Chapter 7

3 2 0
                                        

Jam menunjukkan pukul sembilan kala semua sudah lengkap datang ke rumah Alyza. Siapa lagi kalau bukan Shenna, Manda dan Liana. Sebelum mereka bertiga menuju rumah Alyza, mereka sudah membeli beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat corn dog.

Begitu datang, mereka langsung menuju dapur. Menata bahan-bahannya di atas meja. Kemudian mulai membuat corn dog.

Selama mereka mencoba membuat corn dog dengan melihat tutorial dari aplikasi YouTube, beberapa tidak sesuai dengan ekspektasi. Maklum, mereka baru pertama kali buat corn dog. Namun, tidak apa-apa, yang terpenting bisa dimakan dengan layak.

Usai mereka meniriskan corn dog, mereka duduk di kursi dapur dengan lemas. Menunggu corn dog-nya dingin.

"Cie yang dapat kado dari crush, uhuk!" ejek Liana berpura-pura batuk setelah Alyza menceritakan kejadian pertemuannya dengan Rassya kemarin.

"Apa, sih, Na!" seru Alyza melototkan matanya seraya menepuk lengan Liana.

"Salting bilang aja kali. Pakai acara nabok segala," ucap Liana membalas menepuk lengan Alyza.

"Dih! Ya iya, sih, nggak salah," kata Alyza tersenyum malu-malu sembari melihat gelang di pergelangan tangan kirinya.

"Eh, guys ngomong-ngomong corn dog-nya kebanyakan, tuh. Kita jual aja gimana?" usul Shenna.

"Mending jangan, deh Shen. Dibagi-bagi aja ke tetangga," saran Manda.

Shenna memanyunkan bibirnya sambil berpikir. Sementara itu Alyza menyetujui saran dari Manda. "Bener yang dikatakan Manda. Atau nggak kita bagiin ke ajak ke bocah. Seneng pasti mereka."

"Ya udah ayok!" seru Shenna semangat.

Alyza menepuk keningnya sendiri. "Nanti, Shen. Corn dog-nya belum dingin."

"Enak dimakan pas anget tau."

"Tapi ini masih panas. Baru juga digoreng."

"Huft, keburu laper."

"Sama juga, sih."

Shenna melemparkan serbet ke arah Alyza. Hasilnya mengenai muka Alyza. Jadilah Alyza berteriak kesal. Melempar balik serbet ke Shenna. Namun, Shenna sudah lebih dulu menghindar.

Mereka berdua pun kejar-kejaran. Liana menggelengkan kepala, sudah biasa melihat kelakuan kedua sahabatnya. Dikarenakan Liana juga sudah lapar, ia mengajak Manda untuk membungkus bagian yang akan dibagikan.

Mereka mendapatkan tiga belas tusuk corn dog. Empat corn dog saja yang akan dibagikan. Karena Alyza request empat dari mereka masing-masing dapat dua. Kemudian yang tersisa satu akan Alyza simpan buat orang rumah, siapa yang akan pulang ke rumah terlebih dahulu.

"Nanti aja bagiinnya pas Arion udah pulang. Biar dia yang bagiin ke temennya," ujar Alyza setelah berhasil membuat Shenna merasakan timpukan serbet ke muka.

"Ish, banyak kumannya tau. Entar kalo mukaku jerawatan lagi pokoknya salah Alyza."

"Siapa duluan yang nimpukin serbet ke mukaku. Harus adil dong."

"Emang sengaja, sih."

"Dasar crush-nya mas-"

Ucapan Alyza terhenti kala mendengar suara pintu terbuka dari luar. Sylvia masuk ke dalam rumah dengan wajah sembab. Tidak ada make up lagi di wajahnya seperti sebelum berangkat tadi pagi.

Melihat itu Alyza cepat-cepat menghampiri mamanya. Liana hendak menyusul, tetapi ditahan oleh Shenna sambil berucap, "Kita nggak usah ikut campur dulu."

"Mama habis nangis ya?" tanya Alyza was-was.

Walaupun ia sudah tau, tapi Alyza ingin sekali menanyakannya langsung. Seperti yang diduga, Sylvia tidak mau mengaku. Alasannya karena banyak debu yang masuk ke mata karena kaca helmnya tidak menutupi wajah.

"Mama ke kamar dulu, ya. Nanti ajak temenmu makan. Sayurnya jangan lupa dipanasin dulu," pesan Sylvia tanpa menatap ke Alyza.

Tidak menutup kemungkinan Alyza merasa sedih. Mamanya sangat sulit terbuka. Selalu memendam apa pun sendiri. Bahkan Sylvia jarang mengeluh. Cuma memang sering marah-marah.

Melihat Sylvia yang hendak menuju kamar, Shenna bergegas menyalami Sylvia. Begitupun Liana dan Manda. "Sebelum pulang nanti makan dulu ya. Tante mau ke kamar dulu."

"Iya, Tante, terima kasih."

Jantung Shenna seolah-olah rasanya mau copot. Keadaan Sylvia benar-benar tidak baik-baik saja. Beruntung mereka tidak dimarahi karena datang tidak pada waktu yang tepat.

"Nggak enak aku jadinya sama kamu, Ly. Kita pulang aja ya. Kamu temenin mama kamu," ucap Shenna pada Alyza yang sudah berada di sampingnya.

"Janganlah. Udah nggak papa, di sini aja dulu kalian. Mamaku biar sendiri dulu, mungkin lagi pengen sendiri. Karena aku sebenarnya juga takut kalau salah tindakan," ungkap Alyza.

"Semoga mamamu lekas membaik ya, Ly." Shenna memeluk Alyza. Diikuti Liana dan terakhir Manda.

"Makasih, guys. Tapi tolong jangan kenceng-kenceng kalau meluk. Yang ada aku jadi penyet!"

❤️❤️❤️

Tak terasa hari berganti dengan cepat. Sekarang Alyza sudah mulai memasuki perkuliahan. Seharusnya ia senang sudah kuliah. Namun, hati kecilnya berkata lain.

Baru dua minggu masuk kuliah, Alyza merasa tidak sesemangat sewaktu pendaftaran memakai jalur rapot. Ia malah lebih banyak lesu. Mengerjakan tugas perkuliahan tanpa tenaga.

Alyza sedikit menyesal. Dia pergi kuliah di kampus terdekat bukan karena kemauannya sendiri. Melainkan kedua orang tuanya. Sebab apa? Aksya yang menolak bila Alyza masuk kedinasan. Dean dan Sylvia hanya ingin Alyza tidak berkuliah jauh.

Padahal keinginan Alyza tidak hanya di kedinasan. Ia sudah berencana jauh-jauh hari sewaktu kelas dua belas. Jika Alyza tidak diterima di kedinasan, maka ia akan memilih berkuliah di kampus terbaik di seluruh negeri. Memang harus jauh dari orang tua.

Itulah mengapa orang tua Alyza melarangnya. Karena jauh. Lagi pula membayar kost-kostan juga mahal. Belum lagi keperluan tugas kuliah dan kebutuhan sehari-hari Alyza. Pergaulan apa yang Alyza ikuti juga menjadi faktor tambahan yang membuat orang tuanya memilihkan Alyza berkuliah di tempat terdekat.

Bukan maksud orang tua Alyza banyak mengekang. Namun, itu demi kebaikan Alyza. Orang tua mana yang tega melepaskan anak ke tempat jauh. Meskipun itu untuk pendidikannya.

Saat ini Alyza berada di perpustakaan bersama Shenna. Kebetulan hari ini jadwal matkul mereka hampir sama, meski berbeda jurusan. Di siang hari jam sepuluh tidak ada matkul. Namun, jam satu nanti ada matkul lagi.

"Gimana keadaan rumah, Ly?" tanya Shenna setelah mereka saling cerita.

Alyza meletakkan kepalanya di atas meja. Menatap kosong ke depan. "Nggak baik. Makin buruk semenjak waktu itu."

Waktu yang dimaksudkan Alyza adalah saat mereka membuat corn dog pertama kali di rumah Alyza. Setelah hari itu, suasana di rumah Alyza tidak sehidup seperti sebelumnya. Lebih banyak sepi dan mengurus dirinya sendiri.

Alyza sudah curiga sejak saat itu. Bahwa ada yang tidak beres dengan hubungan kedua orang tuanya. Namun, Alyza tetap berpikir positif. Mungkin sedang berantem dan saling jauh-jauhan.

Sayangnya, hingga sekarang, bukannya makin membaik malah makin runyam. Alyza akhirnya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Begitu juga Aksya. Untungnya Arion belum mengetahui. Dipikir anak laki-laki itu orang tuanya sedang bertengkar masalah kecil.

Padahal kenyataannya lebih dari yang dibayangkan.

Love is Around [Open Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang