Nao duduk dengan tenang di kursi belakang sambil mendengarkan staff legal menjelaskan isi kontrak kerjasama yang akan di lakukan SHEDY dan Abraham Corp. Sesuai kesepakatan bersama, penandatanganan kontrak kerjasama akan dilakukan hari ini di gedung utama Abraham Corp.
Sesampainya di lobby, seorang security langsung mengarahkan mereka menuju ruang pertemuan. Saat Nao masuk, yang kali pertama ditemuinya adalah seorang pria paruh baya namun karismanya sangat mendominasi ruangan itu.
"Selamat Siang Pak Nao," sapa Jordan Abraham – selaku CEO Abraham Corp. Keduanya pun berjabatan tangan kemudian mengambil tempat duduk masing-masing. Nao mencermati suasana yang tercipta diruangan itu. Hening dan dingin. Seolah tidak seorang pun yang berani membuka suara.
Lalu Nao menyadari bahwa posisi duduknya dekat dengan Jordan dan hanya dipisahkan oleh satu kursi kosong diantara mereka.
Tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka dan muncullah seorang wanita dengan tatanan pakaian kantor yang rapi, rambut panjang yang bergelombang. Semua mata tertuju pada wanita itu yang kini duduk diantara Nao dan Jordan.
"Maaf aku terlambat Papa," bisik wanita itu pada Jordan namun masih dapat Nao dengar.
Ada dua hal yang membuat Nao tidak bisa mengalihkan tatapannya pada wanita disampingnya itu. Pertama, wanita itu ternyata adalah dokter pahlawan yang membuatnya tergila-gila pada pandangan pertama. Kedua, wanita itu yang menyebut Jordan Abraham dengan sebutan Papa. Oh, shit, batin Nao ketika mengingat nama belakang Jua. Pantaslah jika identitas Juanita di rumah sakit sulit diperolehnya. Wanita itu adalah putri konglomerat.
"Pak Nao, perkenalkan ini putri saya sekaligus Direktur Pemasaran yang akan banyak berdiskusi dengan Anda."
"Joanna Abraham," ujar Joa dengan ramah dan senyum yang sangat cantik. Sepersekian detik Nao mencerna nama wanita itu yang cukup berbeda. Belum lagi sikap wanita itu yang seolah sangat jauh berbeda dengan yang ditemuinya di rumah sakit yang cenderung bersikap dingin. Namun karena tidak ingin terlihat kebingungan, Nao pun segera menerima jabatan tangan Joa.
"Nao Shendy," balas Nao.
Setelah perkenalan singkat itu, dilanjut dengan sesi diskusi terhadap isi kontrak yang akan mereka tanda tangani. Untuk pertama kalinya Nao tidak begitu memperdulikan keputusan penting yang akan ditandatanganinya. Dia berulangkali melirik Joa.
Mungkin karena dia mempunyai profesi lain, makanya dia mengubah namanya. Atau mungkin dia sengaja karena untuk menghindariku? Segala spekulasi berseliweran dalam kepala Nao.
Menurutnya dari segi fisik, jelas wanita itu adalah orang yang ditemuinya. Namun cara bicara yang friendly, pakaian yang modis dan cukup terbuka membuat Nao merasa wanita yang pernah ditemuinya di rumah sakit dan sekarang sangat berbeda.
"Ada yang ingin Anda katakan?" tanya Joa tiba-tiba karena merasakan Nao yang meliriknya berulang kali. Suaranya kecil sehingga hanya Nao yang dapat mendengarnya.
Nao yang menyadari bahwa dirinya sudah ketahuan wanita itu akhirnya membalas, "Apakah karena ini Anda mengambil shift malam?"
"Shift malam?" Joa tampak tidak mengerti apa yang Nao bicarakan.
"Penampilan Anda juga sangat berbeda. Apa karena kita akan bertemu? Anda terlalu cantik untuk membuat saya luluh. Pesona saya memang tidak bisa diabaikan." Terkutuklah mulutnya yang tidak berhenti mengatakan kata-kata narsis seperti ini.
"Dasar gila," gumam Joa yang langsung mengalihkan tatapannya pada pihak legal yang sedang membacakan ulang hasil kontrak yang sudah direvisi. Dia harus fokus karena dia harus memastikan Abraham Corp tidak rugi dan bisa melaporkan hasilnya pada ayahnya yang sudah pergi untuk pertemuan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadir
Romance- Titik terendah cakrawala - Juanita Ulina Abraham (Jua) tidak menyangka pria bernama Nao Haribawa Shendy (Nao) akan kembali ke kehidupannya setelah pria itu berhasil menghancurkan masa depannya. Bahkan Nao memperlihatkan ketertarikan yang berhasil...