya wanita cantik itu sesaat mengalihkan tatapannya pada orang yang memanggilnya, setelah itu kembali pada notes kecil yang sudah terlihat usang.
Semua menggelengkan kepala menatap tingkah laku wanita bernama lengkap Juanita Ulina Abraham itu. Satu-satunya dokter magang yang masih bertahan dibawah bimbingan Prof. Dr. Santosa Sembiring yang terkenal tidak kenal waktu dalam bekerja. Sedangkan dokter magang yang lain memilih mengundurkan diri, mencari rumah sakit lain untuk menyelesaikan program magangnya.
“Dia memang sangat serasi dengan Prof,” cibir Suster Mia. Rekan-rekannya yang lain mengangguk setuju.
“Oh iya apa kalian tahu latar belakang Dokter Jua? Dia dari keluarga kaya raya.” Perkataan Suster Mia langsung mencuri perhatian semua orang. Bahkan Jua sendiri mendengarnya tapi berusaha untuk mengabaikannya. Baginya bergosip ditengah jam istirahat yang hanya 15 menit tidaklah efisien. Dia lebih baik membaca kembali catatannya agar sewaktu-waktu jika Prof Santoso bertanya dia tidak salah menjawab.
“Kalian tahukan nama belakang Dokter Jua itu adalah Abraham?” Semua mengangguk.
“Apa kalian tidak menyadari nama Abraham itu tidaklah asing? Apa kalian tahu perusahaan tekstil terbesar yang kini sedang gencar-gencar mengiklankan pakaian olahraga dengan menggunakan atlet-atlet ternama bahkan mancanegara?”
“Maksudmu Abraham Corp?” tanya Suster Lulu yang selalu update dengan gosip harian seputar selebriti bahkan politik sekalipun dia mengetahuinya.
“Betul sekali!” seru Suster Mia.
“Wah aku tidak menyangka dia ternyata sekaya itu. Kalau aku jadi dia, aku lebih baik rebahan dirumah, tidak perlu memikirkan mau makan apa besok,” balas suster lain dengan ekspresi iri menatap Jua.
“Apa jangan-jangan dia bisa bertahan sampai sekarang karena Prof Santoso tahu keluarga Dokter Jua?” gosip suster yang lain. Mendengar itu, kembali mereka menatap Jua yang tetap tampak tidak peduli.
“Sepertinya begitu,” jawab Suster Mia seolah mewakili pemikiran orang-orang sekitarnya.
“Ya, mungkin saja. Tapi kita tidak bisa menutup mata jika Dokter Jua memang sangatlah cerdas. Bahkan seorang dokter senior saja kalah berdebat dengannya,” ucap Suster Lulu yang masih bisa menilai dengan logikanya.
Tiba-tiba terdengar dering ponsel yang tidak pernah mereka dengar sekalipun. Menyadari sumber suara tersebut, Suster Lulu berteriak memanggil Jua.
“Dokter Jua! Dokter!” sangat sulit untuk menyadarkan Jua bahwa ponselnya berdering. Dokter muda itu memang sangatlah sibuk dengan dunianya sendiri.
“Maaf,” ucap Jua akhirnya merogoh jas putihnya, dan menatap layar ponselnya tertulis My Angel. “Ya, halo Ma?” ucap Jua ketika dia beranjak menjauh dari orang-orang. Sedangkan orang-orang yang bergosip tentangnya tadi tercengang karena ini kali pertama mereka melihat Jua menyentuh ponselnya untuk urusan pribadi. Biasanya Jua hanya akan menyentuh ponsel jika ada panggilan dari rumah sakit atau Prof Santoso.
Jua tiba di rooftop rumah sakit yang terbuka. Tempat favoritenya selama magang di RS Sasmito. Rooftop itu memberikannya pemAndangan indah hamparan laut memantulkan cahaya matahari yang mulai tenggelam.
“Kamu kapan pulang sayang?” tanya wanita paruh baya yang sangat berarti dalam hidup Jua.
“Mama, aku sedang bekerja,” balas Jua dengan nada malas.
“Kamu tidak bisa berbohong pada Mama walaupun kamu jauh dari Mama.” Jua terdiam. Benar, tidak ada yang bisa berbohong pada seorang Vami Abraham. Wanita yang dianggap bisa membaca pikiran orang lain. Namun pada kenyataannya seluruh keluarga Abraham tahu bahwa itu tidak benar. Hanya saja ibunya tersebut bisa membaca gerak tubuh dan nada bicara seseorang.
“Kamu tidak lupa ulang tahun Papa kan?”
“Aku ingat Mama. Aku akan pulang weekend ini.” Jua menyerah. Cukup tahun lalu Jua tidak bisa pulang saat perayaan ulang tahun ayahnya karena dia terlanjur berjanji membantu prof Sutomo diruang operasi. Alhasil ayahnya – Jordan Abraham tidak mau berbicara padanya selama seminggu. Sangat kekanak-kanakan, namun Jua menyukainya. Dia menyukai seorang Jordan Abraham yang terkenal dengan sikap dingin dan menyeramkan, namun jika dilingkungan keluarga sangat hangat bahkan bisa bertingkah kekanakan.
“Tahun lalu seminggu. Kalau kamu gak ada dihadapan Papa lagi, mungkin bisa dua minggu atau sebulan dia akan diamin kamu.” Jua tahu ibunya sedang menakut-nakutinya. Tapi Jua tampak tidak terpengaruh. Dia justru tertawa kecil.
Tidak banyak pembicaraan lagi yang terjalin antara ibu dan anak tersebut. Namun baru saja Jua memasukkan ponselnya ke saku jubah putihnya, kembali ponsel itu berdering. Jua langsung mengerutkan keningnya, karena panggilan itu berasal dari unit UGD. Sambil menempelkan ponsel ditelinganya, Jua langsung berlari meninggal rooftop tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadir
Romance- Titik terendah cakrawala - Juanita Ulina Abraham (Jua) tidak menyangka pria bernama Nao Haribawa Shendy (Nao) akan kembali ke kehidupannya setelah pria itu berhasil menghancurkan masa depannya. Bahkan Nao memperlihatkan ketertarikan yang berhasil...