BAB 2.2

687 101 3
                                    

"Semua kadet, ambil posisi tembak serbu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua kadet, ambil posisi tembak serbu!"

"Baik Pak!" Teriak Aera setengah hati. Kendatipun begitu ia menurut. Ya daripada panjang nanti urusannya.

"Posisi tiarap sebagaian. Satu!"

"Satu!" Aera merunduk membuat posisi tiarap sebagain yang sesegera mungkin ingin membuat punggungnya sakit.

"Dua."

"Dua!" Aera hanya berharap latihan menyebalkan ini cepat berakhir. Ia tidak tahan. Latihan menembak yang diajarkan seorang profesional—yang dipanggilkan Ayah angkatnya itu tidak seperti ini. Walaupun sama saja banyak keluhan, tapi keluhan ini lebih banyak. Dua kali lipat mungkin.

"Tiga."

"Tiga!"

"Berdiri. Posisi tiarap sebagaian."

Ah tidak Aera akan meralat. Ini bukan dua kali lipat tapi tiga sampai empat.

"Cepat jangan menatap mataku! Angkat senapan kalian!"

Berbagai umpatan tertahan dimulut jika saja tatapan mata penuh permusuhannya tidak berpapasan dengan letnan Lee. Huh! Dia terlalu keras kepada anak-anak yang tengah dibodohinya dengan poin extra. Kendatipun ia tahu kalau letnan itu berniat baik. Tetap saja saat ini menyebalkan.

* * *

Hari-hari terus berlalu, sekolah yang diselingi dengan latihan dan latihan. Dari lstigan menembak, latihan fisik, latihan CPR dan latihan bongkar pasang senapan.

Makanan yang tadinya sangat tidak sedap hingga membuat perut muak menjadi tak terasa terus dimakan dengan lahap. Tentu saja beda dengan Aera yang memakan makanan instan bawaannya sendiri dalam diam. Tentu saja hanya Bora dan Hana yang kadang bergabung. Ilha? Lupakan Aera sedang memusuhinya. Pemuda pengecut menyebalkan!

Ketika matahari tepat di atas kepala Aera bersandar lunglai pada bahu Bora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika matahari tepat di atas kepala Aera bersandar lunglai pada bahu Bora. Membiarkan sahabat terbaiknya itu membereskan wajah serta rambutnya yang berantakan kemana mana.

"Bora," panggil Aera pelan.

"Apa? Kau ingin pulang sekarang?"

"Tidak!" Aera sontak mendelik sinis pada Bora. "Kau! Apa kau yang menghasut Ibu Park untuk menelpon Gongtae!?"

DAS : VIVA LA VIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang