Accident 06

587 123 30
                                    

Call Me Mpiw!
3.500++ word dibaca pelan pelan yaks









"Jadi semalem Lo beneran nonjok mereka?" Januar masih tak menyangka setelah Clarisa di perjalanan tadi bercerita bahwa semalam alasan Malen dan Babang tersungkur dilantai adalah ulahnya, bukan senam lantai seperti yang dikatakannya.

Dan saat ini, mereka berdua tengah menyusuri lorong unit Apartemen yang akan mengantarkan mereka menuju unit milik Januar yang mulai hari ini akan menjadi kediaman mereka berdua.

"Iya, masih gak percaya aja?" Clarisa menatap Januar sedikit sinis sekarang.

Januar lantas menggaruk belakang kepalanya, aura galak Clarisa mulai terasa. "Ya bukan gitu maksudnya---"

"Nyampe tuh, unit ini kan?" Potong Clarisa, ketika melihat nomor unit apartemen di pintu sisi kanannya.

Januar seketika menatap ke arah yang ditunjuk oleh Clarisa menggunakan dagunya itu, kemudian Januar mengangguk, 0327. Benar, itu unit apartment miliknya.

Lalu setelah itu, Januar mulai menekan beberapa digit angka sebagai Pin dari pintu unitnya tersebut.

Cklek

Pintu terbuka, Januar pun lantas membuka pintu, mempersilahkan Clarisa untuk masuk, pun dengan dirinya yang turut masuk seraya membawa koper sedang berisi pakaiannya serta pakaian Clarisa selama di rumah sakit.

Saat memijakkan kakinya lebih dalam lagi di unit nya tersebut, Clarisa dan Januar mendadak mematung di tempat ketika sebuah suara menginterupsi mereka.

"Setelah sebulan lebih gak pulang ke rumah, kamu malah pilih pulang kesini."

Deg.

Januar mematung, pun dengan Clarisa, meski ia tak tau siapa sang pemilik suara karena begitu asing di pandangannya, tetapi ia cukup terkejut.

Berbeda dengan Clarisa, mematung nya dirinya saat ini bukan tanpa alasan, melainkan karena ia tahu betul siapa pemilik suara itu, itu adalah--- "Mama?!"

Ya, mamanya---Diana Cokrodinoto. Sebenarnya tak perlu terkejut bagaimana bisa mamanya masuk begitu saja ke unit apartemennya, karena pada dasarnya mamanya juga merupakan orang penting yang memiliki koneksi kuat, jadi dengan mudah mamanya bisa mendapat apa yang ia mau, termasuk masuk ke dalam unit apartemen Januar tanpa izin dari Januar.

"Kaget? Percuma kamu sembunyi sembunyi dari mama Januar, mama pasti tetep nemuin kamu." Ujar Diana, jelas sekali ada amarah yang ditahan oleh wanita yang melahirkan Januar tersebut.

Januar paham akan hal itu, maka ia pun menghela nafasnya untuk sesaat, kemudian menatap Clarisa.

"Cla, bisa tunggu di kamar? Kamarnya di sebelah sana..." Ucapnya, sambil menunjuk dua pintu hitam yang saling berdampingan, keduanya adalah pintu dari dua kamar yang dimiliki oleh apartemen itu.

Tanpa banyak bertanya Clarisa pun mengangguk karena ia tau betul bagaimana situasi saat ini. Lalu Clarisa sedikit membungkuk sopan pada sosok mama dari pemuda itu, kemudian meraih koper yang dibawa Januar tadi, guna ia bawa ke kamarnya.

Sepeninggalannya Clarisa di ruang tersebut, Januar lantas menuntun sang mama untuk duduk di sofa yang ada di ruang tersebut, tapi mamanya menolak dengan menepis tangan Januar.

"Duduk Ma, biar Janu jelasin semuanya, karena memang Janu juga mau jelasin semua ini ke mama." Ucap Januar, nada bicaranya jauh berbeda dengan Januar yang Diana kenal, Januar yang biasa tengil dan tak pernah serius saat berbicara dengannya, kini berubah total, nadanya begitu lirih sarat akan lelah, sepertinya sudah banyak hal terjadi pada putranya tanpa ia saksikan langsung selama sebulan ini, dan hal itu membuat hati Diana sakit.

Accident [LK] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang