Seorang pemuda menutup kopernya perlahan, sinar matahari pagi yang mengintip dari balik jendela kamarnya mungkin akan menjadi hal yang akan Ia rindukan dari kamar yang sebelumnya menjadi tempat teraman serta ternyaman untuknya. Pemuda manis itu berdiri, berat rasanya harus meninggalkan rumah tempat Ia selama ini beteduh.
Badannya perlahan berdiri dengan tangan yang meraih koper untuk Ia dorong menuju pintu kamarnya, seolah semua barang-barang di kamarnya hening dan menatap kepergian sang empu.
" Fourth, gaada yang kelupaan kan?"
Pemuda manis yang kini turun menyusuri tangga dengan nama Fourth itu mendengar suara lembut yang selalu berhasil membuatnya kembali rekah senyumnya. Fourth berjalan lebih cepat, tak ada yang jawaban yang Ia berikan selain memeluk sang ibunda dari belakang.
" Fourth yaampun. Bikin mama kaget aja." wanita paruh baya itu terkekeh pelan, tangannya mengusap halus punggung tangan Fourth yang telah melingkar sempurna di pinggangnya. " Gimana? Pertanyaan mama belum dijawab loh." sambung sang ibunda seraya melepaskan pelukan hangat tersebut.
Fourth mengangguk lalu menggeleng, " Gaada ma, tadi udah aku cross check kok." ujar Fourth sambil menunjukkan dua jari jempol mungil miliknya.
Prae Benyapa Jirochtikul-Ibunda Fourth-membalas jawaban sang putra dengan senyuman yang tak akan pernah pudar itu. Walaupun umurnya tak lagi semua itu tetapi senyum yang indah tak akan pernah luntur dari wajahnya yang awet muda.
" Fourth, ayo berangkat."
Fourth menoleh, mendapati sang kakak laki-laki yang kini berdiri didepannya dengan menunjukkan kunci mobil yang sudah dipegang. Fourth mengangguk, Ia berbalik sedikit lagi dan masuk seketika dalam dekapan sayang milik ibunda tercinta. Seraya mengucapkan selamat tinggal di pipi ibundanya ini.
Fourth memang sejak dulu Ia kecil, Ia tinggal bersama kakak laki-lakinya. Sahaphap Jirochtikul, atau biasa dikenal dengan nama Mix. Ayahnya sudah meninggal sejak Fourth masih sangat kecil, tepatnya ketika Fourth berusia kurang lebih 6 bulan. Kisah yang pernah ibu dan kakaknya ceritakan itu akan selalu teringat dalam bendak Fourth tiap kali rasa sepi menyelimuti dirinya.
Usai mengucapkan selamat tinggal, Fourth berjalan perlahan mengikuti langkah kaki kakaknya yang jauh lebih besar darinya. Menatap mobil sport hitam milik kakaknya membuat Fourth ingin menaiki mobil itu sendirian untuk sekedar balapan atau unjuk ketenaran. Ada-ada saja.
Di dalam mobil, tak ada yang terjadi selain sang kakak yang terus menerus mengucapkan banyak kata harapan pada Fourth. Entah dari yang Fourth tidak boleh nakal, Fourth tidak boleh ini, tidak boleh itu, dan banyak lagi.
Walaupun memang Ia tau kehidupan sang adik penuh dengan kejutan atau bahkan tak jauh dari kata nakal tetapi tetap saja ini kali pertamanya Ia akan tinggal jauh dari sang adik. Mix sebelumnya pernah menyarankan Fourth untuk tinggal di asrama sekolah saja tetapi Fourth menolak. Jadi, tak ada pilihan lain selain keluarganya menyewakan sebuah kos untuk Fourth, mereka tak ingin Fourth tinggal sendirian dan berbuat hal macam-macam. Maka lebih baik Fourth tinggal saja di kos bersama teman-teman baru.
Fourth menjadi diam seketika mobil hitam kakaknya terhenti di depan sebuah rumah kos yang cukup besar. Ia meneguk ludahnya gugup. Apakah Ia bisa bertahan di kos ini sendirian tanpa kakak dan mamanya?
" Gak usah takut. Ayo!" Kak Mix tersenyum, memberikan semangat untuk adik kecilnya ini. Jarak mereka tak jauh, hanya sekitar 3 tahun saja tapi baginya Fourth adalah seorang anak kecil yang polos dan menggemaskan.
Bersama dengan sang kakak, Fourth memasuki gerbang putih kos tersebut. Tak hanya itu, barang-barang yang Ia bawa pun tak terasa berat karena bantuan dari tenaga milik Mix. Kakaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/361075616-288-k905387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our SHS Stories [GMMTV BOYS]
FanfictionWhat if kedelapan anak ajaib GMM tinggal di satu atap kost yang sama? Phuwin aja udah pusing apalagi si manis Sea yang sukanya tidur. Rasanya si Dunk ini mau mukul siapapun yang lompat-lompat di lantai atas, tepat di atas kamarnya. Si Naravit juga g...