"WANG JINGYI!" Shuxin berteriak heboh tak lama setelah ia berhasil masuk kedalam apartement milik sahabatnya.
Jingyi yang merebahkan diri di sofa dengan satu toples keripik kentang tetap diam diposisinya. Tidak berniat merespon teriakan dari gadis yang menyelinap masuk ke apartement miliknya.
Shuxin melesat cepat kearah Jingyi. Ia menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Jingyi. "Jingyi! Tebak apa yang aku dapat?" Shuxin bertanya dengan wajah berbinar. Sementara yang ditanya malah melemparinya keripik kentang.
"Yak!" Shuxin memekik saat keripik kentang yang Jingyi lempar tepat mengenai wajahnya.
Jingyi menghentikan aksi melempar keripik. Ia mengelus kaki yang sempat tertimpa badan Shuxin. "Kakiku sakit bodoh!" Kesal Jingyi.
"Hehehehe ... maaf," ucap Shuxin. Diikuti cengiran.
"Ada apa kau kemari?" Jingyi bertanya tanpa menatap Shuxin. Atensinya kembali tertuju pada televisi yang menyiarkan serial drama mingguan yang selalu ia tunggu.
"Cih! Berhenti menyaksikan drama murahan itu," Shuxin mencibir. Ia kemari ingin mendapat perhatian Jingyi. Bukan malah melihat Jingyi memperhatikan televisi.
Jingyi mendelik. "Berhentilah mencibir. Ini hobiku, jangan ganggu kesenangan seminggu dua kali ku!" Jingyi terlihat serius. Bahkan bola matanya seakan terkunci. Ia hanya fokus pada televisi.
"Aku menyesal datang kemari." Shuxin menjatuhkan tubuhnya di atas karpet berbulu tebal, tepat di bawah sofa.
"ASTAGA!"
"DIA TAMPAN SEKALI."
"DIA BENAR-BENAR PRIA IDAMANKU."
"SIALAN! DASAR WANITA ULAR, MENJAUH DARI DUAN JIA XU!!"
"WAHHH WAHHHH WAHHHH"
"SEPERTINYA AKU INGIN MASUK KEDALAM DARAMA ITU."
"TAMPANNYA."
"GEGE!!"
"JANGAN SENTUH DIA. DIA MILIKKU!"
"AHHHH ... JADIKAN AKU KEKASIHMU."
Jingyi berteriak heboh. Gadis cantik berkulit putih itu sibuk mengutarakan apa yang dirasakannya.
Sementara Shuxin berbaring diatas karpet dengan dua bantal yang tercapit tepat menutupi telinga. Telinganya butuh pelindung, Shuxin masih sayang indra pendengarnya. Ia mati-matian menulikan pendengaran. Suara teriakan Jingyi tidak main-main. Cukup untuk membuat gendang telinga rusak.
"WAH! WAH! WAH! APA-APAAN INI?!MENGAPA ACARA TV KU BERUBAH MENJADI ACARA MUSIK? APA TV KU SEDANG DI SABOTASE?" Jingyi berteriak nyaring, merasa tidak terima. Jari telunjuknya menunjuk layar TV yang menampilkan sembilan orang pria sedang menari dan bernyanyi.
Melihat itu membuat Shuxin gemas. Sabotase katanya? Dasar anak idiot!
"Berhenti bertingkah konyol, Jingyi!" Shuxin melempar satu persatu bantal yang awalnya ia gunakan untuk menutup kuping. Kini ia tidak membutuhkan bantal itu, Jingyi lebih membutuhkannya. Semoga saja bantal yang ia lempar tepat mengenai kepala Jingyi. Sabahatnya itu harus diberi sedikit benturan agar otaknya bergeser pada posisi semula.
"Tidak ada sabotase, bodoh! Drama yang kau tonton memang sudah selesai," Shuxin mencoba menjelaskan.
"Kau yakin? Aku bahkan tidak mengenal mereka yang bergerak seperti cacing itu." Tunjuk Jingyi pada layar televisi. Bukankah ini mengerikan? Bagaimana bisa pada layar televisi miliknya muncul sembilan orang yang tidak ia kenal. Ahhh ... sungguh menggerikan.
Shuxin menganga, Jingyi dengan otak minimnya sangat sulit untuk dipahami orang normal sepertinya. "Kau yakin tidak mengenal mereka? Mereka XODIAC!"
Jingyi menggeleng. "Aku tidak mengenal mereka. Xodiac, apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Anti-fan • Leo Xodiac
FanficGimana jadinya kalau Idol terkenal di jodohin sama anti-fannya?