Accident 03

684 130 55
                                    

Call Me Mpiw!
Serunya part kemarin rame bngt yg komen, yuk ramaikan lagiii😋








"Kenapa kamu diem di situ? Katanya temen kamu butuh pertolongan, bawa dia masuk." Suara berat itu berhasil menyadarkan Januar dari keterkejutannya. Dan membuat Januar menatap kaku ada sosok yang ia panggil papa itu---Arhan Cokrodinoto, salah satu orang berpengaruh di tanah air karena kekayaannya, kekuasaannya di bidang tambang emas di salah satu daerah yang ada di tanah air, tak lupa ia pun pemegang saham terbesar di tujuh perusahaan besar yang ada di tanah air salah satunya rumah sakit yang tengah dikunjunginya ini, ia adalah pemegang saham utamanya. Satu lagi, Arhan pun menjadi pendonasi terbesar di sekolahan Januar.

Dengan kaku, Januar pun melangkah masuk, membawa Clarisa yang masih kesakitan itu menuju brangkar yang ada disana, ia membaringkannya.

Kemudian Rio, sang pemilik ruangan, yang juga bekerja di rumah sakit tersebut, sekaligus dokter pribadi keluarga Cokrodinoto itu lantas menghampiri dua remaja yang ada di brangkar pemeriksaan.

"Janu, bisa tunggu di sofa? Om mau mulai periksa dan tutup tirainya." Ucap Rio. Sebenarnya tak ditutup pun tirainya tak akan menjadi masalah, ia bisa langsung memeriksanya, tetapi karena melihat atmosfer yang berbeda diantara ayah dan anak tersebut, jadi Rio pun sedikit memberi mereka ruang, meski nantinya ia bisa mendengar percakapan mereka tapi yang terpenting presensinya tak terlihat diantara obrolan ayah dan anak itu.

Januar mengangguk, lalu menjauh dan segera duduk di sofa, bersamaan dengan itu Arhan yang semula duduk di kursi yang berhadapan dengan meja kerja milik Rio kini berpindah, menjadi duduk bersama sang putra.

Sedangkan Rio, ia sudah menutup tirai dan mulai memeriksa Clarisa.

Kembali pada ayah dan putra itu, mereka tampak saling diam tapi dengan kontak mata yang sama sekali tak terputus.

Hingga pada saat Arhan buka suara, manik Januar langsung membola sempurna, karena yang dikatakan oleh sang papa adalah, "Jadi dia perempuan yang kamu tiduri di gudang sekolah itu?"

"Pa-pa gimana...bisa?" Tanya Januar terbata bata, ia benar benar terkejut, karena selama ini yang baru ia beri tahu hanya teman temannya, itu pun tadi pagi, lantas bagaimana papanya bisa---

"Kamu lupa siapa papa?" Hanya dengan kalimat singkat itu saja, Januar langsung bungkam.

Benar juga, papanya orang berkuasa, papanya orang hebat, yang bisa mendapat informasi hanya dengan menyebut satu nama saja, apalagi tak sulit memantaunya karena lingkungannya yang hanya sebatas sekolah tempat nongkrong yang itu itu saja.

Januar pun menghembuskan nafasnya berat, ia mengangguk, "Iya dia."

Terdengar helaan nafas berat dari Arhan, "Kalo mama kamu tau, dia pasti kecewa banget sama kamu."

Januar menunduk, "Janu gak maksud bikin kalian kecewa, Janu---"

"Omongan kamu ini seolah mencerminkan kalo kamu selama ini gak pernah ngecewain kami, padahal kenyataannya kamu selalu ngecewain kami, disaat kamu satu satunya harapan kami, tapi kamu gak pernah berpikir buat jadi kebanggaan kami Janu."

Januar tertampar telak oleh kalimat sang papa. Semua yang dikatakan sang papa adalah kebenaran, selama ini ia hanya bermain main, menikmati kesenangannya sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang tuanya.

"Jangan menyesalinya sekarang, itu gak berguna, lebih baik dari sekarang kamu pikirin pertanggung jawaban kamu buat perempuan itu." Ucap Arhan dengan tegas.

Januar seketika mendongak saat mendengarnya, ia menatap tak percaya pada sang papa, ia kira papanya akan menyelamatkan martabat keluarga atas kesalahannya ini tapi ternyata---

Accident [LK] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang