BAB XIII
Selamat Membaca
.
.
.
.
.Taehyung telah berada di depan pintu apartemennya. Tangannya mengetik kata sandi di layar kecil yang tertempel di pintu, kemudian membuka pintu apartemen itu. Seketika keheningan menyambutnya. Beberapa saat dia berdiri diambang pintu, merasakan sunyi yang terasa asing, namun akrab disaat bersamaan. Liburan yang diharapkannya dapat menyegarkan pikiran, nyatanya menambah perasaan gundahnya. Setiap sudut ruangan seakan memantulkan keresahan yang selama ini berusaha dipendamnya.
"Huffhh..." Napas berat meluncur dari bibirnya, seolah mencoba melepaskan beban yang tidak kunjung surut di dadanya. Dengan perlahan, Taehyung menutup pintu apartemen berwarna metalik itu, dan seketika suara pintu tertutup menjadi satu-satunya bunyi yang mengisi keheningan di ruangan itu.
Taehyung melangkah masuk, kemudian menduduki dirinya di sofa. Dia menatap keluar jendela tanpa fokus. Di luar, salju akhir musim dingin mengguyur jalanan, menutupi sebagian permukaan jalan. Kepingan salju memantulkan cahaya ke langit, menciptakan suasana indah dan cerah yang kontras dengan kelamnya suasana hati yang dialaminya. Dia merasa seolah salju itu adalah simbol dari semua harapan yang membeku didalam dirinya.
Suasana hati yang tadinya diharapkan membaik justru semakin keruh. Pikiran-pikiran yang berusaha dilupakan saat liburan, nyatanya menambah pikiran baru yang memenuhii otaknya. Bayangan foto selca Jungkook yang sedang memeluk Soekjin memenuhi isi kepalanya. Bagaimana kedua tangan lelaki yang sangat dicintainya itu mengalung indah dileher hyung tertuanya, ditambah pula keadaan Jungkook yang bertelanjang dada. Rasa cemburu yang tajam menusuk ke dalam hatinya, melukai lebih dalam seiring ingatan itu kembaali muncul.
"Apakah kau bahagia tanpa aku? Apakah keputusan melepaskanmu sudah benar?" Pikirnya. Hatinya bergetar dengan rasa cemburu yang tidak terterduga. Setiap pertanyaan itu seolah menggores hatinya, menggugah semua setiap rasa sakit yang coba dia sembunyikan.
Dengan tangan bergetar dia meraih ponselnya, menatap layar yang menampilkan kontak dengan nama 'Semesta Kim Taehyung'. "Aku sangat merindukanmu." Tulisnya dalam pesan, tetapi jari-jarinya terasa kaku seolah ada suara di dalamnya yang berbisik untuk berhenti. Dia menatap pesan itu sejenak, bertanya-tanya, "Apakah aku cukup berani untuk mengirimkan rasa hatiku setelah aku meninggalkannya tanpa memberikan alasan?"
"Aaaarggg....". Dengan frustasi yang memuncak, Taehyung mengeluarkan suara geram. Dalam sekejap ponsel itu terlempar ke sudut ruangan. Kedua tanyannya mengacak-caka rambutnya, mencoba meredakan kegelisahan yang terus berkecamuk di dalam hati.
Dia mengusap wajah tampannya dengan kasar, merasakan panasnya air mata yang hampir keluar, tetapi masih menahannya.
"Kenapa harus seberat ini?"
Kesedihan dan kemarahan bercampur menjadi satu. Rasa bersalah menyergapnya, mengingatkan bahwa meninggalkan Jungkook tanpa penjelasan adalah keputusan yang egois, meskipun tujuannya untuk melindungi orang yang sangat dia cintai itu. "Seharusnya aku menjelaskan! Seharusnya aku berjuang untuk kita, tanpa harus meninggalkanmu!" pikirnya, "Namun, aku tak ingin masalah ini membebanimu! Aku ingin kau selalu bahagia, tetapi aku tak bisa melihatmu dengan orang lain! Arrrggghh.....kau sangat egosi, Kim Taehyung!"
Taehyung meremas kedua tangannya berusaha menahan perasaan yang meluap-luap. Napasnya semakin berat, seolah beban di dalam dadanya semakin berat untuk ditanggung.
Semuanya kini terasa rumit."Apakah aku benar-benar melakukan hal yang tepat? Atau justru aku menyakiti kita berdua?" Gumamnya lirih, nyaris tidak terdengar. Taehyung mengusap wajah dengan kedua tangannya, mencoba menghapus sedikit dari beban yang terasa kian menghimpit. Tubuhnya bersandar lelah di bahu sofa, mencoba menemukan ketenangan yang sepertinya enggan menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Again
FanfictionHanya cerita fiksi karangan penggemar yang terinspirasi dari shipper taekook. . . . .