Call Me Mpiw!
Cuss ramaikanHari hari berlalu, sejak kunjungan Januar dan Clarisa kala itu keduanya sepakat untuk melupakan masa kelam itu, biarlah semuanya berlalu, dan kini mereka sudah mulai menata hidup masing masing.
Januar yang benar benar menuntut ilmunya di sekolah, kabar baiknya hal itu berdampak positif untuk tiga temannya; Jamet, Bangsat, As---maksudnya Javier, Babang dan Malen. Dimana mereka juga turut ikut masuk kelas, ikut belajar meski terkadang malas malasan dan suka mengganggu para guru yang tengah mengajar, tapi tak apa, setidaknya mereka kini mau masuk kelas dan tak banyak melanggar peraturan sekolah.
Dan untuk Clarisa, ia pun sudah memulai home schoolingnya seminggu ini, meski jelas berbeda dengan sekolah pada umumnya tapi Clarisa tetap menikmati sesi belajar dirumahnya itu, dikarenakan guru pengajarnya baik, dan mengerti kondisi Clarisa tanpa kepo sedikit pun dengan kehidupan pribadi Clarisa. Guru pengajarnya--Bu Zara--wanita berusia 38 tahun itu juga merupakan orang yang asik diajak bercerita diluar pelajaran, bahkan keduanya sesekali bercanda, dan tanpa sadar mereka cukup dekat kini, Clarisa juga jadi merasa memiliki teman sekaligus sosok ibu, yang kini posisinya benar benar sudah kosong.
"Lala?"
"Eh hehe..." Clarisa yang kepergok melamun sontak terkekeh kikuk.
"Ngelamunin apa sayang?" Tanya Bu Zara dengan lembut, jangan salahkan Clarisa kenapa bisa ia merasa sosok Bu Zara bisa mengisi posisi ibu, lihatlah caranya berbicara pada Clarisa tidak seperti seorang guru pada muridnya, melainkan seperti seorang ibu pada putrinya.
"Nggak papa kok, tadi ibu jelasin materinya sampai mana Bu? Maaf Lala ngelamun." Ucapnya.
Bu Zara menggeleng kecil. "Kalo Lala mau cerita, boleh ibu bisa jadi pendengar yang baik, belajar masih bisa dilanjut nanti...soalnya kalo Lala mendem sesuatu, bahaya, nanti memicu stres, kasian baby...usianya masih rentan." Ujarnya.
Bu Zara juga tau perihal kehamilan Clarisa, tapi ia tak pernah menyinggungnya terlalu jauh, paling paling ia hanya sebatas yang dikatakannya barusan.
Clarisa sontak tersenyum manis, lalu menggeleng, "Nggak papa kok Bu, cuma tiba tiba Lala kepikiran kalo siang siang gini kayanya enak makan rujak, ngerujak yu Bu?" Ujarnya, Clarisa tak sepenuhnya beralasan, soal rujak benar benar terlintas dibenaknya.
Bu Zara terkekeh, ia memaklumi, usia kandungan Clarisa sudah satu bulan lebih setaunya, hendak memasuki bulan kedua, dan pengalamannya di usia itu memang sedang rajin rajin nya mengidam.
"Ngerujak? Mau bikin sendiri atau beli? Tapi kalo beli langsung kayanya gak ada deh disekitaran apartemen kaya gini." Ujar Bu Zara.
Clarisa menganggukinya. Benar, jika membeli jadi tak ada pedagang rujak keliling disekitar apartemen mewah seperti milik Januar ini.
"Yaudah bikin aja yuk Bu, biar Lala yang beli mangga muda sama buah seger lainnya, kalo buat sambelnya kayanya ada deh bahan bahannya." Ucap Clarisa dengan semangat.
Bu Zara tersenyum, "Mau ibu temenin belanja ke pasar nya?" Tanyanya.
Clarisa menggeleng, "Sendiri aja Bu, Lima menit juga sampe kalo ke pasar modern mah." Ucapnya.
"Yaudah kalo gitu ibu bikin sambel nya aja disini, gak papa kan dapurnya ibu pake?"
Clarisa mengangguk, "Gak papa dong Bu, jangan sungkan, kata yang punya nya juga gitu." Celetuknya.
Bu Zara terkekeh, "Bisa aja, yaudah hati hati loh kamu."
Clarisa mengangguk, lalu dengan stelan rumahnya itu ia langsung melesat meninggalkan apartemen milik Januar, tak lupa ia membawa dompet dan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident [LK] ✓
Fanfic[CERITA LENGKAP TERSEDIA DALAM BENTUK PDF] Sebuah 'Kecelakaan' tak terduga, tak hanya menjadikan masa depan seorang gadis hancur berkeping keping saja, melainkan turut mendatangkan kebaikan, yang mana mampu merubah sosok 'nakal' menjadi pribadi yang...